"Sial!" umpat Eve. Lift masih menunjukkan lantai dua, sedangkan Eve berada di lantai tujuh. Dari kejauhan, ia mendengar derap langkah kaki dan suara samar memanggil namanya.
"Sial!" Eve langsung menarik kopernya menuju tangga darurat dan turun dari sana.
"Eve! Tunggu!" Suara Yook-Jin terdengar menggema dari tangga atas.
Eve baru saja sampai di lantai enam, ia berusaha sekuat tenaga untuk segera mencapai lantai dasar dengan menentengkan kopernya yang besar. Derap kaki di belakangnya semakin dekat. Eve menambah kecepatannya walaupun ia sangat lelah.
"Eve, tunggu!"
Tangannya dicekal dan tertarik membuat Eve berbalik badan. Yook-Jin sudah berdiri di belakangnya dan sedang menahannya sekarang. "Dengarkan aku dulu. Biarkan aku menjelaskannya," suara Yook-Jin terdengar memohon.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, semuanya sudah jelas. Akhirnya aku tahu kenapa selama ini kau tidak berusaha untuk mengunjungiku di Amerika. Kau tidak pernah berinisiatif menghubungiku duluan, dan kau selalu saja sibuk di hari Sabtu dan Minggu! Semuanya sudah jelas sekarang, tidak ada yang perlu kau katakan lagi!" kata Eve dengan marah.
Yook-Jin tidak tahu harus bersikap seperti apa sekarang, Ia memang membuat kesalahan fatal, tapi ia juga tidak ingin melepaskan Eve. "Eve, kau tahu aku sangat mencintaimu," lirih Yook-Jin sambil menatap lurus ke mata hazel Eve yang dingin.
Eve menyentak pergelangan tangannya dan menampar Yook-Jin, "Aku tidak butuh omong kosongmu, brengsek!"
"Sialan!" Eve mengibaskan tangannya yang berdenyut sakit. Eve langsung turun dan meninggalkan Yook-Jin yang masih tertegun. Ia sudah sampai di lantai tiga ketika tangannya dicekal kembali.
Eve berbalik dan melihat Hye-Jin yang sudah berpakaian berdiri mencekal tangannya dengan Yook-Jin yang mengikutinya dari belakang. Eve menyentak tangannya dan langsung berbalik lagi menuruni tangga.
"Eve! Dengarkan dulu penjelasanku! Apa kau tidak ingat, kau yang menyuruhku, Eve! Kau yang menyuruhku!"
Kali ini Eve berhenti melangkah tapi tidak berbalik badan.
Hye-Jin perlahan turun mendekati Eve yang masih tidak memandangnya, "Aku memang menyukai Yook-Jin. Tapi ketika ia sudah berpacaran denganmu, aku sudah membuang perasaan itu. Tapi ketika kau pergi, Yook-Jin sangat menderita, ia kesepian. Jadi aku berusaha untuk menemaninya dan menjaganya seperti katamu waktu itu. Aku dengan sungguh-sungguh menjaganya, tapi kenapa kau menyalahkanku ataupun Yook-Jin? Kaulah yang menyuruhku, Eve."
Eve mencengkram pegangan tangga itu dengan keras untuk menahan keseimbangan tubuhnya. Ia ingat sebelum masuk ke pintu keberangkatan, ia berpesan kepada Hye-Jin agar menjaga Yook-Jin dengan baik selama ia pergi.
"Jaga dirimu baik-baik, Hye-Jin ah," Eve memeluk Hye-Jin dengan lama lalu melepasnya.
Hye-Jin mengusap air matanya lalu mengangguk, "Ya, kau juga, Eve. Tapi kenapa Yook-Jin tidak datang?"
"Kau lupa? Ia ada pertandingan hari ini, aku tidak mungkin memaksanya datang bukan? Ah ya, bisakah aku minta tolong?" tanya Eve.
Hye-Jin menganggukkan kepalanya.
"Jaga Yook-Jin baik-baik. Jangan biarkan gadis-gadis centil mendekatinya. Oke?"
Hye-Jin tertawa, "Ya, aku akan menjaganya. Kalau ada yang berani menyentuhnya, aku akan menghajarnya, hiak!"
Eve tertawa lalu memeluk Hye-Jin lagi. "Aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik. Sampai ketemu tahun depan."
Hye-Jin berdiri di samping Eve dan mengambil tangan Eve yang mencengkram erat pada pegangan tangga, "Eve, aku tahu aku salah. Tapi dari awal, kaulah yang menyuruhku. Aku tidak bisa menyalahkan diriku sendiri yang jatuh cinta pada Yook-Jin dan ternyata Yook-Jin berpaling kepadaku. Aku tahu aku salah, maafkan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chanyeol's Eye [REVISED✓]
FanfictionBagaimana rasanya tiba-tiba melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain? Sebuah anugerahkah? Atau malah sebuah musibah? Musim dingin sudah hampir tiba, Chanyeol berjalan menelusuri kawasan Sinchon. Suasana hatinya sedang buruk saat itu dan se...