Setelah melayangkan protes untuk sang ayah dan hanya berakhir dengan luapan emosi yang membara. Bahkan kekasihnya yang berprofesi sebagai model itu mengamuk kepadanya dan ia belum menerima kata maaf dari wanita bermarga Jung itu. Dengan terpaksa ia harus menerima perintah dari ayahnya. Ayahnya terlalu kejam melayangkan ancaman yang membahayakan untuk kekasihnya. Lebih baik ia menurut dan meminta maaf kepada Soojung setelahnya.
"Sudah siap, Sajangnim?"
Myungsoo menoleh, kemudian menganggukan kepalanya. Kedua kaki jenjangnya melangkah dengan tempo lambat, manik hitamnya mengamati seluruh penjuru studio tersebut. Tepat di tengah studio, Sooji berdiri dengan balutan pakaian yang menampilkan kesan polos dan seksinya sekaligus. Myungsoo akui, usulan Sooji untuk pakaian yang dikenakannya memang membuat pakaian tersebut sempurna.
"Ekhm.."
Myungsoo berdeham ketika melihat Sooji hanya menatap kosong tanpa arah.
"Wae?" ujar Sooji, sembari menoleh dengan raut datarnya.
"Tidak, hanya saja kau banyak berubah. Yah, tak seceria dulu."
Sooji menarik sebelah sudut bibirnya. Bodoh sekali mendengar gemuruh jantungnya yang berdetak cepat.
"Anda terlihat memperhatikan saya, Tuan." senyum Sooji. "Setiap manusia pasti akan berubah, termasuk diriku."
Myungsoo hanya terdiam, manik hitamnya masih menatap Sooji dengan tajam. Ia tak mengerti dengan gelenyar aneh yang hinggap di hatinya. Amarahnya yang memuncak ketika pertemuan pertama kali mereka hilang dalam sekejap.
"Pemotretan akan dimulai! Segera berpose, sajangnim."
Sooji mengangguk, ia segera mendekatkan diri kepada Myungsoo. Sooji mengetahui konsep untuk acara pemotretan ini. Senyum tipis menghias di wajah miliknya, segelintir memorinya kembali berputar di kepalanya. Ia masih mengingat jelas ketika ia merintis karir dalam dunia entertaiment. Sangat melelahkan rasanya.
"Hmm, saya rasa kalian harus lebih dekat."
Baik Sooji atau Myungsoo segera mendekatkan diri lagi. Senyum di keduanya terlampir, mereka harus bersikap profesional tanpa melibatkan permasalahan pribadi. Meski ini pengalaman pertama bagi Myungsoo menjadi seorang model, tetapi Myungsoo sudah cukup baik melakukannya.
"Nah, sekarang Tuan Kim memeluk Nona Bae dari belakang."
Sooji menahan napasnya, lengan kekar yang selalu diidamkannya memeluk tubuhnya. Deru nafas milik Myungsoo menggelitik leher putih miliknya. Astaga, pasokan oksigen seketika menipis.
"Nona Bae, mohon lebih rileks!"
Sesegera mungkin Sooji mengubah raut wajahnya lebih rileks.
"Kau gugup?" bisik Myungsoo.
Sooji menggeleng kaku, ia kembali berpose sesuai perintah si photogrhaper. Sooji harus kembali menahan nafasnya ketika pose intim seakan tengah berciuman mereka lakukan.
Sooji lemas.
**
Sooji segera menyeruput segelas
latte dingin yang Jieun berikan. Ia terlalu lelah menahan napas selama acara pemotretan berlangsung. Kegugupan melanda sekujur tubuhnya, membuat Sooji hampir pingsan di tempat."Anda baik - baik saja?"
Jieun menatap heran gelagat aneh Sooji, ditambah dengan wajah Sooji yang memerah.
"Aku baik - baik saja." tukas Sooji seraya meletakkan latte miliknya dan terduduk di kursi tepat di sebelah Jieun.
Jieun mengangguk dengan wajah ragu. Gelagat Sooji menunjukan ia tidak baik - baik saja. Jieun mengedarkan pandangannya, senyum tipis menghias wajah cantik milik Jieun. Sekarang ia mengerti arti dibalik gelagat aneh Sooji.
"Kau gugup ya?"
Sooji mendelik dengan raut datarnya. "Tidak!" tukas Sooji dengan cepat.
Jieun tertawa dibuatnya, Sooji terlihat sangat menggemaskan. "Ah, apa kau masih mencintainya?"
Sejenak Sooji terkesiap. Tubuh rampingnya menegang, ia benci pertanyaan ini. Sooji harus kembali bertanya kepada hatinya dan menjawab dengan naif. Kebohongan besar jika ia menjawab tidak. Sooji mencintainya, sangat.
"Tak perlu dijawab, aku sudah mengetahui jawabannya, Ji" tukas Jieun, menyadari perubahan raut wajah Sooji.
Sooji menghembuskan napasnya perlahan, tubuhnya kembali rileks. Sooji hanya tidak mengerti mengapa Jieun sebaik ini kepadanya.
"Geurae? Aku terlalu bodoh karena masih mencintainya." Sooji berlirih pelan.
Menundukan kepalanya dengan dalam, berharap cairan bening miliknya tidak terlihat oleh Jieun. Sooji mengingat segala kenangan yang ia miliki sejak dirinya kecil hingga saat ini. Bagaimana setiap takdir buruk menimpa kehidupannya tanpa henti. Bagaimana sumber kebahagiannya menghilang dari kehidupannya. Bagaimana langit memberikan garis takdir yang kejam untuknya.
Bagaimana orang di sekitarnya memilih untuk tidak mempercayainya, termasuk pria yang dicintainya.
Kim Myungsoo.
Tanpa Sooji sadari, manik hitam miliknya menatap Sooji dengan pandangan yang sulit diartikan.
.
.Hai! Sorry kalau makin absurd, jangan lupa vote dan comment ya! Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
GONE
Fanfiction"Aku seperti hujan, rela berkali-kali jatuh padamu meski kau terus berlari dan mencari tempat berteduh"-Suez