Bab. 2

2.8K 115 2
                                        

Sehabis kuliah aku langsung mengelola butikku. Mengawasi para pegawai dan bagian keuangan. Sebenarnya tujuanku hari ini ke butik juga sekalian melihat model baju-baju terbaru karena berdasarkan informasi dari informan terpercayaku, mengatakan bahwa Rama akan melihat karnaval malam ini.

Hahaha, informan itu tak lain dan tak bukan adalah Jonathan. Tentu saja Jo tidak dengan mudahnya memberitahuku. Aku harus terus menerus menerornya dengan seluruh sosial media yang digunakannya. Karena Jo adalah lelaki yang tidak tegaan pada perempuan cantik sepertiku, maka dengan berat hati dia memberikan informasi itu.

Aku tidak peduli kalian akan menganggapku sebagai wanita pengganggu atau tidak punya harga diri karena terus mengejar lelaki yang sudah menolakmu berulang kali. Selama aku hidup, hanya Rama yang peduli padaku selain Daddy. Jadi tidak mungkin, aku bisa melepasnya semudah itu. 

Setelah mengawasi para pegawai dan memeriksa pemasukan hari ini, aku mulai mencari pakaian yang akan aku gunakan. Aku mengambil kaos berlengan pendek dengan leher berbentuk v berwarna biru langit dan rok jins pendek diatas lutut. Ah, sudah pasti Rama akan melirikku malam ini.

Aku segera ke ruangan ganti untuk bertukar pakaian. Rambut indahku, kubiarkan tergerai. Sedikit berdandan dan perfect, aku sangat cantik. Aku mengambil sepatu kets yang senada dengan pakaianku. Tema pakaian ku hari ini adalah feminim dan sporty.

Setelah menutup butik, aku langsung memacu mobilku ke tempat karnaval berlangsung. Sesuai dengan yang diinfokan oleh Jo, bahwa mereka akan nongkrong di tepi pantai. Aku tidak peduli dengan tema karnaval, toh aku hanya mengincar keberadaan Rama. Tapi jika dilihat, banyak sekali peserta yang menggunakan kostum dari plastik. Ah, mungkin tentang lingkungan. Sesuka panitia dan peserta karnaval sajalah.

Aku kesulitan mencari lahan parkir. Setelah berkeliling, akhirnya aku berhasil memarkirkan mobil cantikku yang sama cantiknya dengan aku. Meskipun agak jauh dari pantai, tidak masalah. Asalkan aku bisa bertemu dengan Rama. Hampir setengah jam aku mencari keberadaan mereka dan pucuk dicinta, ulampun tiba. Mereka berdua ketemu.

"Rama...!!" teriakku dari jauh. Aku melambaikan tangan dan mulai mendorong orang-orang yang menghalangi jalanku menuju tempat pujaan hatiku berada. Aduh, tapi si Rama malah pergi setelah melihatku. Ternyata penampilanku hari inipun tak dapat menaklukkan Rama. Dia itu lelaki normal ngak sih!

"Rama, suamiku! Kamu mau kemana? Jangan lari-lari dong aku kan lagi hamil!" aku berteriak lebih keras. Ah, tapi dia malah berlari semakin jauh. Aku tidak boleh kalah darinya dan terus berusaha menerobos kerumuna orang yang sedang menonton karnaval. 

Karena aku terus berteriak untuk menghentikan pelarian Rama, orang-orang mulai menatapku kasihan dan memberikan ruang agar aku lebih leluasa mengejarnya.

Aku tidak tahu, apakah karena dia sudah kelelahan berlari atau terlanjur malu dengan teriakkanku, Rama akhirnya berhenti.

"Oh. A...akhirnya kamu berhenti juga" ucapku ngos-ngosan. Dia menatapku dengan galaknya. Sudah dipastikan dia pasti sangat marah padaku. Bagaimana tidak marah, aku mengaku-ngaku sebagai istrinya yang tengah hamil.

"Mau lo apa Van?!" Rama membentakku.

Aku mengambil nafas dalam-dalam dan setelah nafasku kembali normal, aku merangkul lengannya agar tidak marah lagi. Dia melepaskan tanganku dengan kasar. Tampaknya Rama benar-benar marah dengan tingkahku kali ini.

"Mau lo apa Van?" tanyanya lagi. Matanya sangat tajam dan rahangnya mengeras. Aku benar-benar ketakutan melihat Rama yang seperti ini.

"Lo, jangan sekasar itu Ram." Jonathan tiba-tiba sudah ada didekat kami. Rama menghembuskan nafas berkali-kali.

SEARCH (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang