Pintu berkaca itu terbuka, menampilkan tubuh tegap milik si tampan. Langkah teraturnya menambahkan kesan dingin, namun senyum manisnya mematahkan aura dingin tersebut. Pria ini memang terkenal ramah luar biasa di balik wajah dinginnya.
Senyumnya kembali menghias di wajah tampannya, focusnya teralihkan pada seorang wanita yang duduk di sudut kedai. Dengan langkah seribu ia menghampiri dan duduk di depan gadis itu.
"Hai, sayang! Maaf membuatmu menunggu."
Si wanita tampak menggerutu, ia mendelik tajam kepada si pria. "Tidak bisa mencari tempat yang lebih privasi? Ini benar - benar terbuka, Oh Sehun!"
Sehun tertawa pelan, ia mengulurkan tangannya untuk mengacak rambut wania itu. "Jangan marah, sayang. Nanti cepat tua!"
"Oh Sehun!" suara wanita itu semakin meninggi.
"Baiklah - baiklah, aku minta maaf telah membuatmu kesal."
Wanita itu mengangguk, kemudian ia berdeham sejenak. "Jadi, apa yang membuatmu ingin bertemu denganku?"
Sehun tersenyum, sumbang. "Aku hanya merindukanmu, apa tidak boleh? Aku bahkan baru kembali setelah bertahun - tahun merintis pendidikan dan karir di luar negeri."
"Kau sudah bertemu denganku, kan? Aku tidak punya banyak waktu, aku pergi!"
Sehun tertawa, ia benar - benar bodoh. Membiarkan wanita itu pergi untuk kesekian kalinya, haruskah ia membiarkan wanita itu juga kali ini? Tidak, ia harus berjuang penuh atas cintanya.
"Kita belum resmi putus, Soojung-ssi."
Sial!
💙💙💙
Naeun menatap sarapannya malas. Emosinya belum mereda sejak semalam. Pria bermarga Kim itu menolak keras bukti yang ingin ia beri dengan alasan kepercayaan kepada kekasihnya.
Naeun tidak mengerti bagaimana jalan pikir pria labil yang tidak tau diri itu.Naeun jelas mengerti bagaimana situasi pria itu dengan kekasihnya. Masa setelah bertengkar hebat, jadi apa yang membuat pria itu menolak bukti yang jelas membongkar kebenaran yang telah tersembunyi selama ini? Benar - benar tidak masuk akal.
"Naeun, kau masih berhubungan dengan Sooji, kan?"
Naeun mengalihkan focusnya kepada sang Ayah, ia mengernyit tak mengerti. Pertanyaan yang begitu aneh menurut Naeun.
"Tentu, kenapa Ayah berkata seperti itu? Sooji itu Bosku." ujar Naeun datar, ia sedang tidak mood berbicara dengan ayahnya.
"Baguslah, katakan pada anak itu untuk menghadiri acara makan malam bersama calon besan."
Naeun lantas menaruh sumpit besinya kasar. Persetan dengan tata krama, salahkan saja emosinya yang belum mereda karena ulah sialan pria itu. Ia menatap sengit ayahnya, ia muak.
"Kau bisa mengatakannya sendiri, appa!"
Naeun mendengus, benar - benar kasar. Ia sudah tidak mempedulikan tatapan murka baik yang dilemparkan oleh ayah atau neneknya.
"Naeun!"
Naeun tertawa, miris. Menatap datar wajah ayahnya yang memerah.
"Kenapa? Ayah ingin menghukumku? Hukum saja! Seperti nenek menghukum Sooji dulu!"
Tuan Bae menggeram, begitu pula dengan Jihyun. "Dia pantas menerima hukuman!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GONE
Fanfiction"Aku seperti hujan, rela berkali-kali jatuh padamu meski kau terus berlari dan mencari tempat berteduh"-Suez