Bab. 30

3.3K 131 8
                                    

Tamu yang tersisa hanyalah keluarga Jo dan Rama. Mereka tengah sibuk bercengkerama. Sedangkan sepasang pengantin baru sibuk dengan makan malamnya, yang sangat molor.

"Kamu mau dipanggil apa, Van?" tanya Jo setelah mengunyah suapan terakhirnya.

Vania mengerutkan keningnya bingung.

"Maksudnya Mas, kamu mau dipanggil adik, sayang, baby, can-"

"Vania aja, Mas." potong Vania. Dia tak mampu membayangkan seberapa merah mukanya jika dipanggil dengan panggilan itu.

Jo mengangguk saja.

"Oh ya Mas, aku mau sholat isya dulu. Mas ngumpul aja dengan yang lainnya." Muka Vania sudah memerah menahan malu karena tak sanggup membayangkan harus berduaan dengan suaminya.

Jo tersenyum maklum. Tidak hanya Vania yang gugup, sejak tadi jantungnya juga tak berhenti berdegup kencang.

Setelah mendapatkan persetujuan suaminya, Vania langsung ngacir ke dalam kamarnya. Tidak ada yang berubah dari kamarnya, masih seperti tadi. Dia langsung membersihkan diri. Untunglah Jo tidak memilih kebaya yang ribet sehingga tidak ada adegan menunggu sang suami untuk membantunya.

Tepat setelah Vania mengucapkan salam di akhir sholatnya, Jo masuk ke dalam kamar dan mengucapkan salam.

"Mukenanya jangan dibuka dulu Van. Kita sholat sunnah dulu ya."

Vania mengangguk setuju. Setelah Jo berwudhu, mereka melakukan sholat sunah berjamaah pertama kali sebagai sepasang suami istri. Selesai sholat, Jo berbalik ke arah sang istri dan meletakkan tangan di atas kepala istrinya sambil berdoa.

"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu akan kebaikannya dan kebaikan apa yang Engkau kodratkan padanya, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan apa yang suami-istri, dan menjelaskan tentang urgensi malam tersebut Engkau kodratkan pa...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu akan kebaikannya dan kebaikan apa yang Engkau kodratkan padanya, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan apa yang suami-istri, dan menjelaskan tentang urgensi malam tersebut Engkau kodratkan padanya." Lantas Jo mencium dahi istrinya.

"Aamiin." Vania merasa bersyukur menjadi istri Jo. Dulu dia sibuk mengejar Rama, tapi mendapatkan suaminya ini. Dia kehilangan Rama, tapi menemukan suaminya. Tuhan memberikan apa yang dibutuhkan umatnya, bukan yang diinginkan umatnya.

Suasana canggung terasa setelahnya. Vania melipat mukenanya. Mereka berdua memutuskan duduk di atas kasur sambil menonton tv. Jo mengalihkan pandangan ke seluruh kamar Vania.

"Kamar kamu sangat feminim."

Vania mengalihkan tatapannya dari tv yang terus berbicara tanpa benar-benar ditonton kepada sang suami. Dia hanya mengangguk.

Vania kebingungan mencari topik pembicaraan di kondisi seperti ini. "Mas, kamu jadi lanjut sekolah di Jepang?"

Jo menatap Vania. "Bisa iya, bisa tidak. Ada banyak pertimbangan." Jo mengusap kepala Vania penuh kelembutan, lantas menyandarkan kepala Vania di dadanya.

SEARCH (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang