Seoul, 2010
Sang mentari menghias di antara kepulan awan putih. Mahasiswa Kongkuuk University berbondong-bondong memasuki kelasnya masing - masing. Bibir mereka tak henti meramalkan dosen tidak hadir pagi ini. Hanya untuk mendapatkan gelar, tak sedikit mahasiswa yang berpikir seperti itu.
Seorang gadis dengan rok di bawah lutut dan hoodie yang menutupi surainya yang dikepang dua, berlari dengan cepat. Berharap dosen killer itu belum tiba ditempatnya.
"Jwesonghamnida, saya terlambat." pekik si gadis.
Seluruh mata di ruangan tersebut memandang siluet gadis itu. Gelak tawa menyambut kehadirannya. Ah, ia baru sadar jika dosennya belum tiba.
Buru - buru ia melangkah menuju salah satu kursi yang kosong, berusaha menghiraukan candaan atau hinaan yang tertuju ke arahnya. Apa salahnya si dengan pakaiannya?
"Yya, gadis nerd! Keluar sana, kau hanya merusak pemandangan kelas ini!"
Ia menoleh, menatap datar seorang pria bermata sipit yang tengah tertawa setelah menghinanya.
"Uwahh, gadis ini benar - benar berani rupanya."
Ia mengeryit ketika sekawanan pria berdiri tepat di hadapannya. Apa ia baru saja mencari masalah dengan geng sok jagoan ini?
"Ada apa?" ujarnya dengan datar.
"Dasar jalang!"
Ia memekik merasakan surainya yang tertarik paksa, membuat tudung hoodienya terlepas begitu saja.
"Berani- beraninya kau menatap dan berbicara seperti itu! Dasar jalang!"
Ia memejamkan kedua matanya. Mencoba untuk menahan rasa sakit yang dideritanya. Ini sakit sekali.
"APA YANG KAU LAKUKAN, KIM JONG KOOK!"
**
Jemarinya bergerak dengan gelisah. Pihak universitas memutuskan untuk memanggil wali dari kedua belah pihak. Pikirannya begitu berkecamuk, ia tidak memiliki ide apa yang harus ia katakan kepada sang ayah.
"Tuan, anda sudah datang?"
Pria tua itu mengangguk. Ia menatap tajam putrinya yang tengah menuduk.
"Apa yang dilakukan olehnya?"
Sial. Bahkan ayahnya tampak acuh dengan permasalahan ini. Seakan-akan keributan ini dilakukan oleh dirinya.
"Tidak, putri anda yang menjadi korban."
"Benarkah? Saya kira putri saya yang menjadi biang dari permasalahan ini."
Jong Kook mendengus. Entah kenapa ayahnya terdiam setelah sibuk mengoceh menuntut ketidakadilan yang diterimanya.
"Ahjussi, anakmu itu yang mencari masalah. Bagaimana bisa ia menatap orang lain seperti itu? Ck, benar - benar tidak tahu sopan santun!"
"Benar begitu, Putriku? Jika iya aku akan menghukummu sendiri."
Ia meringis. Haruskah ia menjawabnya?"Tidak, Tuan. Putri anda.."
"Aku sudah bilang jangan membuat keributan bodoh! Kenapa kau tidak mengerti sama sekali? Jaga image-mu! Apa gunanya aku menjadikanmu seorang nerd jika kau masih saja menarik perhatian orang lain?!"
Ia meremas tali tas tangannya kuat. Persetan dengan tata krama. Ayahnya benar - benar keterlaluan kali ini.
"Ak..aku permisi"
Ia kembali mengalah. Ia harus membuang jauh egonya untuk melawan. Ia harus kembali menahan semua gejolak amarah yang selalu ingin ia keluarkan. Ia harus kembali menelan kembali keluh kesah yang ia pendam selama ini. Ia harus kembali menyimpan rasa sakit ini seorang diri.
Ia sakit, Tuhan.
Kapan semua ini berakhir?
**
Hai!
Ada yang bingung? Biar ga bingung diperhatikan tahun yang aku buat setiap flashbsck ya. Dont forget to vote and comment, sorry kalau pendek hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
GONE
Fanfiction"Aku seperti hujan, rela berkali-kali jatuh padamu meski kau terus berlari dan mencari tempat berteduh"-Suez