Setibanya Vania di toko buku, gadis itu langsung melesat ke bagian buku agama. Meskipun Vania terlihat ogah-ogahan untuk kuliah tapi dia sangat hobi membaca buku. Vania bahkan memiliki perpustakaan pribadi di kamarnya.
Perpustakaan itu di dominasi novel, komik, majalah fashion, majalah bisnis dan tentunya buku-buku ekonomi serta beberapa buku sains. Tapi perpustakaan itu tidak memiliki satupun buku agama. Untunglah di rumahnya masih ada Al-Qur'an meski tak pernah dibaca tapi dia tak tahu letaknya dimana.
Setelah sampai di bagian buku agama, Vania mengerutkan keningnya. Dia bingung harus membeli buku yang cocok untuk dirinya yang pemula. Dia merasa seperti seorang mualaf. Apa dia juga harus mengucapkan kedua kalimat syahadat, mengingat dia tidak pernah sholat semenjak terlahir di dunia hingga detik ini.
Vania mengambil ponselnya dan menghubungi Jonathan. Dering ketiga barulah Jo mengangkat panggilannya.
"Halo, Jo. Aku sedang di toko buku dan kebingungan."
"....." hening.
"Hmm aku mau beli buku penuntun sholat tapi buku disini terlalu banyak dan aku tidak tahu harus membeli yang mana."
"kamu tidak pernah sholat?" tanya Jo dengan nada terkejut.
Vania sebenarnya malu menjawab 'iya' tapi mau bagaimana lagi memang itu kenyataannya.
"I-iya."
Hening begitu lama, Jo tidak berkata apapun untuk menanggapi kejujurannya itu. Vania mengecek ponselnya, masih tersambung.
"Halo Jo, kamu masih disana?" tanya Vania memastikan bahwa Jo masih mendengarkan suaranya.
"Ya. Tunggulah disana, aku akan membantumu." klik. Panggilan itu langsung diputuskan begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Vania.
Tak berselang lama, Jo tiba di hadapan Vania. Lelaki itu memakai jaket kulit berwarna hitam dengan kaos berwarna biru langit dan bawahan celana jeans. Penampilannya sama seperti tadi mereka bertemu hanya saja sekarang Jo tidak memakai sepatu melainkan sendal.
"Bagusan yang mana?" tanya Vania menyodorkan beberapa jenis buku penuntun sholat. "Apa aku beli semuanya saja?"
"Hmm yang ungu ini saja, buku ini sudah cukup lengkap dan mudah dipahami." Jo mengambil buku berwarna ungu itu.
"Baiklah." Vania mengembalikan buku lainnya ke rak.
"Oh ya, aku juga mau beli Al-Qur'an." Vania berjalan lebih dulu mencari tempat Al-Qur'an berada.
"Maaf, kamu bisa baca Al-Qur'an?" tanya Jo. Dia bukan bermaksud meremehkan tapi sholat saja gadis itu tidak pernah bagaimana mungkin membaca Al-Qur'an.
Vania menggelengkan kepalanya. "Tidak." ucapnya lesu. Dia malu sekali rasanya.
Benar dugaannya, gadis itu benar-benar baru ingin mengenal agama di ktp-nya. "Kalau gitu, kita nyari buku iqra' dulu, baru milih Al-Qur'an."
Vania berhenti dan membalik tubuhnya. "Iqra'? Buat apa?"
"Kamu sudah tahu gimana cara baca Al-Qur'an?" Jo menaikkan sebelah alisnya.
Vania menggeleng.
"Karena itu kita beli buku iqra' supaya kamu bisa baca Al-Qur'an. Di buku itu nanti kamu belajar huruf hijaiyah dan tanda bacanya."
Sebenarnya Vania ingin bertanya 'apa itu huruf hijaiyah?' pada Jo, tapi Vania takut nanti Jo akan mencapnya bodoh. Lagipula ada mbah google yang bisa ditanyanya.
Melihat wajah Vania yang kebingungan, Jo coba menjelaskannya dengan mudah agar gadis itu mengerti. "Huruf hijaiyah itu sama kayak alfabet yang kita gunakan untuk membentuk kata dalam bahasa indonesia, inggris dll. Sedangkan huruf hijaiyah digunakan untuk membentuk kata dalam bahasa arab. Ngerti?"
"Oh begitu, hehehe maaf aku lupa kalau sholat ngomongnya pakai bahasa arab bukan Indonesia." Serius Vania malu sekali, hal itu saja dia tidak tahu. Mana roket? Dia ingin sekali melarikan diri ke luar angkasa saja.
Jo kehilangan kata-kata karena kejujuran dan ketidaktahuan Vania. Tapi hatinya juga senang karena gadis itu mulai mengingat Tuhannya. Meskipun gadis itu ingat karena ingin Rama menjadi miliknya, tak apa. Hidayah itu bisa datang pada siapa saja dan dengan cara apa saja. Lagipula bagus kalau Vania meminta pada Tuhan bukan pada setan dan kawan-kawannya, berarti gadis itu sadar yang paling berkuasa di alam ini adalah Tuhan.
"Ayo." Kali ini Jo yang berjalan lebih dulu dan Vania mengekori Jo seperti anak bebek.
Jo memilih buku-buku yang cocok untuk Vania dan juga memilihkan Al-Qur'an yang tulisannya agak besar supaya gadis itu bisa membacanya dengan mudah dan jelas. Setelah itu mereka ke kasir dan membayar.
"Makasih ya Jo udah mau nolongin aku." Vania tersenyum lebar.
"Hm." gumamnya. Jo membuka jaketnya dan memberikan pada Vania.
"Untuk apa?" Vania bingung kenapa Jo memberikan jaketnya.
"Pakai. Langsung pulang. Jangan keluyuran lagi." Kemudian Jo memacu motornya meninggalkan Vania yang bengong sendirian.
Jo tidak ada bermaksud apa-apa, dia hanya peduli pada gadis itu. Mereka memilih buku hingga lupa waktu. Tadi dia sedang di jalan sehabis pulang dari rumah Rama setelah mendengarkan curhatan sahabatnya itu tentang Pagi, gadis yang ternyata sudah sejak lama dicintai lelaki itu.
Dia berencana balik ke kafe tapi Vania menghubunginya dan meminta saran soal buku penuntun sholat. Siapa yang tak mau menolong jika untuk membawa seseorang kepada kebaikan. Jadilah Jo menemui Vania dan gadis itu hanya memakai kaos tanpa lengan dan rok diatas lutut, sama seperti mereka bertemu tadi, tapi Jo tak bisa menegurnya karena begitulah cara berpakaian gadis itu.
Jika di toko buku tadi dia bisa menjaga Vania dari mata-mata lapar kaumnya, sedangkan sekarang dia tidak bisa karena ketika mereka keluar dari toko buku, adzan maghrib tengah berkumandang dan Jo harus mencari mesjid terdekat. Dia tidak bisa mengantar Vania pulang karena waktu maghrib sangat singkat, jadi dia memberikan jaketnya untuk gadis itu agar tak ada yang menatap dengan pandangan nafsu meskipun Jo tahu Vania naik mobilnya sendiri bukan transportasi umum. Jo sangat menghargai kaum wanita, karena itulah dia tidak ingin Vania mengalami hal buruk yang disebabkan cara berpakaiannya.
Bagi Jo, jam malam bagi seorang wanita adalah sebelum maghrib. Makanya dia berpesan seperti itu pada Vania. Meskipun gadis itu terbiasa berkeliaran hingga tengah malam demi bertemu dengan Rama yang terkadang mengikuti balapan motor liar.
Tapi Jo tidak bisa melarang lebih jauh lagi pada gadis itu. Dia tidak berhak mengatur, karena sebagian orang pasti memiliki pandangan yang berbeda-beda.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEARCH (COMPLETE)
Romansa*PENCARIAN "Aku mengejar dia tapi aku mendapatkan kamu. Aku kehilangan dia tapi aku menemukan kamu." ~Vania~ "Tuhan punya cara unik menyatukan sepasang manusia dalam takdir. Begitupun dengan kami." ~Jo~ Cerita ini akan menceritakan tentang penca...