Myungsoo tersenyum, menatap Sooji yang masih terlelap. Tubuh lemasnya sudah membaik berkat asupan obat yang diresepkan oleh sang dokter. Jieun sedang mengurus pekerjaan Sooji, ia dengan sukarela menawarkan untuk menjaga Sooji.
Sooji itu cantik. Sangat cantik. Tanpa sentuhan make up pun wajah gadis itu tetap bersinar. Saat ini ia tampak seperti seorang bidadari yang terlelap. Myungsoo menyukainya. Terlebih dengan bulan sabit yang muncul ketika senyum tersungging di wajahnya. Sangat cantik.
"Eo.."
Myungsoo tersenyum lebar, melihat kedua mata Sooji yang terbuka. Kerutan halus tercipta di dahi milik Sooji, mempertanyakan keadaan Myungsoo di sini. "Kau sudah bangun? Membutuhkan sesuatu? Akan aku ambilkan, katakan saja."
Sooji menggeleng lemah. Ia tidak butuh apa- apa saat ini, ia hanya butuh jawaban dari pertanyaan dan segelas air minum mungkin. "Bagaimana bisa kau di sini? Kau yang menjagaku? Jieun eonnie ke mana?"
Tawa Myungsoo terdengar. "Mengapa kau jadi sangat cerewet, Ji?" gemasnya seraya mengacak surai Sooji.
Sooji merenggut, tidak menyukai sebutan cerewet yang diberikan Myungsoo. "Aniya, aku hanya bertanya."
"Jieun mengurusi pekerjaanmu, aku hanya membantunya, kebetulan aku sedang berobat di sini juga."
"Kau sakit?"
Sooji terbelalak, terkejut dengan pertanyaan yang ia lontarkan. Kalimat tanya yang spontan keluar dari bibirnya. Mengapa ia terdengar mengkhawatirkan pria itu, sih?
"Ya, tapi sudah membaik saat ini. Kau tidak perlu khawatir, Nona!" tawa Myungsoo.
Sooji merenggut lagi. "Siapa juga yang mengkhawatirkanmu!" gerutunya.
"Minum, kau pasti haus."
Sooji menurut, menerima bantuan Myungsoo untuk menelan air mineral yang menyegarkan tenggorokannya. Posisinya begitu dekat saat ini, ia yang terduduk dan Myungsoo berdiri membantunya minum. Sialnya, mengapa ia menjadi sangat gugup?
"Ji."
Baiklah, kadar kegugupan Sooji meningkat. Myungsoo tampak enggan menjauhkan tubuhnya, pria itu malah duduk tepat di sampingnya dengan jarak yang sangat dekat.
"Ya?" lirih Sooji, ia bahkan tidak berani menatap manik hitam yang memperhatikannya itu.
"Bisakah kau menceritakannya kepadaku? Berikan aku kesempatan mendengarnya darimu, Ji."
Sooji tersentak. Sebuah pembahasan yang tidak ingin ia sentuh. Ada apa sebenarnya ini? Dulu Myungsoo selalu menolak mentah - mentah penjelasan yang ia berikan, kenapa saat ini Myungsoo memohon kesempatan yang telah ia buang?
Apakah Myungsoo menyesali keputusannya?
😘😘😘
Senyum Sooji mengembang tatkala Jieun memasuki ruang inapnya. Bukan kedatangan Jieun yang membuat senyumnya merekah, melainkan bungkusan yang Jieun bawa adalah alasan senyumnya begitu merekah.
"Gomawo, Jieun!"
Jieun mencebik, ia bisa diomeli oleh dokter tampan yang merawat Sooji nantinya. "Aish, aku bisa diceramahi oleh dokter Nam!"
Sooji tertawa, ia segera melahap makanan yang dibawakan Jieun. Jjangmyeon adalah makanan favoritnya. "Ia tidak akan tega memarahimu, Jieun."
Jieun hanya mendengus, kemudian ikut melahap mie hitam kesukaan Sooji. Sejujurnya Jieun merasa lega, Sooji menjadi lebih riang setelah sadar. Entah setan apa yang merasuki gadis itu tetapi Jieun harus berterima kasih kepada roh gentayangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GONE
Fanfiction"Aku seperti hujan, rela berkali-kali jatuh padamu meski kau terus berlari dan mencari tempat berteduh"-Suez