#27 Condolence

649 93 0
                                    

Ting tong ting tong... Ceklek!

Suara bel berbunyi dan pintu terbuka membuat Eve kecil terbangun.

"Paket untuk... "our princess ... Ozera"? Silahkan tanda tangan di sini...... Terima kasih dan selamat Natal! Tuhan memberkati."

Eve tertidur di sofa, sudah berapa lama ia tidur? Ia mengintip ke jendela, hari sudah terang dan seorang kurir yang memakai pakaian Santa baru saja pergi.

"Miss, ada paket untuk anda," pengurus rumah tangga menyerahkan sebuah paket kepada Eve.

"Terima kasih," kata Eve kecil dan mengambil paket itu.

Dengan cekatan, ia membuka paket itu. Ada sebuah amplop, buku fotografi, dan sebuah kamera yang ukurannya terlalu besar untuk tangan kecil Eve.

Eve mengeluarkan buku dan kamera itu, lalu mengambil sebuah amplop yang tersegel membukanya. Ternyata hadiah Evy, yaitu tiket penerbangan ke Seoul, Korea.

Melihat hal itu, ia langsung bangkit dan mencari bibi pengurus rumah tangga.

"Bibi, apa mommy, daddy and sista sudah pulang?" tanya Eve kecil.

Bibi pengurus rumah tangga menggeleng, "Belum, miss. Mungkin sebentar lagi."

Ceklek!

Pintu dari arah depan terbuka, Eve dan pengurus rumah tangga itu langsung menuju ke ruang depan.

"Daddy! Mommy! Selamat Natal!" sapa Eve kecil dengan riang ketika melihat Mr. dan Mrs. Ozera masuk ke dalam rumah. "Terima kasih untuk hadiahnya, Santa Claus baru saja mengantarkannya,"

Tapi tidak ada balasan dari mereka, wajah mereka terlihat letih dan lesu serta kesedihan yang mendalam.

"Di mana sista?" tanya Eve bingung ketika kakaknya tidak bersama dengan orang tuanya.

"Siap-siaplah sekarang, kita akan berangkat setengah jam lagi," kata Mr. Ozera.

"Kemana?"

"Gereja, Eve."

"Apa sista ada di sana?" tanya Eve dengan mata yang berbinar.

Mr. Ozera terdiam sejenak lalu berlutut di hadapan Eve kecil dan tersenyum, tersenyum getir. Sekuat tenaga menahan agar air matanya tidak tumpah di hadapan putri kecilnya. Sambil membelai kepala Eve dengan lembut dan penuh kasih sayang, Mr. Ozera berbisik.

"Yes, ma' princess."

***

Eve kecil menangis di taman gereja, menangis dengan keras. Ia langsung lari keluar ketika diberitahu kenyataan yang menyakitkan.

Evy memang ada di gereja seperti yang dikatakan oleh ayahnya, tapi ia sudah terbaring dengan damai dan tenang di peti mati. Evy terkena asmatikus, serangan asma berat. Dengan inhaler saja tidak cukup meredakan asmanya jika sedang kambuh, apalagi tanpa menggunakan inhaler.

Dan semalam ketika Evy sudah sampai di rumah sakit, nyawanya sudah tidak tertolong karena keterlambatan dalam penanganan medis dan terlambat dalam menyadari penyakit asmanya sudah meningkat ke status yang lebih parah walaupun sebelumnya Evy sudah memakai inhaler yang dibeli dari apotek.

"Sista..." Isak Eve sambil menyerbet hidungnya dengan sapu tangan. "Padahal sista bilang akan mengajakku ke Korea untuk bertemu dengan telinga besar itu. Kenapa... kenapa sista..."

"Miss..." Pengurus rumah tangganya datang dan menggendong Eve kecil ke pelukannya. "Ayo kita masuk, miss Evy sebentar lagi akan dikebumikan," kata pengurus rumah tangga sambil sesekali mengusap air matanya.

***

Di sisi lain, Chanyeol kecil dan Yoora baru saja selesai makan malam dan diberitahu tentang berita duka itu langsung menangis.

"Bagaimana bisa, kita baru saja bertemu dengannya beberapa hari yang lalu. Tapi sekarang dia sudah pergi," isak Yoora di sela-sela tangisnya sambil memeluk Chanyeol.

Sedangkan Chanyeol menangis di pelukan kakaknya tanpa berkata apapun, padahal diam-diam ia sudah mulai mengumpulkan uang jajannya untuk mengunjungi Evy di Amerika suatu hari nanti. Tapi, sekarang Evy sudah pergi.

Mereka berdua menangis sampai jatuh tertidur, dan bisa dipastikan inilah hadiah Natal terburuk yang pernah mereka terima.

Walaupun Chanyeol tidak menangis meraung-raung seperti kakaknya, tapi ia sangat sedih. Ia terus menerus mengigau dan menangis dalam tidurnya. Sedangkan Yoora masih saja terus menangis, teman baik Chanyeol dan dirinya pergi untuk selama-lamanya dan sekarang adiknya tidak sadarkan diri.

Tiga hari kemudian, Chanyeol pun bangun.

"Nuna, kenapa kau murung begitu dan... matamu bengkak!" Chanyeol mengarahkan cermin ke wajah Yoora yang kacau. "Tapi tunggu, mataku juga bengkak. Apa aku menangis?" tanya Chanyeol sambil mengarahkan cerminnya ke wajahnya sendiri.

Yoora terdiam, orang tuanya juga tidak tahu apa yang terjadi kepada Chanyeol. Apa Chanyeol lupa bahwa ia menerima kabar kematian Evy? Kenapa ia sudah bersikap biasa-biasa saja? Tidak mungkin ia sudah lupa.

"Aku tidak tahu kenapa aku menangis," kata Chanyeol sambil menggaruk kepalanya dan melihat kembali matanya di cermin. "Tapi mataku menjadi lebih besar dan ini terlihat sangat jelek."

Orang tuanya maupun Yoora hanya terdiam dan bingung melihat sikap Chanyeol kecil.

"Chanyeol-ah," panggil Ny. Park.

"Iya, eomma?"

"Apa yang kau ingat tentang natal kemarin?" tanya Ny. Park dengan hati-hati.

Chanyeol tampak berpikir sejenak, "Hm, kita ke gereja lalu ke rumah nenek dan kakek, lalu kita dapat hadiah yang sangaaaaaat banyak dari kakek dan nenek, kita juga bermain salju di taman, lalu..." Chanyeol terdiam dan mengerutkan keningnya

Yoora dan orang tuanya menunggu dengan was-was.

Tiba-tiba Chanyeol tersenyum lebar, "Kita makan daging panggang dan pizza yang sangaaaaat lezat buatan eomma!"

"Setelah makan malam apalagi, Chan?" tanya Yoora.

Chanyeol mengerutkan keningnya lagi, tak lama kemudian ia mengangkat bahunya, "Kita tidur."

"Itu saja?"

"Ya, memangnya ada lagi?" tanya Chanyeol balik.

"Tidak ada, sayang," kata Ny. Park sambil memeluk Chanyeol. "Yoora, ajak Chan main-main dulu."

"Baik, eomma."

Setelah Yoora dan Chanyeol keluar rumah, suasana menjadi sunyi.

"Apa yang terjadi? Dia tidak mengingatnya sama sekali kabar itu," kata Ny. Park dengan khawatir.

Tn. Park menatap pintu dan melihat siluet dua anaknya sedang jalan menjauh, "Kurasa ia mengalami amnesia, bukan amnesia tapi sejenis amnesia untuk menghindari kenyataan agar tidak menjadi paranoid."

"Apa yang harus kita lakukan?"

Tn. Park menggeleng, "Tidak ada yang bisa kita lakukan. Ingatannya akan kembali setelah beberapa waktu dengan sendirinya, tapi bisa saja ingatannya tidak akan kembali lagi. Kita tidak ingin kondisinya seperti kemarin lagi bukan?"

***

Enam tahun kemudian, kelas satu sekolah menengah pertama, Eve pindah ke Korea dan tinggal bersama kakek neneknya.

Mengingat teman masa kecil yang pernah diceritakan Evy, Eve pun pergi mencarinya. Tapi, ia tidak menemukannya karena satu tahun setelah kematian Evy, keluarga Tn. Park pindah ke Ulsan.

Dan Eve tidak pernah bertemu dengan mereka maupun mencarinya lagi.


----------

Please support with comment and vote :):):) xoxo

-

-

-

To Be Continue

Revised 06/11/22

Chanyeol's Eye [REVISED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang