ADD

3K 122 8
                                    

Hai-hai aku bawa extra part buat kalian, spesial buat adek msnab23 yang rajin banget ngikutin cerita aku...

*
*
*
*

Satu tahun kemudian... 

"Mas, buruan..." panggil Vania sambil memperbaiki toganya. Benar, ini adalah hari wisudanya Vania, sedikit molor dari waktu yang ditargetkan Vania. Bagaimana tidak molor, jika sang suami tidak mau lepas darinya, sebagai istri Vania tentu menuruti semua keinginan suaminya.

"Bentar, istrinya aku." Jo sengaja mengulur-ulur waktu karena tak ingin para barisan penggemar Vania puas memandangi wajah cantik istrinya itu. Tidak dandan saja Vania sudah cantik, apalagi dandan.

Istrinya itu memang sering mengingatkan bahwa dia hanya milik Jo, tapi melihat seberapa banyak lelaki yang diam-diam menaruh hati pada istrinya itu, membuat Jo panik bukan main. Ya ampun, dapetin Vania itu sulit men! Tidak semudah itu kalian bisa merebutnya.

Vania sudah duduk manis di kursi penumpang sementara sang suami masih sibuk memutar kunci di pintu rumah mereka.

"Mas, aku berangkat sendiri nih!" ancamnya.

Oke, Jo menyerah!

Dia segera masuk ke dalam mobil. "Kita ngadain resepsi yuk." ajak Jo.

"Resepsi apa?" tanya Vania sambil berkaca, memastikan make up nya tidak rusak.

Jo menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. "Resepsi pernikahan kita, cantik."

Vania merona malu. Meski sudah berlalu setahun, Vania masih tersipu mendengar pujian yang dilontarkan sang suami setiap hari padanya.

"Ngak perlu lah Mas, sudah setahun juga kok."

"Perlu sayangku. Mahasiswa-mahasiswa itu tidak semuanya tahu kamu istrinya aku."

Vania hanya tertawa geli, benar karena pernikahan mereka yang hanya dirayakan dengan keluarga terdekat saja tanpa mengundang teman seangkatannya, Vania masih sering dikira lajang. Apalagi sampai sekarang mereka belum dipercaya untuk memiki anak oleh Tuhan.

"Nanti mereka juga tahu kok. Lagian aku juga sudah tamat Mas."

Baik! Kita lihat nanti. Mereka pasti akan mundur.

Jo bertekad dalam hati untuk menunjukkan pada dunia, siapa pemilik Vania sebenarnya.

Kurang dari satu jam, mereka sudah sampai di aula fakultas. Pemindahan jambul dan penyerahan ijazah memang diserahkan ke fakultas masing-masing setelah mengikuti serangkaian acara di auditorium kampus. Sayangnya, Vania tidak bisa mengikuti kegiatan di auditorium karena tingkah sang suami. Sehingga dia langsung ke fakultas.

Tamu yang diizinkan masuk hanya dua orang untuk setiap wisudawan-wisudawati. Tentu yang akan menemani Vania, sang ayah dan suaminya. Acara wisuda berlangsung khidmat. Dua jam semua kegiatan akhirnya selesai, Vania disambut dengan berbagai ucapan selamat dari keluarga dan teman-temannya.

Jo dengan santainya merangkul pinggang istrinya. Meskipun malu, Vania tidak bisa berbuat apa-apa. Dia bisa mengerti tindakan sang suami. Sambil bersalaman, Vania juga memperkenalkan Jo pada temannya. Semoga dengan begitu kecemburuan sang suami bisa berkurang.

Setelahnya Vania dan rombongannya pergi ke kafe Rama untuk merayakan kelulusannya. Disana sudah menunggu adik-adik dari panti asuhan tempat Pagi dibesarkan.

Pagi masih menjalani masternya, satu tahun lagi mungkin dia berada di Indonesia. Jangan tanyakan Rama, lelaki itu merana tapi tetap mengikuti jejak sang calon istri melanjutkan pendidikannya.

"Terimakasih Mas untuk semuanya. Aku beruntung bisa menjadi istri kamu." Vania memeluk sang suami.

"Mas juga berterimakasih karena kamu mau menerima Mas." Jo balas memeluk istrinya sebelum keluar dari mobil karena mereka tidak boleh bermesraan di depan anak kecil.

*
*
*

Sudah ya, cerita ini ngak ada lagi lanjutannya. Mari move on ke cerita aku yang lain. Aku ngak tahu kapan update cerita baru, mungkin agak lama soalnya masih nyari ide dulu...

Ditunggu saja yah 😆😆😆

SEARCH (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang