Part 8 - Fate

3.1K 451 14
                                    

Hai!
Sebelumnya aku mau ingetin kalau ff ini alurnya agak lambat, jadi maaf kalau ngebosenin. Nanti aku selang-seling part ketika flashback sm saat ini, jd mohon ditunggu yang sabar ya. Aku baru nulis lagi jadi harap dimaklumi jika banyak kekurangan . Happy reading, dont forget to comment and vote. Thanks!
.
.

Langkah kaki Myungsoo melaju dengan tempo cepat. Hari ini ia akan bertemu dengan sang kekasih. Setelah menolong Sooji membawa tubuh wanita itu ke kamar hotel, ia segera melayangkan protes kepada sang ayah dan kembali bertemu Sooji yang menghasilkan tangisan dan ringisan wanita itu, jadi ia belum sempat berbicara dengan wanitanya.

"Soojung." panggil Myungsoo lembut, kedua tangan kekarnya segera mengenggam tangan wanitanya erat.

"Ingin pesan apa?" Soojung bersuara, datar dan singkat.

Myungsoo menghela nafasnya panjang. Ia sudah tahu bahwa wanitanya pasti akan marah kepadanya. Astaga, demi Tuhan ia tidak tau-menau mengenai rencana konyol ayahnya.

"Soojung, sungguh aku tidak tau tentang rencana konyol ayahku. Ak..-" ujar Myungsoo terputus, wanitanya ini memang gemar menyela ucapan orang lain.

"Konyol? Bukannya kau ingin kembali dengan mantan-mu itu, huh?"

Myungsoo mengernyit tak suka. "Apa maksudmu?"

Senyum miring Soojung menghiasi wajahnya. "Jangan naif, oppa! Kau senang kan mantan-mu itu kembali? Ah, atau mantan selingkuhanmu?"

Myungsoo menggeram, tetapi secepat mungkin ia mengkontrol raut wajahnya. "Kita sudah pernah membahas ini, sayang. Jangan seperti ini, kau sangat tau yang seharusnya kita bahas bukan hal ini"

Soojung mengangguk, memilih mengalah dengan egonya yang begitu besar. "Apa yang ingin kau bahas, oppa?"

"Aku menolak keras perjodohan ini, Jungie. Aku juga tidak akan mengajakmu jika aku tahu ayahku akan mengumumkan hal konyol itu. Dan aku minta maaf karena meninggalkanmu kemarin."

Diam Soojung membuat Myungsoo semakin cemas dan gelisah. Ia jelas salah meninggalkan gadisnya yang terpuruk dan menolong gadis lain yang notabenenya adalah masa lalunya.

"Aku maafkan." Soojung bersuara pelan.

"Terima kasih, sayang. Sabarlah menunggu hingga semua ini berakhir"

Myungsoo memekik riang, ia segera menggengam tangan Soojung erat. Ia tidak ingin kehilangan wanitanya.

**  

Jieun yang tengah memilih beberapa sayuran lantas menghentikan langkahnya. Kedua bola matanya bergetar, melihat dua insan manusia yang tengah tertawa riang. Kapan terakhir kali ia tertawa riang bersama mereka?

"Le..Lee Jieun?"

Tubuh Jieun menengang, ia merindukan mereka. Merindukan kebersamaan konyol yang mereka lakukan. Merindukan canda tawa yang menghiasi harinya.

"An..nyeong, bisa kita bicara?" pinta Jieun.

Disinilah Jieun, Sulli dan Jiyeon berada, kedai kopi yang berada di sebrang supermarket. Ketiganya saling terdiam, enggan untuk memecahkan keheningan yang terjadi.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Sulli yang akhirnya membuka suara.

Jieun tersenyum tipis. "Seperti yang kalian lihat, baik. Bagiamana dengan kalian?"

"Baik juga." ujar Sulli.

Jiyeon masih enggan membuka suaranya, ia ingin berucap tetapi ragu. "Aku dengar kau menjadi sekretaris Sooji, mengapa kau memilih bersama si licik itu, huh?"

Bukan kesal, Jieun malah tertawa kecil. "Kau tidak berubah ya, Nona Park."

"Aku serius, Lee Jieun!"

"Yya, tenanglah."

Sulli menegur, tidak mungkin ia membiarkan pertemuan pertama mereka setelah sekian lama berantakan karena tempramen buruk milik Jiyeon.

"Hanya saja aku tidak ingin dibutakan dengan kelakuan manisnya. Mengapa kalian berpikir semua kesalahan Sooji? Aku pikir kalian harus kembali menyelediki lebih lanjut, siapa yang bersalah sebenarnya."

**

Sooji mendudukan dirinya tepat di hadapan sang Ayah. Ia sudah memutuskan untuk menentang ayahnya meski harus melibatkan luapan emosi. Ia harus mencoba sebelum semuanya terlambat. Ia tidak ingin kembali menderita dengan sebuah hubungan yang tidak diinginkan.

"Batalkan perjodohan ini."

Sooji bersuara, dingin. Manik kecoklatan miliknya menatap sang ayah datar. Ia benci bersikap seperti ini, tetapi keadaan yang mengharuskannya.
"Tidak bisa" ujar Tuan Bae tegas.

Sooji menarik sebelah sudut bibirnya. "Apa tujuan anda menjodohkanku dengannya, Tuan?"

Tuan Bae tersenyum. "Tentu saja karena relasi bisnis dan persahabatan. Lagipula Myungsoo mantan kekasihmu dulu, kan? Jadi apa masalahnya?"

Sooji terkejut. Ayahnya mengetahui hal itu?

"Darimana an.."

"Aku mengetahui semua hal tentangmu, putriku."

Kedua tangan Sooji mengepal. Manik hazelnya memerah, menahan amarah. Ayahnya mengetahui segala penderitaan yang ia terima? Hebat sekali.

"Dan anda hanya diam?" desis Sooji.

Tuan Bae meringis mendengar nada sinis yang dilontarkan putrinya. "Sudahlah, lakukan saja perjodohan ini. Aku tahu kau masih mencintainya."

"Aku tidak mau!" bentak Sooji, persetan dengan kesopanannya.

"Hanya menurut jika diperintah! Itulah tugasmu!"

Sooji hampir menangis. Mengapa rasanya begitu sakit, Tuhan? Ayahnya bahkan hanya menjadikan boneka yang diperalat. Apa salahnya?

"Kau benar - benar tidak punya hati! Bunuh saja aku agar penderitaan ini berakhir, itu lebih baik!"

"Keluar!"

Sooji semakin mengeratkan kepalan tangannya. Dengan limbung ia melangkah keluar, menyembunyikan air mata yang sudah menghiasi pipinya. Tuhan, takdir kejam apa yang Kau rencanakan?

GONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang