Seoul, 2010
"Kau yakin Ji? Bagaimana bisa gadis seusia kalian bertemu di gudang tua kosong?"
Sooji menoleh, kemudian tersenyum kepada sang manager. "Hmm, jangan khawatir, eonnie. Aku baik - baik saja. Mungkin agar lebih privasi, terlebih aku ini masih selebriti."
Jimin mendesah, tidak yakin dengan keputusan yang Sooji buat. Ia sungguh khawatir membiarkan Sooji menemui Soojung setelah acara pembullyan dan fitnah yang Soojung berikan.
"Biarkan aku menyetir atau mengantarmu!"
Sooji menggelengkan kepalanya."Tidak, aku bisa sendiri. Lagipula ada Naeun di sana, jangan khawatir berlebihan, eonnie."
Jimin mendengus. Bagaimana bisa gadis rubah macam Naeun di andalkan?
"Aku tidak bisa mempercayai Naeun, Ji. Firasatku sungguh buruk mengenai hal ini."
Sooji tersenyum tipis. Didekatkannya tubuhnya dengan Jimin, memegang kedua bahu wanita yang tengah kalut ini. Sooji mengerti rasa khawatir Jimin, tetapi ia ingin menyelesaikan semua ini seorang diri tanpa campur tangan orang lain.
"Naeun itu saudaraku, ia tidak mungkin tega melukaiku. Jangan khawatir, aku hanya sebentar. Aku pergi ya, eonnie."
Jimin berdoa dalam benaknya, biarkan Tuhan menyelamatkan hidup Sooji. Entah, firasatnya sangat buruk saat ini.
💙💙💙
"Soojung!"
Sooji berseru, memanggil gadis yang berdiri membelakangi tubuhnya. Ia tersenyum ramah ketika Naeun menatapnya sinis. Saudaranya masih begitu membencinya ya?
"Wasseo?" ujar Soojung seraya memutar tubuhnya.
Sooji mengangguk, kemudian mendekati Soojung. "Hm, aku datang. Bicara saja langsung pada intinya."
"Aish, dingin sekali." gerutu Naeun, kemudian beranjak dari tempatnya.
Sooji memperhatikan Naeun yang menyalakan api, kemudian beralih kembali kepada Soojung. Ia menanti apa yang akan dibicarakan Soojung.
"Jauhi Myungsoo, sebelum aku berbuat lebih jauh!"
Sooji mengernyit, ia sudah menjauhi pria itu. Bahkan hanya caci maki yang ia terima ketika berbicara dengan pria itu.
"Aku sudah menjauhinya, bahkan ia membenciku sekarang karena fitnah dan perbuatanmu. Apa masih belum cukup?"
Soojung tertawa, sinis. Seakan setan telah memasuki raganya, merenggut jiwa sucinya.
"Matilah,Bae Sooji!" pekik Soojung.
Sooji meringis. "Apa maksudmu? Mengapa kau membenciku?!"
"Kenapa kau sungguh beruntung?! Semua yang ku inginkan ada dalam dirimu! Karena kau, popularitas bukan milikku! Karena kau! Semua orang memperhatikanmu! Karena kau! Semua orang berpihak padamu! Enyahlah dari hidupku sialan!"
Sooji meringis, merasakan dorongan keras yang diberikan Soojung. Bersyukur tubuhnya tidak runtuh.
"Kau gila! Hanya karena iri kau menjadi seperti ini?! Kita ini teman, Soojung! Teman!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GONE
Fanfiction"Aku seperti hujan, rela berkali-kali jatuh padamu meski kau terus berlari dan mencari tempat berteduh"-Suez