Seoul, 2008
Suasana kantin memang selalu ramai ketika bel istirahat berbunyi. Ratusan siswa berhamburan, berlomba-lomba untuk segera mendapatkan makan siangnya. Begitu pula dengan Sulli dan kawannya, mereka kini tengah berkumpul di salah satu meja yang terdapat di kantin.
Sulli lantas melambaikan tangannya heboh ketika Sooji berjalan menuju ke arah mereka.
"Annyeong!"
Sooji tersenyum lebar, namun yang ia dapatkan tatapan mematikan dari kawan-kawannya itu. Apa salahnya?
"Wae? Kalian terlihat menyeramkan!" sungut Sooji, namun ia terkekeh saat tatapan yang mereka berikan semakin tajam.
"Masih bertanya dan tertawa, Ji? Kau keterlaluan." ujar Jieun sembari mengerucutkan bibirnya lucu.
"Biarkan saja gadis ini, dasar sombong. Melupakan kita seenak jidadnya!" kini giliran Jiyeon yang mengomel, gadis ini memang terkenal dengan mulut pedasnya.
"Astaga, maafkan aku. Aku jarang berkumpul dengan kalian, sudah berapa lama ya? Ah, tiga bulan kah? Lama juga ya, aku kira sebentar." oceh Sooji. "Ah kalian merindukanku ya?"
Sooji tertawa renyah ketika kawan-kawannya semakin merenggut. Haruskah ia menghentikan perkataan konyolnya?
"Baiklah, aku minta maaf. Pihak sekolah bahkan tidak memberikan aku libur, sungguh aku juga ingin berkumpul dengan kalian, tetapi kondisi yang membuatku seperti ini. Mianhae, chingudeul."
Jieun tersenyum lembut, ia dan yang lain hanya sekedar bercanda. Mereka jelas paham kesibukan lomba yang dilimpahkan pihak sekolah kepada Sooji. Terdengar tidak masuk akal memang, tetapi itulah kenyatannya.
"Tidak apa-apa, Ji. Kau harus selalu menjaga kesehatanmu ya, kau terlihat semakin kurus."
"Iya semakin seperti triplek!"
"Tepos!"
"Yya!"
Sooji merenggut, ketika suasan haru kembali menjadi gaduh akibat hinaan kawanannya. Tersadar ada sosok lain yang tengah berkumpul, Sooji lantas menoleh dan tersenyum lebar.
"Annyeong, kau pasti Soojung ya? Aku Bae Suzy, senang berteman denganmu. Maaf aku baru sempat mengenalkan diriku."
Soojung tersenyum tipis. "Aku Jung Soojung, tidak masalah Sooji-ssi."
"Ah, kau satu sekolah dengan Sehun dulu?"
Soojung mengeryit, darimana gadis ini tahu? "Aku sempat beberapa kali mengobrol dengan Sehun di kelas menari, ia sempat menyebutkan namamu."
"Ah begitu, aku tidak terlalu dekat dengannya."
Sooji mengangguk, ia melirik teman-temannya yang sibuk mengunyah makanannya.
"Oppa, sahabatmu itu mana, eoh? Tumben tidak ngintilinmu"
Myungsoo hampir tertawa mendengar kalimat yang Sooji lontarkan. "Dia sibuk menyalin tugas, kebiasaan sedari dulu."
Sooji mengangguk. "Ah iya, aku menitip tugasku padamu ya. Aku tidak bisa masuk kelas."
"Lagi?" Myungsoo merenggut, suasana kelas tidak menyenangkan tanpa gadis seperti Sooji.
"Kau taulah, oppa. Kegiatan ini membunuhku." Sooji terkekeh, kedua matanya bersinar seperti bulan sabit ketika Myungsoo mengacak rambutnya pelan.
"Kau tidak makan, Ji?" tanya Myungsoo yang dibalas gelengan kepala oleh Sooji.
"Kau harus menjaga kesehatanmu, bodoh."
Sooji terkekeh, bodoh itu panggilan sayang Myungsoo untuknya. "Aku sudah makan, oppa. Habiskan saja makananmu."
"Kalian sangat dekat ya?" ujar Soojung sedari tadi yang memperhatikan mereka.
"Iya, seperti sepasang sandal swallow" celetuk Jiyeon di sela-sela menghabiskan ramennya.
"Hanya karena kami teman sekelas jadi kami lebih dekat." ujar Myungsoo, Soojung mengangguk mengerti.
"Habiskan makananmu, Jung."
Baik Myungsoo ataupun Soojung kembali menyantap makanannya. Sooji memperhatikan kawan-kawannya. Ah, bukankah ia beruntung memiliki teman seperti mereka? Setidaknya mereka adalah pewarna di kehidupannya yang keabu.
"Sooji sunbae?"
Sooji menoleh, begitu pun dengan yang lainnya.
"Ada apa, tampan?"
Sooji tertawa geli melihat wajah memerah juniornya, sementara yang lainnya mendengus. Sooji ini super jahil memang.
"Aku ingin memberi ini kepada sunbae."
Sooji tersenyum lebar, sembari menerima sebingkis coklat. "Wah, gomawo. Tapi bolehkan kalau aku membaginya dengan teman-temanku?"
Jisoo menganggukkan kepalanya semangat. Diterima coklat buatannya saja ia sudah sangat senang.
"Semoga sunbae menyukainya, aku membuatnya sendiri."
"Omo! Wah, kau hebat sekali."
Jisoo tersipu, membuat kawanan Sooji mendengus. "Terima kasih ya tampan. Sampai bertemu lagi."
Jisoo menhangguk, kemudian melambai sebelum akhirnya meninggalkan Sooji yang semangat membagikan coklatnya.
"Pandai merayu, eoh?" Myungsoo bersungut."Sooji kan memang begitu, penggoda." tawa Jiyeon.
Sooji hanya mengangkat kedua bahunya acuh. Ia segera menyantap coklat almond kesukaannya.
"Dasar sirik!"
.
.
Part ini memang ngebosenin, cuma kejadian sepintas di masa lalu. Jadi tau kan asal mula Soojung itu gimana hehe? Jadi ditunggu next partnya ya! Kalau makin banyak vote dan commentnya, insyaallah tiap hari aku update hehe. Happy reading, dont forget to vote and comment! Thanks!
KAMU SEDANG MEMBACA
GONE
Fanfiction"Aku seperti hujan, rela berkali-kali jatuh padamu meski kau terus berlari dan mencari tempat berteduh"-Suez