Ferina menopang dagunya dengan malas. Perpustakaan sangat sepi. Dia mulai mengerjakan soal fisika.
“Tidak ada toleransi lagi! Dengan sangat menyesal saya tidak mengizinkan Anda mengikuti kelas saat ini. Selesaikan semua soal halaman 111 dan tulis kalimat perjanjian sebanyak 100 kali dan harus disertai stempel perpustakaan!" kata Bu Hanna sangat tegas.
“Silakan keluar karena saya akan melanjutkan materi!”
Tanpa sadar Ferina melamun dan nyaris ketiduran di kelas Bu Hanna. Bosan mencoba menyelesaikan soal yang begitu rumit, Ferina mulai menulis kalimat perjanjian dengan hati-hati.
Belum separuh jalan Ferina sudah amat sangat bosan.
“Fer, gue pengin ngomong sama lo.” Sebuah suara menyentakkan Ferina.
“Haikal? Ngapain lo di sini? Nggak diusir Bu Hanna juga, kan?” Tanya Ferina.
Wajah Haikal kusut dan sangat tertekan.
“Lo kenapa, Kal?” Tanya Ferina.
“Nggak kok, gue cuma pengin ngomong sama lo aja.” Jawab Haikal.
“Ngomong? Ngomong apa?”
“Mmm… Tiffany.”
“Jadi lo bener-bener pengin tahu lebih banyak tentang Tiffany?” Haikal mengangguk pelan.
“Memangnya penting buat lo?”
“Iya, Tiffany penting banget buat gue!” jawab Haikal.
“Lo nggak tahu betapa berartinya dia bagi gue!”
“Iya, iya, gue ngerti kok.” Ujar Ferina sabar.
Bayangan jail melintas di benaknya yang lagi ngadat.
“Tolongin gue, please…” kata Haikal lagi.
Ferina menimbang-nimbang sejenak.
“Tapi… dengan dua syarat, gimana?”
“Syarat? Syarat apa?!” Haikal seakan kehabisan kesabaran.
“Hmm… pertama, lo harus berhasil bawa kabur gue dari sekolah. Gue suntuk banget disini.” Ferina memandang Haikal sekilas.
“Terus yang kedua… kita tukeran informasi tentang Tiffany, gue yakin lo juga tahu beberapa hal tentang dia. Nah, gimana?” usul Ferina.
“Kenapa harus begitu?” protes Haikal.
“Karena cuma itu yang bisa bikin gue mau cerita sama lo!” jawab Ferina sok jual mahal.
“Kalau nggak mau ya udah, gue juga mau ngerjain ini nih. Sibuk!” ujarnya.
“Ya udah, gue setuju.”
Haikal menyerah. Dia sendiri bingung bagaimana caranya kabur dari sekolah.
Ferina tersenyum simpul. Bisa jadi Tiffany masa lalu Haikal, alias mantannya.
“Siiip… deh!” bisik Ferina.
“Anak-anak biasanya manjat pagar di belakang labor kimia buat cabut. Termasuk gue.” Lanjutnya.
Jantung Haikal berdegup kencang, dia ragu. Bagaimana kalau tidak berjalan lancar? Akhirnya Haikal memutuskan untuk meladeni ide gila Ferina.
“Yuk.” Ajak Ferina penuh semangat.
Mereka menyelinap dibalik dinding gedung perpustakaan. Akhirnya mereka sampai juga di labor kimia. Tembok kokoh yang memisahkan sekolah dengan lingkungan luar itu bergerigi, hasil karya siswa pelanggan cabut supaya mudah dipanjat dan dilompati. Belum lagi pohon jambu yang tumbuh subur mempermudah aksi minggat mereka ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Past Present Love
Novela JuvenilAndra dan Faren, kembaran Ferina, menyimpan rahasia yang baru diketahui Ferina setelah Faren meninggal. Rahasia itu terangkum dalam diari milik Faren. Sayangnya, tak semua curahan hati Faren dalam diari itu dibaca Ferina, hingga ia membenci kembaran...