BAB 19

49 2 0
                                    

“Gue sebel banget, Ren!”

“Sebel kenapa?” Tanya Faren menahan ayunan dengan kakinya.

“Masa sampai sekarang hubungan gue sama Andra nggak jelas gitu. Dari dulu nggak ada kemajuan sama sekali.”

“Maksud kamu gimana sih?”

“Nggak ngerti. Gue sebel aja. Gue yakin banget dia punya perasaan yang sama terhadap gue. Tapi sampai sekarang dia beum juga nembak gue. Paling nggak bilang sayang kek! Masa gue harus nunggu samapi tua sih?” omel Ferina.

Faren tersenyum kecil. “Sabar aja… kalau kamu yakin dia punya perasaan yang sama, kamu nggak perlu sebel begitukan? Yang penting kamu kan tahu, dia sayang sama kamu…”

“Tau ah… kalau dia emang sayang, seharusnya dia kan nunjukin perasaannya. Sekarang gue malah jadi mikir, jangan-jangan selama ini gue aja yang kegeeran.”

“Jangan pesimis gitu dong… Belum pasti kayak gitu lagi…” Faren menyemangati.

“Aku yakin banget Andra punya perasaan yang sama ke kamu. Kamu tunggu aja.”

“Sebodo ah!” Ferina makin sewot aja.

“Dia first love gue, Ren. Dan first love biasanya nggak gampang dilupain. Gue sendiri percaya gue juga kayak gitu. Sampai sekarang perasaan gue ke dia semakin kuat. Kadang cinta emang aneh. Kita nggak peduli dia membalas perasaan kita atau nggak, yang jelas kita menyayanginya dengan tulus. Dan mungkin... ini hanya soal waktu.”

Faren merangkul Ferina. “Kalau ngomongin cinta, kamu ngerti banget ya…”

“Hehehe… nggak juga sih… itu gue kutip dari Yanda.” Ferina mengaku malu-malu.

“Oh ya, memangnya pas kamu curhat ke Yanda, dia bilang apa? Bukannya kalian bertiga deket ya? Mana tahu Andra cerita ke Yanda kan?”

“Hmmm… kata Yanda, Andra itu tertutup soal cewek. Tapi dari sikap Andra ke gue, Yanda juga yakin Andra punya feeling. Katanya sih mungkin dia lagi nunggu waktu yang tepat aja untuk nembak gue…”

“Waktu yang tepat? Bisa jadi.”

❤❤❤

“Fer… maaf ya, aku nggak bisa nemenin kamu ke toko buku. Aku lupa udah janji sama Yuki. Nggak papa kan?”

“Lho, kok lo begitu sih! Bodo ah, pokoknya lo udah janji sama gue!” sergah Ferina.

“Duh, pelase banget deh, Fer. Sekali ini aja…” Faren memohon.

“Nggak ah! Kemarin-kemarin juga lo begitu. Dari dulu lo bilang sekaliiiii mulu!”

“Kali ini bener kok, Fer… penting banget…”

“Kenapa nggak bilang aja ke Yuki kalau lo udah janji duluan sama gue?! Masa lo lebih mentingin teman daripada sodara sendiri sih?”

Faren hanya terdiam sambil menunduk dan memainkan jari. Ferina langsung iba.

“Ya udah deh, kalau lo memang mau pergi sama Yuki, pergi aja. Tapi hati-hati ya.”

“Makasih banget ya, Fer…” katanya sambil memeluk Ferina.

Ferina mengangguk, walaupun sebenarnya dia masih jengkel.

➡ VOTE & COMMENT ⬅

Simple Past Present LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang