Part 18 - Memories

3K 462 26
                                    

"Apa maksudmu?"

Sooji lantas memutar tubuhnya, menatap Jieun dengan bola mata yang membesar.

"Rumor bahwa Naeun mengancam Soojung agar memberikan peran drama telah beredar, Mrs. Saya rasa Soojung sendiri yang menyebarkan berita sebagai peringatan untuk Naeun."

Sooji menggeram, merasa Soojung telah keterlaluan saat ini. Bagaimana bisa ia menyebarkan rumor seperti itu terhadap teman satu SMA nya?

"Panggil Naeun segera, Lee Biseo."

**

"Cepat katakan, kenapa kau memanggilku?"

Sooji segera menghampiri Naeun dan menyuruh Jieun meninggalkan mereka. Ia menjatuhkan tubuhnya tepat di depan Naeun yang bersidekap dada.

"Apa benar rumor yang beredar?"

Naeun mengangkat sebelas alisnya, menunjukkan sisi angkuhnya. "Kalau benar mengapa? Kalau tidak mengapa?" tukasnya.

"Naeun! Aku berbicara serius, ini demi karirmu juga."

Naeun mendengus, mendengar bentakan dari Sooji membuat moodnya hancur. "Kau tenang saja, aku akan membalasnya. Kau harus berterima kasih kepadaku setelah ini, Sooji-ssi."

Sooji terdiam, tidak mengerti dengan arah pembicaraan Naeun. "Apa maksudmu?"

"Jangan bodoh, kau jelas tahu aku saksi dari kejadian itu. Aku juga memiliki bukti dan kau juga mengetahuinya. Mengapa kau melarangku? Kali ini aku yang akan mengungkapkan semuanya, Sooji!"

Sooji mengepalkan kedua tangannya. Ia masih mengingat jelas bagaimana kejadian itu, sebuah kejadian yang menyebabkan ia harus bersusah payah mempertahankan sebelah kakinya.

"Aku sudah mengikhlaskannya, kau tidak perlu melakukannya. Aku akan mengklarifikasi mengenai rumormu, kau mengerti?" lirih Sooji.

Naeun tertawa, sumbang. "Mengapa hidupmu menyedihkan, Sooji? Kau selalu tersakiti dan menerimanya dengan suka rela. Kau bahkan selalu menggantikan hukuman untukku! Kau selalu bertanggung jawab atas kesalahan yang aku perbuat! Mengapa kau bodoh sekali, hah?! Sadarlah, Bae Sooji!"

Sooji menggeleng. "Tidak, aku pantas menerimanya. Aku membunuh ibumu, Naeun."

"Geurae, kau penyebab kematian ibuku. Aku membencimu, sangat. Kaulah pembawa sial dalam keluarga kami. Tetapi sungguh Sooji, aku tidak benar - benar membencimu seperti yang kau pikirkan. Aku hanya.."

Sooji menangis, begitu juga dengan Naeun. Saat itu usia keduanya menginjak usia 14 tahun, tepat saat Sooji berulang tahun. Untuk pertama kalinya, Sooji merasakan indahnya merayakan ulang tahun bersama keluarga. Meski harus sang ibu yang membujuk ayah dan sang nenek terlebih dahulu, tetapi ia sudah bersyukur Tuhan telah menghadirkan Nyonya Son sebagai pengganti ibunya yang telah meninggal.

"Terima kasih, eomma. Berkat ibu aku bisa merayakan ulang tahunku bersama keluarga."

Nyonya Son tersenyum, ia mengalihkan focusnya kepada Sooji sejenak. "Tidak perlu berterima kasih sayang, sudah kejawiban ibu."

Sooji tersenyum lebar menyambut sentuhan halus di kepalanya. "Naeun, ayah dan nenek sudah di sana?"

Mereka memang berangkat secara terpisah. Ibunya dengan suka rela menjemputnya terlebih dahulu sehabis ia mengikuti pelajaran tambahan di sekolahnya.

GONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang