BAB 17

46 2 0
                                    

Hari sabtu ini hari terakhir skorsing Ferina. Kemarin Ferina dan mamanya sudah memenuhi panggilan Kepala Sekolah untuk menindaklanjuti kenakalan Ferina.

Disana, Ferina dinasihati habis-habisan. Ditambah lagi bonus omelan panjang mamanya setiba mereka dirumah. Ferina menarik selimut menutupi kepala.

Sudah pukul delapan, namun dia masih enggan beranjak sampai mamanya memasuki kamar dan menyibak gorden serta membuka jendelanya lebar-lebar.

“Bangun, sayang!” seru Wulan sambil menarik selimut Ferina.

“Mama mau pergi, kamu mau ikut?” Ferina menggeleng tanpa membuka mata, lalu kembali menarik selimut.

Wulan hanya menghela napas.

“Nggak mau ke Cake Resort?” Ferina menggeleng.

Wulan mengangkat bahu lalu meninggalkan kamar putrinya. Begitu pintu kamarnya tertutup, Ferina langsung duduk tegak sambil memandang daun pintu. Tiba-tiba ia menyesali sikapnya barusan.

Sejak kemarin Ferina memang ngambek setelah kenyang diomeli mamanya. Tapi ya, setelah dipikir-pikir dia memang pantas diomeli.

Ferina turun dari tempat tidur, mengambil handuk, lalu menuju kamar mandi. Setelah itu ia menghabiskan sarapan sambil nonton TV disofa.

Tak terasa hari sudah beranjak siang. Ferina memutuskan untuk pergi ke Cake Resort dan bersikap lebih baik terhadap mamanya.

Begitu membuka pintu untuk keluar rumah, langkahnya terhenti karena terkejut melihat siapa yang berada dibalik pintunya.

“Tiara?” seru Ferina heran.

“Sudah lama?”

“Umm, belum.” Jawab Tiara enggan.

Ia belum berani menatap mata Ferina.

“Gue mau minta maaf.”

“Maaf?” ulang Ferina heran.

“Masuk dulu yuk. Masa ngomong di depan pintu.” Lanjut Ferina sambil beranjak ke dalam.

Tiara mengikuti tanpa mengatakan apa-apa.

“Gue yang salah kok.” Ujar Ferina memecah keheningan.

“Gue sendiri pasti juga bakal kesal kalau lagi ngomong terus telepon gue diputus begitu saja.”

Tiara mengangkat kepala dan memandang Ferina dengan tatapan iba.

“Bukan. Bukan itu masalahnya.”

“Lantas?”

“Gue pikir… antara lo dan Haikal ada sesuatu yang lebih dari sekadar teman.”

Deg. Tubuh Ferina menegang sesaat.

Yah, menurut siapa pun, kabur berdua di jam sekolah pasti berarti sesuatu. Apa lagi bagi Tiara.

“Ternyata gue salah.” Lanjut Tiara.

“Kemarin gue ke rumah Haikal. Tahu-tahu yang buka pintu Tiffany. Gue kaget. Disanalah gue akhirnya tahu cerita yang sebenarnya dari Haikal. Gue mendadak merasa bersalah banget sama lo.”

Ferina menghembuskan napas lega. Jangan sampai Tiara tahu Haikal sempat menyatakan perasaan terhadapnya.

“Tapi gue tetap harus minta maaf.” Ujar Ferina.

Sesaat suasana terasa canggung. Memang rasanya aneh juga setelah lama tidak saling menyapa, tahu-tahu mereka berada disini untuk berterus terang.

“Keluar yuk!” ajak Ferina memecah keheningan untuk kedua kali.

“Gue mau potong rambut, terus mau ke Cake Resort.”

“Lo suka Cake Resort juga? Yang baru buka itukan? Sama! Mama gue pelanggan disana lho!” ujar Tiara.

Mendengar itu Ferina tersenyum geli sambil menahan tawa.

“Iya, nanti gue kenalin deh sama yang punya.”

❤❤❤

“Lo… cantik, cute habis!” itulah kata-kata pertama yang dilontarkan Tama begitu melihat Ferina dengan penampilan barunya.

Tama nyaris terpana lama dibuatnya  Sedikit sentuhan kecil telah membuat Ferina terlihat sangat berbeda.

“Ada apa gerangan sampai lo melakukan ini?”

“Cuma kepingin ganti suasana terus bikin gue merasa baru aja. Lebih ringan dan bebas.”

Tama menatap Ferina yang semakin lama semakin tampak manis dimatanya. Ekspresi wajahnya. Senyum yang membuatnya bersemangat, sorot mata yang menenteramkan jiwanya.

Bagaimana jadinya jika dia kehilangan cewek ini? Dia bahkan tak sanggup membayangkannya!

“Hei, jangan liatin gue terus gitu ah!” pipi Ferina merona kerena malu.

“Habisin makannya…”

“Ferinandra cantik banget.” Bisik Tama, belum juga melepaskan tatapannya.

Ferina menoleh kearah Tama dengan tatapan aneh selama beberapa saat. Tatapan yang mungkin berarti sesuatu.

➡ VOTE & COMMENT ⬅

Simple Past Present LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang