Ruangan putih itu terpadu dengan suasana canggung. Sooji yang diam seribu bahasa, begitu juga dengan Sang ayah dan neneknya. Ia cukup terkejut dengan kedatangan sanak keluarganya yang begitu tiba - tiba. Selama ini Sooji hanya seorang diri ketika ia jatuh sakit, sekretaris ayahnya dulu yang datang dan mengurus administrasi rumah sakitnya. Ia seorang diri.
"Aku butuh istirahat, apa yang ingin kalian bicarakan sebenarnya?"
Berdosakah ia bersikap kasar seperti ini? Sooji hanya butuh waktu untuk beristirahat. Kehadiran ayah dan neneknya cukup membuat jantungnya bekerja tak karuan. Begitu cepat dan tak mampu ia kendalikan.
"Maafkan kami, Sooji."
Sooji terkejut. Sebuah kalimat yang Sooji impikan sedari dulu. Kata maaf yang tak pernah terucap. Manik coklatnya memerah, ia rasa akan menangis detik ini juga.
"Maafkan kami, Ji. Maafkan ayahmu ini, nak. Maafkan segala perlakuanku, appa."
Sooji menangis. Menerima dekap yang ia rindukan sedari dulu. Dekapan sang ayah. Ia menenggelamkan wajahnya di dada rapuh ayahnya.
"Maafkan appa, Nak. Appa sangat jahat padamu. Appa tidak peduli denganmu. Appa yang selalu memaksakan kehendak ayah. Appa yang mengasingkanmu. Appa yang selalu bersikap tidak adil denganmu. Maafkan appa, sayang."
"A..ap..pa.."
Tuan Bae menangis, Nenek Jihyun begitu juga. Ia begitu berdosa telah menelantarkan cucunya hanya karena dendam tak beralasan. Ia selalu menyalahkan cucunya atas kematian dua menantu tersayangnya. Sungguh berdosa dirinya ini Tuhan.
"Nenek, aku ingin memelukmu."
Sooji berucap di sela tangisannya, menatap neneknya penuh harap. Jihyun tersenyum, ia segera mendekatkan tubuhnya. Mendekap putra dan cucunya dengan sayang. Sooji selalu menderita selama ini, ia harus menebusnya.
"Maafkan nenek, sayang."
😂😂😂
Naeun tersenyum lebar, menatap keluarga kecil yang tengah menangis haru. Di sampingnya ada Jieun yang tengah menangis sesegukan, persis seperti bayi baru lahir.
"Aish, kenapa jadi kau yang menangis sih?" Gerutu Naeun, menurutnya gadis cengeng seperti Jieun itu merepotkan.
"Bagaimana dengan yang lain? Maksudku, hanya Myungsoo yang tahu, Jiyeon dan Sulli atau yang lain belum tau."
Jieun tak menggubris, memilih melontarkan pertanyaan penting. Jieun dapat melihatnya, senyum sinis yang tak ia mengerti. Naeun itu wanita nekat yang terlalu rumit.
"Tenang saja, aku sudah menyiapkan kejutan cantik untuk Soojung."
Jieun mengernyit. "Apa? Kau tidak ingin melaporkannya ke polisi, bukan?"
Naeun mengangkat kedua bahunya acuh, sementara Jieun mendengus keras. "Sooji tidak akan mengizinkanmu untuk membawa hal ini ke jalur hukum, Son Naeun!"
Naeun tersenyum manis, kemudian melangkah pergi setelah ponselnya berbunyi. Mengabaikan bayi menyusahkan yang berteriak memanggilnya. Sangat cempreng.
"Yya, Son Naeun!"
😂😂😂
"S..soo..ji..."
Myungsoo meracau tak karuan. Sudah seminggu ini waktunya ia habiskan bersama cairan pekat yang membuatnya pening. Menyerahkan seluruh tubuhnya tanpa mempedulikan akibat yang ia terima. Mengacuhkan tumpukan berkas yang sudah menunggu untuk segera ia selesaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GONE
Fanfiction"Aku seperti hujan, rela berkali-kali jatuh padamu meski kau terus berlari dan mencari tempat berteduh"-Suez