Eve memeriksa kembali penampilannya di cermin, memastikan bahwa jaket musim dinginnya sudah terbalut dengan sempurna di tubuhnya. Topi bobblenya sudah bertengger dengan rapi di kepalan dengan sarung tangan sudah terpasang dengan benar di tangannya.
"Kenapa Chanyeol-ssi belum datang? Ini sudah jam sembilan, padahal dia berjanji akan ke sini jam delapan. Harusnya aku minta ponselku dari kemarin-kemarin." Eve mondar-mandir tidak sabaran di kamarnya.
Hari ini malam Natal, Chanyeol berjanji akan menjemputnya jam delapan malam. Tapi sudah satu jam menunggu, batang hidung pria itu masih belum tampak. Karena Eve sudah lebih sehat, dokter Kim memberikan izin padanya untuk keluar khusus pada malam Natal saja. Tapi setelah malam Natal, Eve harus kembali lagi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatannya lagi.
Kepala dokter Kim muncul dari pintu kamarnya. Melihat Eve belum pergi, dokter Kim yang sudah memakai pakaian biasa dan membawa tas dokternya pun masuk ke kamarnya, "Eve, belum di jemput?"
"Oh, halo dokter," sapa Eve. "Chanyeol-ssi belum jemput. Padahal dia janji akan datang jam delapan."
Dokter Kim melihat arlojinya, "Sekarang sudah jam sembilan, Eve. Bagaimana kalau keluar denganku?" tawar dokter Kim ketika melihat Eve sudah bersiap-siap.
"Apa dokter tidak punya acara?" tanya Eve.
"Tidak, kemarin sudah kukatakan kalau aku akan menemanimu, jadi kau tidak akan kesepian. Lagi pula kenapa kau berharap bahwa Chanyeol-ssi akan datang? Dia seorang idol dan pasti akan padat sekali jadwalnya."
"Tapi, dokter..."
"Ayo, ikut saja," bujuk dokter Kim. "Aku juga tidak tahu harus menghabiskan waktu Natal bersama siapa."
Eve berpikir sejenak dan merasa bahwa apa yang dikatakan dokter Kim ada benarnya. Chanyeol tidak pasti datang, dia seorang idol dan tidak punya begitu banyak waktu luang. Jika punya sedikit waktu luang, ia pasti akan menggunakan sebaik-baiknya untuk istirahat atau kumpul bersama teman dan keluarga, apalagi malam ini malam natal.
Jangan salahkan aku, Chanyeol-ssi. Kau terlambat! batin Eve lalu mengangguk pelan meyakinkan pilihannya.
"Baiklah."
***
"Di mana kuletakkan ponselnya?"
Sudah setengah jam Chanyeol menyusuri sudut-sudut kamarnya mencari ponsel Eve. Seingat Chanyeol, terakhir kali ia taruh di meja yang ada di pojok kamar. Tapi sekarang ponsel itu tidak ada.
"Sial, aku telat!" umpat Chanyeol pelan sambil menyusuri kolong-kolong tempat tidur dan lemari. "Ah! Ketemu!" seru Chanyeol dan menggapai ponsel yang ada di kolong lemari.
Chanyeol mengecek penampilannya sekali lagi, mengambil masker hitam yang selalu dipakainya ke mana-mana, memakai sepatu dan keluar dari dorm dengan buru-buru. Chanyeol sudah sampai setengah jalan ke halte bus, tiba-tiba ia teringat sesuatu lalu balik lagi ke dorm.
"KyungSoo-ya, kau masih di dorm?" tanya Chanyeol di telfon sambil berlari.
(Iya, ada apa?)
"Tolong ambilkan kantong warna coklat di kamarku, di atas tempat tidur. Aku tunggu di bawah, lempar saja ke bawah nanti," kata Chanyeol.
(Oke!)
Chanyeol sampai di dorm dengan terengah-engah dan mendongak ketika mendengar suara D.O yang memanggilnya, "Chan!"
"Lempar!" seru Chanyeol. D.O langsung melempar kantong warna coklat dari jendela kamar dan langsung ditangkap oleh Chanyeol.
"Terima kasih, aku pergi dulu!" Chanyeol sambil melambaikan tangannya lalu berlari kembali ke halte bus.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Chanyeol's Eye [REVISED✓]
FanfictionBagaimana rasanya tiba-tiba melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain? Sebuah anugerahkah? Atau malah sebuah musibah? Musim dingin sudah hampir tiba, Chanyeol berjalan menelusuri kawasan Sinchon. Suasana hatinya sedang buruk saat itu dan se...