Part 27 - Regret

3.2K 412 30
                                    

Soojung meringis, merasakan tatapan manusia di sekitarnya. Bukan sebuah tatapan yang baik untuk Soojung terima, ia begitu risih. Seakan - akan ia adalah sosok yang paling menjijikan di dunia ini. Memang apa salahnya? Mengambil keputusan untuk menjajakan tubuhnya dan mendapatkan hasil apa sebuah dosa? Ini hidupnya dan ia berhak untuk menentukan pilihannya.

Soojung memilih untuk melangkah lebih cepat serta membenahkan topi dan juga masker yang ia kenakan. Menekan tombol lift dengan gerakan cepat agar ia bisa seorang diri tanpa ada orang lain.

'Drt... drt...'

Soojung melirik ponsel yang digenggamnya, managernya sudah ratusan kali mencoba menghubunginya. Namun, ia enggan untuk menjawab. Ada hal yang lebih penting dibandingkan mendengar ocehan sang manager. Bukankah akan lebih baik jika ia langsung berhadapan dengan bos besar? Oh tentu pria itu pasti akan murka.

"Selamatkan aku, Ya Tuhan."

Merapalkan doa sebelum memutuskan untuk mengayuh tungkainya. Mendorong kenop pintu berkayu dengan pelan, berusaha untuk tidak menarik perhatian si pemilik ruangan. Bibir tipisnya hampir mengeluarkan suara pekikan tatkala ia mendapati tatapan dingin yang mematikan. Tamat sudah riwayat hidupnya.

"Aku bisa jelaskan, aku harap kau akan mendengarkannya."

Sehun bungkam, tungkainya melangkah mendekat pada wanita yang berdiri di ambang pintu. Manik hitamnya menelisik setiap perubahan raut wajah yang dimiliki Soojung. Tak ada yang mengerti apa yang dipikirkan pria jangkung itu. Pastinya pria itu kinu sedang marah besar.

"Mengapa kau melakukannya?"

Soojung tertegun, maniknya mengerjap dengan indah. Suara lembut itu menyapa indra pendengarannya, memaksa tubuhnya menjadi cairan saat ini. Bagaimana bisa Sehun selembut ini setelah mengetahui apa yang ia perbuat?

"Kau tidak mungkin melakukannya tanpa alasan, jadi jelaskan alasanmu padaku. Aku akan mendengarmu."

Soojung luluh. Jemarinya terselimut oleh telapak tangan hangat milik Sehun. Ia bodoh, rasanya ingin menangis saat itu juga. Manik coklatnya sudah terlapisi kaca yang siap pecah.

"Sehun.."

Soojung melirih, ia menangis. Terisak di hadapan pria yang selalu menjadi malaikat penolongnya. Tanpa malu ia menghambur pada dada bidang milik Sehun, mencari kehangatan sekaligus ketenangan.

"Maafkan aku, seharusnya dirimulah yang aku andalkan. Tetapi untuk bisa bertahan sampai saat ini, aku harus melakukan itu semua. Maafkan aku, Sehun."

Sehun memejamkan kedua matanya sejenak. Tubuhnya meradang, namun segera ia tahan. Sehun hanya tidak mengerti pola pikir wanita yang dicintainya ini. Ia jelas bisa mengusahakan apa yang Soojung inginkan, termasuk popularitas atau tahta. Mengapa Soojung masih terus berkelana?

"Aku membutuhkan sandaran, dan kau pergi. Selain bertahan hidup, mereka adalah tempat berbagiku. Maafkan aku."

Sehun mendesah. Ia pergi meninggalkan Soojung karena alasan. Ia harus segala macam perihal perusahaan miliknya. Sebagai pewaris, ia harus bertanggung jawab atas haknya. Ia tidak ingin perusahaan yang telah dibangun susah payah oleh sang Ayah hancur begitu saja, hanya karena kurangnya kerja keras yang ia lakukan.

"Maaf, tidak seharusnya aku meninggalkanmu."

Soojung menggeleng. Ia sudah berbuat banyak dosa, baik pada Sehun atau Myungsoo. Ia pantas dirujam karena kebusukannya yang bermain ke sana dan ke mari.

"Kau tidak salah, akulah yang salah di sini. Maafkan aku."

Sehun mendesah. Dilepaskannya dekapan erat tersebut, menatap lembut Soojung yang masih dengan isakan kecilnya. Sehun tersenyum, wanitanya masih cantik meski seperti ini.

GONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang