Bab. 17

1.6K 90 1
                                    

Author PoV

Mbak Ijah mengetuk pintu kamar Vania.

"Non, ada Mas Jo." panggilnya.

Vania yang sedang tiduran di kasur bingkas membukakan pintu.

"Serius Mbak?" Mata Vania sampai melotot tak percaya.

Mbak Ijah mengangguk.

"Aduh itu cowok kenapa ngak sabarin sih!" geramnya. Vania langsung berlari ke ruang tamu tapi dia tidak menemukan Jo disana.

"Mas Jo di ruangannya Bapak, Non." Mbak Ijah memberitahu.

"Mampus gue." Vania memukul jidatnya. Berlari secepat mungkin ke ruang kerja ayahnya. Tanpa mengetuk pintu, Vania menyelonong masuk.

"Eh, lo ngapain disini? Pulang sana!" usir Vania. Entah mengapa dia kembali ber lo-gue kepada Jo. Pertahanan diri, mungkin?

"Vania, kamu ini apa-apaan? Masuk tidak mengetuk pintu trus main ngusir Jo. Dia ada keperluan dengan Daddy, jadi kamu keluar dulu." usir ayahnya.

"Kok malah Vania yang diusir sih!" protesnya.

"Udah keluar dulu, Daddy ada urusan penting sama Jo. Kamu kalau ada urusan sama dia, nanti setelah Daddy selesai."

Sedangkan Jo hanya menatapnya geli.

Apa-apaan ayahnya itu. Vania misuh-misuh keluar dari ruangan ayahnya dan memutuskan menunggu Jo di ruang tamu.

Sejam menunggu, Jo masih tidak keluar. Vania hendak menerobos masuk kembali, tapi Jo dan ayahnya sudah keluar.

"Ya sudah, nanti saya kabari lagi." ujar ayahnya serius. Jo hanya mengangguk setuju.

"Daddy, ada urusan apa sama Jo?" tanya Vania menyelidik. Dia tidak ingin ayahnya menerima lamaran Jo secepat ini.

"Tenang. Daddy tidak membahas lamaran Jo kok. Iya kan Jo?" Ayahnya menepuk pundak.

"Iya." Jo mengangguk.

Sedangkan Vania, mukanya sudah memerah karena malu.

"Ya sudah, Daddy tinggal dulu. Sekarang kalian bisa selesaikan urusan kalian berdua." Ayahnya terkekeh dan kembali ke ruangannya.

"Jadi kamu mau bicara apa?" tanya Jo datar.

"Siapa yang mau bicara sama lo? GR! Sana pulang." usirnya. Entah mengapa sikapnya menjadi ketus pada Jo. Vania sebenarnya menyesal tapi daripada malu, mending dia menyuruh Jo pulang.

"Kalau mau nolak lamaran gue, bilang. Ngak usah ngusir-usir, gue juga mau pergi." ujar Jo kesal. Bagaimana tidak kesal, sedaritadi sudah dua kali Vania mengusirnya.

"Eh, bukan gitu maksud gu.."

"Assalammu'alaikum." potong Jo, lantas keluar dari rumah Vania.

"Wa'alaikumsalam. Yah dia ngambek. Mulut lu sih Van!" rutuknya. Vania mengejar Jo keluar tapi Jo sudah melajukan motornya.

Vania menghela nafasnya, dia tidak bermaksud menolak Jo tapi entah mengapa dia juga tidak ingin melihat Jo untuk saat ini. Entahlah, Vania juga bingung dengan dirinya sendiri.

Vania memutuskan untuk menghubungi Rama.

"Halo, Ram."

"Assalammu'alaikum." sahut Rama bersamaan dengan Vania.

"wa'alaikumsalam."

"Ada apa adik ipar nelpon gue?"

"Gue mau curhat! Teman lo ngak asik banget."

"Siapa?"

"Jo lah, siapa lagi."

"Oh. Emang dia ngapain lo?"

"Masa dia ngelamar gue tiba-tiba, terus pas gue suruh pulang, dia malah ngambek. Pakai bilang gue nolak lamaran dia segala."

"Serius, Jo melamar lo? Wah emang kurang ajar itu anak, masa gue ngak dikasih tahu. Ya udah, ntar gue telpon lagi. Gue mau nyari Jo dulu."

Klik. Sambungan telpon pun diputus Rama secara sepihak.

Vania semakin kesal dibuatnya. "Aarrgghh! Gue kan lagi curhat! Malah dimatiin. Dasar cowok! Emang ngak peka!" Vania menunjuk-nunjuk layar ponselnya dengan kesal.

******

Tanpa pikir panjang, Rama langsung mencari Jo ke bengkelnya. Dia sangat penasaran dengan lamaran Jo pada Vania. Selama mereka bersahabat Jo tidak pernah menyingung tentang cinta, perempuan atau ketertarikannya dengan kaum hawa. Jo hanya membahas hal-hal yang berhubungan dengan otomotif ataupun kuliner, tidak lebih.

Sehingga pernyataan Vania yang mengatakan bahwa Jo telah melamarnya membuat Rama bersemangat menggoda sahabatnya itu.

"Assalammu'alaikum." Rama menepuk pundak Jo yang baru turun dari motornya.

"Wa'alaikumsalam." sahut Jo.

"Lo ngelamar Vania?" tanya Rama to do point.

Jo mengangguk. "Tapi kayaknya ditolak." Jo berjalan masuk ke rumahnya. Rama mengikuti langkah sahabatnya itu.

"Hahaha serius, kok nasib lo mirip sama gue." kekehnya. "Tapi Vania bilang dia belum nolak lo." Rama menaik turunkan alisnya menggoda Jo.

"Gue juga tahu." Jo menyeringai.

"Gue harap lo ngak main-main sama Vania. Bagaimanapun dia udah gue anggap adik. Jadi kalau lo ngak serius, jangan diterusin. Cukup gue yang nyakitin dia, jangan yang lain." Rama berkata serius.

Mereka berdua berdiri di depan pintu rumah, saling menilai.

"Gue tahu dia masih cinta sama lo, tapi gue pastiin gue bakalan buat dia berpaling ke gue. Bukankah cinta cuma punya dua pilihan? Merelakan atau memperjuangkan? Gue pilih memperjuangkan. Jadi lo bisa tenang karena gue serius mau nikahin dia." Jo berkata tak kalah seriusnya.

Rama bernafas lega, sahabatnya benar-benar serius. Meskipun Vania sering membuatnya kesal karena pernyataan cinta gadis itu, jauh di lubuk hatinya Rama menyayangi Vania. Sayang sebagai seorang sahabat atau saudara. Dia tidak ingin Vania tersakiti lagi.

"Bagus. Tolong jaga dia karena gue cuma jagain kakaknya." Rama tersenyum lebar.

Jo tahu Rama merasa bersalah dengan Vania karena itu dia yang mengambil beban itu. Jo hanya ingin Rama fokus dengan Pagi. Sejak Rama menolong Vania dulu, sahabatnya itu seperti memiliki tanggung jawab untuk selalu melindungi Vania. Meskipun tidak ada orang yang menyuruhnya seperti itu  Rasa kasihan, Rama dan jiwa penolongnya memang tak bisa dipisahkan.

Tentang Vania, gadis itu tidak seburuk yang orang sangka. Dia mengejar Rama hanya karena Rama memperdulikannya. Bisa dibilang Vania itu kekurangan kasih sayang. Dia tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua kandungnya dan pamannya yang dipanggil Daddy pun sibuk bekerja. Mungkin karena itulah Rama merasa harus melindungi gadis itu.

Meski Jo belum mencintai gadis itu, tapi dia yakin cinta tumbuh karena telah terbiasa. Apalagi gadis itu tengah dalam proses hijrah. Tidak ada salahnya dia memandu proses itu dan lagi dia sudah menerima lamaran itu. Gadis itu akan menjadi tanggung jawabnya sesegera mungkin dan dia bukan seorang bajingan yang mempermainkan seorang perempuan.

SEARCH (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang