Part 13 - Self-injury

3.1K 481 27
                                    

Sooji merenung. Pikirannya berkelana jauh, menyelami serpihan memori yang ia simpan dengan rapih. Menyelami luka yang semakin dalam seiring berjalannya waktu. Sooji pikir, setelah mengasingkan diri luka yang berlabuh di hatinya telah sembuh, namun nyatanya tidak.

Sooji sakit.

Ia belum menemukan obat dari luka yang dideritanya.

Sooji kembali mengingat pertemuan singkat yang terjadi antara dirinya dan Myungsoo. Di bawah sinar cahaya rembulan, sebuah pertanyaan terlontar untuknya. Sebuah pertanyaan retoris menurut Sooji. Sebuah pertanyaan yang tidak seharusnya pria itu tanyakan.

"Mengapa kau pergi begitu saja? Aku menunggu penjelasanmu saat itu."

Sooji rasanya ingin tertawa di sela keterkejutan akan pertanyaan yang ditujukan untuknya. Sangat jelas, pertanyaan itu hanyalah kalimat tanya retoris yang tidak membutuhkan jawaban.

"Aku sudah berulang kali melakukannya, dan kau menyuruhku berhenti. Mengapa kau harus menanti penjelasan jika kau sendiri yang menyuruhku untuk berhenti?"

Sooji mengingat raut wajah pria itu sebelum ia beranjak pergi meninggalkannya. Raut wajah yang tak Sooji mengerti. Sepertinya pikiran Sooji kembali berkelana jauh. Serpihan kenangan menyakitkan itu kembali muncul.

"Aku menyukaimu, ah tidak aku mencintaimu. Mau kah kau menjadi kekasihku?"

"Aku serius kali ini. Semua ucapanku serius sejak lalu, hanya saja kemarin aku berbohong karena aku tidak siap mendengar jawabanmu."

"Benarkah? Kau menerimaku? Terima kasih, oppa. Aku mencintaimu."

Sooji meringis, ia menangis merasakan kebahagian yang hinggap di hatinya akibat kenangan indah yang ia miliki.

"Kenapa kemarin tidak datang, oppa?"

"Padahal aku menunggumu di sini."

"Ah begitu, tidak masalah mungkin Soojung lebih membutuhkanmu kemarin dibanding aku.  Lain kali kau harus menepati janjimu, ayo pergi kencan."

Sooji kembali tersenyum. Mengingat kenangan manis membuat hatinya menghangat.

"Aku ingin bercerita, Jieun."

"Yya, aku serius."

"Aish, gadis ini. Aku tidak memiliki banyak waktu, Ahn Saem akan segera datang dan menyeretku untuk berlatih."

"Aku menyukai sepupumu"

"Bukan itu, aku menyukai sepupu tampanmu sebagai seorang gadis. Ah, aku bahkan mulai mencintainya."

"Hmm"

"Belum, aku baru menceritakannya kepadamu. Ah, ada satu hal yang harus kau tahu. Kami telah..."

"Aku pergi dulu, bye!"

Tawa Sooji menggema di seluruh penjuru studio yang tak bernyawa. Hanya ia seorang diri yang berada dalam studio itu. Pemotretan selanjutnya dilakukan tepat di studio sebelah.

"Dasar jalang!"

"Bagaimana bisa kau merebut kekasih temanmu sendiri, eoh?"

"Wajahmu saja cantik, hatimu ternyata begitu busuk, Sooji-ssi"

Sooji meringis. Merasakan kepalanya yang mulai berdenyut. Mengapa rasanya sangat sakit?

"Yya! Kenapa kau setega ini dengan Soojung, Ji?"

"Mereka berpacaran dan kau merebut pacar temanmu sendiri? Di mana letak hatimu?!"

Sooji menangis. Rasa sakit menyerangnya secara kejam. Sakit sekali.

"Ini bahkan hari ulang tahunku, mengapa kejutan yang kau berikan sangat sempurna, oppa?"

"Apa maaf dapat membuat keadaan kembali seperti semula, oppa?!"

"Semua orang membenciku, bahkan aku dituduh merebutmu! Seharusnya kau mengatakan bahwa Soojung kekasihmu!"

"Ah, kau pasti mengkasiani kehidupan menyedihkan yang aku miliki kan?"

"Kau menyedihkan, Bae Sooji. Tidak ada satu pun yang mencintaimu."

"Terima kasih atas kejutannya, oppa. Aku harap kau bahagia, aku pergi."

"Akh!"

Sooji memekik. Jemarinya menarik kasar surai hitam miliknya. Tangisan pilu menggema di seluruh penjuru ruangan.

Ia menangis, sebagai bentuk rasa sakit yang ia terima. Hidup sangat tidak adil untuknya. Melihat dewi keberuntungan tidak berpihak kepadanya. Melihat tak seorang pun yang mempercayai perkataannya. Tuhan, mengapa hanya ia yang tersakiti?

"Argh! A..ppo."

Sooji berteriak, frustasi dengan kondisi kehidupannya yang tak pernah membaik.

"Sooji!"

Kesadaran Sooji hampir hilang, jemarinya meremas beberapa helai rambut miliknya. Denyut di kepalanya semakin terasa sakit. Sooji limbung, ia tak kuasa menahan tubuhnya lagi. Sooji hanya mampu melihat wajah tampan yang dipenuhi kepanikan sebelum kesadaran terenggut darinya.

**

Myungsoo panik bukan main, mendapati keadaan Sooji yang sangat tidak baik. Kehilangan kesadaran setelah berteriak kesakitan dan menyakiti diri sendiri, persis ketika ia berbincang dengan Sooji sebelumnya. Wanita itu tanpa pemberitahuan collaps seketika.

Myungsoo mengusap wajahnya kasar, sedari tadi ia melangkah kesana dan kemari  dengan gelisah sementara dokter memeriksa keadaan Sooji di dalam. Ia menatap sejenak Jieun yang menangis, sembari menggigit kuku jemarinya resah. Myungsoo mengetahui Jieun bukanlah wanita yang mudah dilanda ketakutan, ia menyadari rasa sayang Jieun terhadap Sooji yang begitu besar.

"Berhenti menangis, Jieun. Akan lebih baik kau menceritakan penyakit apa yang diderita Sooji sebenarnya!"

Persetan dengan mengkontrol amarahnya, Myungsoo tidak mampu menahannya. Kebisuan Jieun hanya membuat kepalanya semakin pening, pita suara wanita itu seakan terenggut begitu saja.

"Yya, jebal! Aku tidak bisa tenang."

Jieun tak peduli. Ia masih panik dan merapalkan doa untuk kondisi Sooji saat ini. Masa bodoh dengan pekikan yang menambah kepanikannya. Pria sialan, maki Jieun dalam batin.

"Aish, kau membuatku frustasi Jieun!"

"Uisanim!"

Jieun langsung mengambil langkah seribu menuju sang dokter. Ia menatap cemas kepada sang dokter yang tampak menghela nafasnya.

"Sooji baik- baik saja kan?"

Dokter Kim tersenyum tipis seraya menganggukkan kepalanya.

"Sooji baik - baik saja, hanya saja mentalnya kembali terguncang. Trauma di masa lalu membuat depresi kembali di alami oleh Sooji. Sudah saya katakan, tidak seharusnya Sooji berpikir hal- hal yang memicu pada traumanya, ini tidak baik."

Kedua bola mata Myungsoo mengerjap.

"T..trauma? D..depresi?" lirih Myungsoo.

Apa yang sebenarnya terjadi kepada Sooji? Mengapa wanita itu seakan - akan meminggul beban berat seorang diri? Berapa banyak hal yang tidak diketahuinya?

"Akibat depresi yang dialami Sooji, self-injury kembali diderita olehnya. Maka dari itu Sooji sering kali menarik rambutnya secara kasar ketika rasa sakit kembali datang. Meski bukan self-injury akut yang Sooji alami, tetapi jika kondisi mentalnya semakin memburuk maka menggores tangan bisa Sooji lakukan."

Jieun kembali menangis, ia merasa gagal melindungi Sooji. Wanita itu kembali sakit seperti dulu. Sementara itu Myungsoo merasakan tubuhnya lemas. Meski bukan penyakit raga yang Sooji alami, mendengar kondisi mental Sooji selama ini membuat ia lemas, bahkan Sooji mampu menyakiti diri sendiri sebagai bentuk pelampiasan keputusasannya.

"J..ji.."

.
.
Hai, ada yang nunggu gak? hehe. Aku sedih setiap part bahkan ga tembus 100 yang menvote, aku harap selanjutnya banyak yang vote ya. Terima kasih yang sudah support ff ini. Dont forget to vote and comment ya!

GONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang