Di sekolah…
Saat Ferina sampai di kelas, tasnya sudah di tempat. Tiara sedang sibuk menulis. Tiara mengabaikannya.
“Ra, gue minta maaf karena mematikan telepon kemarin.” Ferina mencoba bersuara.
“Ya? Ya?” bujuknya.
Tiara terus menulis.
“Ra, gue akan jelasin kalau lo mau dengerin dan berhenti bersikap kayak gini!”
Tiara tetap saja cuek.
“Lo ngapain sih?” Ferina mencoba teknik lain, tapi sayang Pak Efendy, guru matematika yang sangat jauh dari ramah keburu masuk kelas.
Tiara menoleh sesaat dan menjawab. “PR matematika.”
Astaga! Ferina lupa!
“Yang tidak mengerjakan PR lebih baik keluar dengan sportif sekarang juga, sebelum saya mengusirnya sendiri!” ucap Pak Efendy tegas.
Oke deh, bisa dibilang ini kecelakaan beruntun.
Ferina keluar kelas dengan sangat malu. Dia berjalan gontai menyusuri koridor-koridor kelas.
Baru jam 8 pagi. Tahu-tahu dia sudah sampai didepan aula, dekat parkiran motor. Sepeda motor Tama tidak ada! Ferina merasa heran.
Dengan langkah pasti dia berbalik dan nekat menuju kawasan kelas tiga.
Tiba-tiba…
“Nak, tunggu sebentar!” sebuah suara mengejutkannya.
Ferina berbalik dan melihat Bu Yasmin berdiri dipintu masuk ruang guru.
“Ya, Bu?” Tanya Ferina.
“Maaf, Ibu mau minta tolong. Ini.” Kata Bu Yasmin seraya menyerahkan map.
“Tolong antarkan ini ke Bu Elmi, dia mengajar dikelas 3 IPA-4, sampaikan dari ibu,ya? Ibu ada keperluan.”
Yes! Ferina menarik napas lega. Dengan begini dia tidak perlu mengintip.
Ferina berjalan ke kelas yang dimaksud.
Tok! Tok! Tok!
“Masuk!” sebuah suara menjawab dari dalam ruang kelas.
Ferina membuka pintu dan merasakan semua mata tertuju padanya.
“Ada apa?” Tanya seorang guru.
“Ini Bu, dari Bu Yasmin.” Kata Ferina seraya menghampiri sang guru. Lalu sekilas dia mengedarkan pandang. Dia tidak ada.
“Sudah lengkap, terima kasih ya.” Ucap Bu Elmi.
Ferina berbalik dan keluar kelas diiringi suit-suit jail murid-murid cowok.
Dari sana Ferina menuju perpustakaan. Sebenarnya sedekat apa sih mereka, sejauh apa sih cowok itu terjebak dalam labirin kehidupan Tiffany?
Akhirnya Ferina mendengar bel tanda istirahat bergema.
“Hhhhh…” dia mendesah malas.
Ferina tidak ingin kembali ke kelas. Apa gunanya juga kalau sahabatnya sendiri sedang nggak mau ngomong dengannya.
Tak lama kemudian Ferina melihat Haikal masuk ke perpustakaan. Sebuah ide cemerlang mengusik pikiran Ferina. Mungkin dia bisa mendapatkan petunjuk dari cowok itu.
“Hai!” sapa Ferina.
“Hai juga.” Balas Haikal dan kembali menekuni bukunya.
“Serius banget sih!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Past Present Love
Teen FictionAndra dan Faren, kembaran Ferina, menyimpan rahasia yang baru diketahui Ferina setelah Faren meninggal. Rahasia itu terangkum dalam diari milik Faren. Sayangnya, tak semua curahan hati Faren dalam diari itu dibaca Ferina, hingga ia membenci kembaran...