"Apa kau bisa melihatku?"
Eve melambaikan tangannya kepada setiap orang yang lewat di sekitarnya.
"Ajumma[3], kau bisa melihatku? Ajeossi[4], kau bisa mendengarku?" Soo-In melambaikan tangannya lagi di hadapan dua orang suami istri paruh baya. Dua orang itu langsung berhenti dan melihat satu sama lain. Eve mendekapkan kedua tangannya di depan dada dan berharap.
[3] 아줌마 Bibi —wanita paruh baya (bukan untuk hubungan keluarga)
[4] 아저씨 Paman —pria paruh baya (bukan untuk hubungankeluarga)
"Sayang, kita lupa mengambil obatnya," kata istrinya. "Ah, benar. Ayo, kembali," kata sang suami. Pasangan suami istri itu langsung berbalik dan kembali ke rumah sakit meninggalkan Eve.
Eve menghela nafas padahal ia tidak bisa menghela nafas. Eve duduk di sebuah bangku taman di taman rumah sakit itu.
"Percuma saja aku bertanya terus, tidak akan ada yang bisa mendengarku atau melihatku." Hanya saja saat Chanyeol bisa melihatnya kemarin, Eve merasakan harapan bahwa orang lain juga bisa melihatnya, tapi ternyata tidak. Eve mengadahkan kepalanya menghadap langit, "Sampai kapan aku akan terus begini? Ini sudah enam bulan dan... aku masih tetap seperti ini."
"Bagaimana kondisinya, dok?"
"Masih sama dan tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan bangun. Tapi luka dalam maupun luar sudah mulai membaik."
"Sampai kapan?"
"Kami tidak bisa memastikannya, sir."
Eve menghela nafas lagi, suara ayahnya dan dokternya terdengar jauh di sana. Ayahnya pasti ada kerjaan di Korea sehingga bisa singgah ke rumah sakit untuk melihat keadaannya. Dengan perlahan Eve bangkit dan berjalan menuju ke ruang ICU tempat ia dirawat.
Eve sampai di ruang ICU. Seorang pria yang muda dan tampan memakai jas dokter sedang berbicara dengan seorang pria paruh baya yang cukup tinggi dan tegap. Dokter itu masih muda berusia akhir dua puluhan, matanya memancarkan hawa hangat, dia adalah dokter Kim yang sudah merawat Eve selama ini. Sedangkan pria paruh baya itu memakai jas dan dasi yang rapi sambil menenteng sebuah tas kerja, rambutnya berwarna kuning tembaga dan matanya berwarna Hazel, seperti warna mata Eve. Ia adalah Mr. Ozera, ayahnya Eve.
"Alat vital dan semuanya baik-baik saja, kita tinggal menunggu ia membuka matanya saja," kata dokter Kim.
Mr. Ozera hanya mengangguk lalu melihat jam tangannya. "Maaf saya harus pergi sekarang. Kabari aku kalau ada perkembangan selanjutnya." Mr. Ozera mengangguk kepada dokter Kim lalu meninggalkan ruang ICU.
Eve langsung mengikuti ayahnya dan berjalan di sampingnya, ayahnya terlihat buru-buru dan masuk ke dalam lift, sedangkan Eve hanya berjalan dengan diam sesekali melihat ke ayahnya.
"Dad..."
Mr. Ozera mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menghubungi seseorang, "Siapkan penerbangan ke Paris sekarang."
Ting!
Lift terbuka dan Mr. Ozera pun langsung berjalan ke luar sampai depan rumah sakit dan masuk ke sebuah mobil yang sudah menunggunya.
Eve berjalan perlahan keluar dari lift dan menuju pintu kaca rumah sakit, mobil itu berlalu di hadapannya. "Bahkan di saat seperti ini pun kalian tidak mempedulikanku, jadi untuk apa daddy datang hari ini? Kalian hanya sibuk sendiri dan meninggalkanku seperti ini sendirian. Aku sangat... kesepian di sini."
Ini adalah kali kedua Eve melihat ayahnya setelah ia dirawat di rumah sakit. Pertama ketika Eve baru saja masuk rumah sakit, ayah dan ibunya datang untuk melihat keadaannya sebentar. Ketika itu, Eve berpikir bahwa mulai sekarang mereka akan sering berkunjung ke rumah sakit untuk melihatnya, tapi ternyata tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chanyeol's Eye [REVISED✓]
FanfictionBagaimana rasanya tiba-tiba melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain? Sebuah anugerahkah? Atau malah sebuah musibah? Musim dingin sudah hampir tiba, Chanyeol berjalan menelusuri kawasan Sinchon. Suasana hatinya sedang buruk saat itu dan se...