Sooji menatap penampilannya di sebuah cermin besar. Sebuah dress yang berlapis brukat melekat pada tubuh rampingnya. Make up tipis yang ia poles menampilkan kesan natural pada wajah cantiknya.
Sooji hanya tidak mengerti. Mengapa ia harus didandankan bak putri kerajaan untuk pesta formal perayaan keberhasilan bisnis? Ia terlihat seperti seseorang yang ingin bertunangan.
"Kau sangat cantik." ujar Jieun melihat penampilan atasannya.
Sooji tersenyum tipis. "Tidak secantik dulu tepatnya" sahutnya datar.
Jieun menggeleng. Baginya Sooji sangat cantik sejak dulu, bahkan banyak pria yang mengantri Sooji. Semacam gadis idaman semasa sekolahnya.
"Kau sangat cantik sejak dulu, Ji"
Sooji hanya diam, enggan merespon perkataan Jieun. Ia memilih untuk melangkah, menuju pesta yang diadakan rekan bisnis ayahnya.
**
Ratusan tamu undangan terlihat menikmati pesta. Alunan musik klasik menggema di ballroom megah tersebut. Sementara Sooji hanya duduk di sudut ruangan, membiarkan Jieun berjalan kesana kemari menikmati pesta. Mencari pangeran berkuda putih katanya.
Banyak pasangan yang mulai berdansa, mengikuti irama musik yang menggema. Sangat menenangkan. Sooji tersenyum lirih, musik klasik mengingatkan pada seseorang. Seorang pria yang gemar membelikan CD berisi musik klasik, sebagai media untuk konsentrasi ketika belajar.
Sooji jadi ingat kejadian ketika di bandara kemarin. Pria itu tampak begitu membenci dirinya. Sebegitukah buruk ia di mata pria itu?
"Semua orang membenciku" lirihnya sebelum beranjak berdiri.
Kedua kaki jenjang yang terbalut heels setinggi 7 cm, melangkah lambat. Ia harus segera ke kamar mandi untuk menangkan dirinya. Seiring kedua kakinya yang melangkah, seorang pria baya menyampaikan sambutannya. Sooji sungguh tidak mendengarkan maksud dari sambutan itu, ia tidak focus saat ini. Focusnya teralihkan pada langkahnya yang harus hati-hati agar tidak menabrak tamu undangan yang berdiri mendengarkan pidato dari sang tuan pemilik pesta.
"Terima kasih atas kehadiran tamu undangan yang ikut merayakan keberhasilan Kim Corp. Perusahaan saya tidak akan berhasil sesukses ini tanpa bantuan rekan- rekan yang selalu mendukung saya. Khususnya Tuan Bae Jongsuk yang selalu berada di samping saya sebagai rekan dan sahabat yang selalu mendukung saya."
Sooji sontak menghentikan langkahnya. Bukan karena nama sang ayah yang disebut dalam pidato sambutan tersebut, melainkan ketika sepasang bola mata kecoklatan miliknya bertemu dengan manik hitam milik sepasang insan manusia.
Sooji menegang. Tubuhnya bergetar tanpa alasan. Bayang-bayang itu kembali muncul dan suara yang menyerukan kebencian untuknya berputar di kepalanya.
"Dasar jalang!"
"Sahabat macam apa kau ini, huh?"
"Pembawa sial!"
"Muka dua sekali jalang ini."
Sooji meringis merasakan rasa sakit yang menyerang kepalanya. Kepalanya berdenyut hebat seiring langkah kaki yang mendekat ke arahnya.
"Long time no see, nona"
Suara itu. Salah satu suara yang menyerukan kebencian untuknya. Wajah itu. Raut wajah yang selalu memerah ketika bertatap muka dengannya. Tubuh Sooji hampir ambruk jika Jieun tidak segera menahannya.
"Sooji!"
Jieun panik. Ia menopang tubuh tegap Sooji, wanita didekapannya hampir tidak sadar.
"Kau baik-baik saja, kan?"
Jieun semakin panik ketika Sooji hanya diam dengan bola matanya yang menatap lurus. Jieun mengikuti pandangan Sooji, ia terkejut. Pria dan wanita itu? Ia meringis melihat ketidakpedulian sepasang kekasih itu yang hanya diam tanpa membantu dirinya dan Sooji. Benar-benar keterlaluan.
"Sialan!"
Jieun berdesis. "Tak ada niatan untuk membantuku, Myungsoo-ssi?"
Myungsoo terdiam. Sedikit terhenyak dengan kalimat dan kejadian yang baru saja terjadi. Mengapa bertemu dengan masa lalu membuat Sooji bereaksi seperti ini?
"Aish!"
"G.. gwenchanha (aku baik-baik saja)" lirih Sooji.
Jieun menghembuskan nafasnya. Wanita ini benar benar keras kepala. Berbicara yang tidak sesuai dengan keadaannya. Sooji yang sudah mulai tenang, lantas menunduk dan hendak melangkah pergi bersama Jieun.
"You must say sorry, Miss Bae"
Sooji tersentak. Haruskah ia meminta maaf atas hal buruk yang bukan ia sebabkan?
"Tutup mulutmu, Soojung-ssi!" Jieun benar-benar kesal kali ini. Ia merasa Soojung sudah keterlaluan.
"Ayo pergi"
Baru saja ingin melangkah, suara Tuan Kim kembali terdengar beserta sebuah cahaya lampu yang menerangi empat manusia yang terdiam. Terkejut atas perkataan Tuan Kim. Tubuh Sooji sontak melemas, kesadarannya hilang seketika.
"Hari ini saya akan mengumumkan sesuatu. Putra saya Kim Myungsoo akan menikah dengan putri Bae Jongsuk, Bae Sooji. Wanita karir dengan segala kesempurnaannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
GONE
Fanfic"Aku seperti hujan, rela berkali-kali jatuh padamu meski kau terus berlari dan mencari tempat berteduh"-Suez