Part 5 - A piece of the past

3.1K 446 20
                                    

Hai!
I'm back with this absurd story! Wish you love this story, dont forget to vote and comment! Thank You.

Ps: Mohon diperhatikan ketika flashback terjadi pada tahun berapa. Kemungkinan setiap flashback aku buat part tersendiri.
.
.

Seoul, 2008

Semilir angin berhembus, mengakibatkan surai hitam miliknya terhempas. Langkah kaki yang diatur dengan tempo cepat menyusuri lorong-lorong gelap. Hari sudah semakin sore, ia harus segara beranjak pergi sebelum matahari tenggelam sempurna.

Sudah menjadi rutinitas bagi Sooji, mengikuti beberapa kegiatan belajar tambahan baik di bidang akademi ataupun non akademi setelah jam sekolah usai. Tidak ada pernah kata libur dan bersantai untuk dirinya. Tugas dan latihan keras menjadi santapan lezat tiap hari. Sooji yakin jika orang yang lain yang melakukannya, mungkin tidak akan sanggup. Otak dan tubuhnya saja sudah hampir remuk.

"Ji!"

Sooji lantas menghentikan langkahnya, ia tersenyum lebar ketika mendapati sosok pria tampan bertubuh tegap menuju ke arahnya.

"Hai! Belum pulang juga, tuan?" tanya Sooji ceria.

Myungsoo tertawa. Sooji ini memang gadis ceria dan penuh energi. "Ya kau tahulah, tim basket sekolah kita sedang naik daun, jadi harus latihan keras untuk turnamen selanjutnya."

"Seperti idol saja kalian ini." kekeh Sooji. "Tapi aku sangat bangga dengan kalian, sungguh hebat!" lanjutnya.

Myungsoo kembali tertawa. Sooji benar-benar seperti gadis kecil yang diberi permen dan balon. Astaga, lucunya.

"Kau ini semangat sekali, Ji. Apa tidak lelah tersenyum dan tertawa terus menerus?"

Sungguh, ini hanya sekedar pertanyaan bodoh yang sudah sering ia lontarkan. Sooji selalu menjawab ia tak lelah, tertawa memang sudah menjadi hobinya sejak dulu.

"Tidak, selain hobi tertawa itu membuat bebanku hilang"

Sooji tersenyum tipis. Langkah kaki Myungsoo terhenti, membuat Sooji ikut menghentikan langkah dan memutar kepalanya.

"Kenapa, Myungie?" tanya Sooji heran.

"Aku ada pertanyaan untukmu, Ji."

Sooji tertawa. "Kenapa kau jadi konyol seperti ini? Katakan saja apa pertanyaanmu itu. Aku harap tidak sekonyol wajahmu"

"Aku serius"

Sooji terdiam. Mungkin bukan saatnya untuk bersikap bercanda seperti ini.

"Apa pertanyaanmu?"

Myungsoo menghadapkan tubuhnya tepat di depan tubuh Sooji. Menyelami bola mata kecoklatan milik Sooji, mencoba mencari celah untuk bisa menemukan isi dibalik sinar bahagia yang terpancar di bola mata tersebut. Bola mata Sooji memang sangat indah.

"Hal apa yang membuatmu tidak tersenyum?"

Sooji tersentak, namun ia tersenyum tipis. Ia berujar dengan pelan, raut wajahnya tidak dapat dimengerti. "Ketika aku kehilangan orang yang kucintai."

Sooji tersenyum, lagi. Pria ini hanya terdiam, enggan untuk menjawab. Ah, apa mungkin pria ini peka?

"Hari di mana aku kehilanganmu maka senyum ini akan memudar. Jadi, tetap di sisiku ya?"

GONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang