Sooji menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum lebar. Hari ini ia sudah diperbolehkan kembali ke rumah pasca operasi pelepasan pen pada lututnya. Kedua sahabat dan juga neneknya dengan sukarela mengantarkan dirinya kembali ke rumah. Jieun terlalu sibuk mengurusi pekerjaan yang ia tinggalkan, meski Jieun tidak masalah tetapi terkadang Sooji merasa tidak enak. Bagaimana pun gadis itu jadi kerepotan karena ketidakhadirannya.
"Sesenang itu, eoh?" tanya Jiyeon, seraya tertawa kecil.
"Eoh, aku merindukan rumah. Di apartemen hanya ada aku, meski sesekali Jieun datang tetapi tetap saja rasanya sepi."
Jiyeon tersenyum, lembut. Diusapnya surai hitam milik Sooji dengan sayang. Sooji terkadang seperti bayi, ia masih membutuhkan kasih sayang yang berlimpah. Wajar saja, sejak kecil ia sudah kehilangan itu semua.
"Maafkan nenek."
Jihyun yang sedang membereskan pakaian cucunya berujar. Rasa bersalah kembali hinggap dalam hatinya. Kesalahannya begitu besar pada cucunya sendiri.
"Aniya, Halmeoni. Jangan merasa bersalah, kan aku sekarang sudah bahagia. Yang lalu biarlah berlalu, geutchi Sulli-ya?"
Sooji ini gadis cerewet, kalian bisa lihat, kan?
"Kau benar, Ji. Ayo berangkat." ajak Sulli, seraya menggandeng Sooji.
"Kalian duluan saja, nenek harus mengurus administrasi dan obatnya."
Ketiga wanita itu mengangguk, kemudian berlalu meninggalkan sang nenek. Jiyeon dengan sigap membantu tas pakaian milik Sooji.
😂😂😂😂
Keheningan menjadi atmosfir yang baik di antara keduanya. Karena merasa lelah dengan sifat keras kepala Soojung yang memaksanya bertemu, Myungsoo akhirnya menyerah. Memilih untuk mengakhiri semua ini dengan cara yang baik, tanpa ada permasalahan lagi. Myungsoo jelas marah, kecewa juga. Tetapi manusia tetaplah manusia yang tak luput dari kesalahan, Soojung tetap berhak untuk menerima kata maaf.
"Maafkan aku, oppa."
Myungsoo mengalihkan pandangannya, menatap wanita yang menatapnya penuh penyesalan. Penyesalan selalu datang terlambat, kan?
"Aku sudah memaafkanmu, Soojung." tukas Myungsoo, menyunggingkan senyum samarnya.
Sontak Soojung menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum selebar mungkin. "Benarkah? Terima kasih, Oppa. Jadi, kau masih ingin bersamaku, kan?"
"Mwo?!"
Myungsoo memijit peningnya seketika, Soojung jelas salah mengartikan kata maaf yang ia berikan."Dengarkan Soojung, aku sudah memaafkankmu tetapi bukan berarti kita bisa bersama lagi. Aku mencintainya. Ya, aku mencintainya. Selama ini aku berusaha terus mengelak karena hubungan kita, tetapi saat ini aku sudah sepenuhnya menyadari. Aku mencintai Sooji, Soojung. Aku harap kau mengerti."
Soojung bungkam, seribu bahasa. Ia meremas kedua tangannya, jemarinya saling bertautan seolah bergantung satu sama lain.
"Dan kau harus meminta maaf kepada Sooji. Sooji itu wanita baik, ia bahkan tidak melaporkan perbuatanmu kepada pihak yang berwajib meski Naeun memiliki bukti itu. Kau harus meminta maaf kepadanya, mengerti?"
Sooji tak menjawab. Haruskah ia meminta maaf kepada gadis yang sudah merebut kekasihnya? Kebahagiannya?
"Ah, aku sudah memaafkanmu tentang hal ini juga. Aku pikir kau harus segera pergi, CEO tampanmu pasti menunggu penjelasan. Aku pergi."
Myungsoo menunjukkan layar ponselnya, ia tersenyum tipis. Ia bisa melihat bagaimana kedua manik itu melebar dan raut tegang yang Soojung buat. Sudah sepantasnya Soojung begitu terkejut. Ah, ternyata ia tidak hanya diduakan. Poor you, Mr. Kim!
😂😂😂
"Ji?"
Sooji yang asik menonton serial drama lantas menoleh. Menatap dengan pandangan heran ketika mendapati kedua sahabatnya duduk dengan gelisah.
"Waeyeo? Ada yang ingin kalian katakan kepadaku?" tukasnya cepat, Sulli dan Jiyeon tidak biasanya bersikap seperti ini.
"Hm... begini, Ji..."
Sooji semakin mengerutkan dahinya dalam. "Ada apa dengan kalian? Kenapa jadi orang disabilitas begini?" gerutunya. Well, sejak pasca operasi memang ia sedikit sensitif sekaligus ceria dalam waktu bersamaan. Sooji ini aneh, sulit ditebak.
"Myungsoo.."
Sontak Sooji memejamkan kedua matanya mendengar nama pria sialan itu. Bahkan setelah dua minggu pasca pemulihan operasi pria itu belum menunjukkan batang hidungnya sedikit pun. Bukankah Myungsoo harus menyelesaikan penjelasan atas permintaam maafnya kemarin? Atau bukankah seharusnya saat ini waktu yang tepat untuk mengatakan cinta? Sial. Sooji kembali melantur.
"Ada apa dengan pria sialan itu?" gumam Sooji kesal, bibirnya berkomat - kamit mengeluarkan kalimat kasar tanpa suara.
Sulli terbelalak, begitu juga dengan Jiyeon. Demi Tuhan, Sooji ini gadis lemah lembut mengapa jadi beringas seperti ini? "Astaga, Ji. Myungsoo memang membawa dampak yang besar bagimu, daebak!" seru Jiyeon menggebu.
"Apa bagusnya? Tekanan darahku bisa naik jika memikirkan dia terus, sialan." gumamnya. "Ini sudah dua minggu, bagaimana bisa dia tak menjengukku sama sekali? Aish, suster itu sunggu mengacau. Kami sudah ingin memasuki inti pembicaraan, suster itu mengganggu! Sialan!"
Haruskah Sulli dan Jiyeon senang? Melihat perubahan Sooji yang begitu meningkat, peningkatan yang buruk tetapi. "Aish, jangan berpikiran buruk, bodoh! Saat kau operasi, Myungsoo mendapat telepon dan diharuskan keluar negeri untuk urusan perusahaan. Aku dengar hari ini ia sudah kembali."
Sooji mendengus, keras. "Lihat, dia bahkan tidak menjengukku saat ini!"
"Dasar, wanita pencemburu! Sama pekerjaan saja cemburu begini, apalagi soal wanita lain. Bisa - bisa Myungsoo kau bunuh saat itu juga, aigoo malangnya." keluh Jiyeon.
"Nugu? Siapa yang cemburu? Cemburu itu tanda cinta dan aku jelas tidak mencintainya!"
"Aku tau kau masih mencintainya, wanita bodoh!"
"Yya! Mengapa kau jadi mengataiku bodoh, sih? Lagipula aku juga tidak memiliki perasaan apapun lagi!"
"Bohong!"
"Ani!"
"Bohong! Aku bisa melihat dari tatapanmu yang memujanya, bodoh!"
"YYA!"
Sulli menggelengkan kepalanya pasrah. Percuma juga melerai, yang ada ia akan menjadi tumbal. Ugh, itu buruk. Ia akan membiarkan dua singa betina itu mengamuk dan beradu debat. Ah, bukankah ia sahabat yang begitu baik untuk keduanya?
"Sooji! Sooji!"
Sulli menoleh, mendapati Jieun yang berlari dengan wajah kusut. Sementara Jiyeon dan Sooji lantas menoleh, menatap kesal pelaku yang mengganggu kegiatan berdebatnya.
"WAE?" Pekik keduanya.
Jieun meringis, ia melupakan perubahan Sooji yang menjadi sangat sensitif. Bahkan melebihi wanita manapouse!
"Kalian harus melihat ini! Berita Soojung menjadi simpanan para pengusaha tersebar luas! Gila! Bahkan koleksi videonya ada juga! Ugh, dia sungguh liar!"
"APA?"
.
.
Oke, maafkan aku yang lama update dan sekalinya update sangat pendek. Ff ini kemungkinan akan tamag sebentar lagi. Happy reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
GONE
Fanfiction"Aku seperti hujan, rela berkali-kali jatuh padamu meski kau terus berlari dan mencari tempat berteduh"-Suez