Author PoV
Vania masih memikirkan perkataan Mbak Tyas saat di butik tadi sambil memutar-mutar buku pemberian Jo ditangannya.
Dia mulai membaca tulisan di sampul buku itu. "Mahkota Pengantin. Bingkisan istimewa untuk suami istri. Buku ini menghindari penjelasan yang malu-malu sekaligus mendobrak wilayah yang sering dipahami tabu ketika membahas persoalan rumah tangga. Pada mulanya adalah sebuah keterusterangan, buku ini mengalir jauh dengan kupasan yang lincah, renyah dan komunikatif." Vania tersenyum kecil. "Menarik. Mari lihat daftar isinya..."
Dia mulai membaca satu persatu daftar judul yang ada. "Baru kali ini ketemu cowok seniat dia." Bagaimana tidak niat, Jo memberikan buku yang benar-benar lengkap mengupas tentang pernikahan, dari cara memilih calon suami/istri hingga pembahasan yang dianggap tabu sekalipun.
Mbak Tyas benar, dia akan menyesal jika melepaskan Jo begitu saja. Disaat pria-pria diluar sana sibuk membuat hal romantis untuk meyakinkan sang pujaan hati dengan berlutut memberikan cincin dan bunga agar lamarannya diterima, Jo malah memberinya sebuah buku panduan untuk membina rumah tangga yang sesuai ajaran agamanya. Jo, lelaki itu lebih romantis dari pria kebanyakan dan Vania tidak akan menyia-nyiakan lelaki itu.
Vania bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu. Dia ingin sholat istikharah, agar Allah lebih memantapkan hatinya.
Selesai sholat Vania mengambil ponselnya, tidak peduli sudah larut malam dia mengirimkan pesan singkat pada Jo.
'Besok, mintalah jawaban pada Daddy. Apapun yang diputuskan Daddy, itulah jawabanku.' tulisnya.
Ada sebuah keyakinan di dalam hatinya, tapi dia butuh satu hal lagi, persetujuan Daddy.
*********
Setelah shalat subuh, Vania bergegas menemui Daddy-nya. Sepagi ini mungkin Pak Dirga ada di ruang keluarga menonton siaran ceramah di televisi. Benar sekali, ayahnya itu tengah duduk santai memperhatikan isi ceramah sambil meminum segelas teh panas.
"Dad, Vania boleh minta pendapat?" tanyanya sambil meremas tangan.
Pak Dirga tersenyum hangat. "Boleh. Sini duduk di samping Daddy." Pak Dirga menepuk kursi.
Vania tersenyum malu. Pak Dirga memperhatikan semua tingkah anaknya itu.
"Jadi, Vania mau nanya apa?"
"Hm, Daddy kan sudah tahu kalau Jo melamar Vania." Vania berusaha mengatasi rasa malunya, tetapi gagal. Wajahnya yang putih memunculkan semburat merah.
"Tahu. Tapi dia belum bisa membawa orang tuanya untuk melamar anak gadis Daddy yang cantik ini, karena Jo bilang kamu menolak dia." Pak Dirga mengacak rambut Vania. "Yah, walaupun Daddy sedikit kecewa, gagal mendapat mantu."
Vania buru-buru membantah. "Eh, tapi Vania ngak jadi nolak kok Dad. Ini Vania menemui Daddy untuk menerima lamaran Jo."
Pak Dirga tertawa melihat tingkah anaknya itu. "Kamu sudah yakin mau nikah sama Jo? Bukannya Vania ngak cinta Jo, makanya nolak."
"Emang ngak cinta. Hm maksudnya belum, kan nanti lama-lama bisa cinta Dad. Lagipula dia gampang buat dicintai kok Dad." Vania mencoba meyakinkan ayahnya. "Tapi kalau Daddy merasa Jo tidak layak menjadi suami Vania, ngak apa-apa. Vania menerima keputusan Daddy."
Pak Dirga mulai memasang wajah seriusnya, tidak ada lagi gurauan. "Jadi Vania menyerahkan keputusan di tangan Daddy?"
Vania mengangguk dua kali.
"Tapi Vania tahu alasan sebenarnya Jo melamar Vania?" tanya Pak Dirga mencoba menguji Vania.
Vania menggelengkan kepalanya. Dia sebenarnya juga tidak tahu pasti apa alasan lelaki itu melamarnya.
"Daddy yang minta Jo untuk mau menikah dengan Vania."
Vania begitu terkejut mendengar pengakuan ayahnya. "Kenapa?"
"Daddy melihat Jo banyak memberikan perubahan yang baik untuk Vania. Dia anak yang sholeh dan bertanggung jawab. Sifat dan sikapnya santun. Daddy hanya ingin putri kesayangan Daddy mendapatkan pendamping hidup yang tepat."
"Tapi Vania masih muda Dad, tamat kuliah aja belum, masa udah jadi istri orang aja." protesnya.
"Daddy tidak memaksa Vania harus menikah sekarang juga. Jo juga memberikan Vania pilihan bukan?" Pak Dirga menaikkan satu alisnya.
"Iya sih."
"Jadi Vania menerima lamaran Jo atau tidak?" Pak Dirga menatap Vania hangat, tidak ingin memberikan anaknya itu tekanan. Bagaimanapun yang akan menjalani pernikahan itu mereka berdua.
Vania menggenggam tangannya erat, dia ingin memberikan keyakinan pada dirinya. Akhirnya gadis itu menganggukkan kepalanya.
"Alhamdulillah." Ujar Pak Dirga keras tanpa menutupi kebahagiaannya.
Vania juga ikut tersenyum, kali ini dia harus yakin. Tidak seperti Rama dulu, dia harus menyerah terhadap rasa cintanya, dengan Jo dia akan berusaha mencintai dan dicintai. Tidak ada lagi cinta bertepuk sebelah tangan.
*************
Maaf yah aku update cerita ini lama banget. Entah kenapa kehilangan mood untuk menulis lanjutannya...

KAMU SEDANG MEMBACA
SEARCH (COMPLETE)
Romance*PENCARIAN "Aku mengejar dia tapi aku mendapatkan kamu. Aku kehilangan dia tapi aku menemukan kamu." ~Vania~ "Tuhan punya cara unik menyatukan sepasang manusia dalam takdir. Begitupun dengan kami." ~Jo~ Cerita ini akan menceritakan tentang penca...