Author PoV
Sesampainya Vania di rumah, waktu sholat maghrib sudah habis dan adzan isya tengah berkumandang.
Rumahnya sepi seperti biasanya, hanya ada dua orang asisten rumah tangga dan satu orang satpam. Mbak Ijah, Mbak Een dan Pak Shobri.
"Mau makan malam, Non? Biar Mbak siapkan." tanya Mbak Ijah setelah Vania duduk di kursi ruang makan.
Vania menggeleng. "Nanti saja Mbak."
"Non, barang belanjaannya Mbak taruh di kamar aja ya." ujar Mbak Een sambil mengangkat buku-buku yang dibelinya tadi menuju kamarnya.
"Eh jangan Mbak! Tolong dibawa ke sini aja. Vania mau belajar."
"Baik Non." Mbak Een lalu menaruh belanjaan itu di atas meja makan yang kosong.
"Mbak Ijah dan Mbak Een, tahu caranya sholat?" tanya Vania malu-malu.
Mereka berdua mengangguk.
"Tau caranya membaca Al-Qur'an?" tanyanya lagi.
Mereka berdua kembali mengangguk meskipun agak kebingungan karena tidak biasanya majikan mereka itu bertanya masalah agama.
"Ehm, Mbak mau tidak mengajari Vania caranya sholat dan mengaji?" pintanya penuh harap.
Meskipun Vania bisa membaca buku penuntun sholat dan melihat video di youtube untuk dijadikan pedomannya tapi gadis itu merasa lebih yakin jika ada orang yang akan membenarkan gerakannya nanti.
Mbak Ijah dan Mbak Een saling memandang.
"Alhamdulillah. Kami pasti mau mengajarkannya Non." sahut Mbak Een penuh haru. Akhirnya hati majikannya itu tergerak memenuhi perintah Allah Swt.
"Bagaimana kalau sekarang Non ikut kami sholat isya berjamaah?" Mbak Ijah bertanya dengan penuh semangat.
"Ayo Mbak tapi Vania ngak punya mukena." Vania menunduk malu. Bagaimana bisa selama ini dia tidak memiliki satupun mukena sementara dia memiliki baju-baju yang begitu banyak.
"Nanti Mbak pinjamkan kalau Non mau memakai mukena punyanya Mbak." jawab Mbak Ijah.
"Pasti mau Mbak." Vania berseru senang.
"Ayo Non, kita berwudhu dulu." Mbak Ijah dan Mbak Een mengajak Vania ke tempat wudhu.
Rumah itu memiliki mushola kecil dan tempat berwudhu yang memang sengaja dirancang saat awal pembangunan. Sayangnya, sang pemilik rumah sangat jarang menggunakannya, hanya para asisten rumah tanggalah yang rajin menggunakannya.
Mbak Ijah dan Mbak Een dengan sabar mencontohkan cara berwudhu yang benar. Vania pun dengan semangat mempraktekkannya kembali. Gadis itu mengingat baik-baik, urutan anggota tubuh yang harus dibasuh.
Setelah selesai berwudhu, Mbak Ijah memberikan mukena bersih pada Vania. Shalat isya pertama Vania diimami oleh Pak Shobri. Surat Al-fathihah dan ayat-ayat pendek yang dibacakan Pak Shobri selama sholat terdengar merdu.
Selama sholat Vania tak henti mengikuti gerakan sholat Pak Shobri dan Mbak Ijah yang ada di sampingnya. Dia berusaha mengingat semua gerakannya.
Ternyata dalam satu rakaat dia harus satu kali rukuk dan dua kali sujud. Setiap dua rakaat dia harus duduk setelah sujud yang kedua (tasyahud awal) dan salam baru terdengar di rakaat keempat (setelah tasyahud akhir).
Gadis itu mengingat semua gerakan agar tidak salah jika dia sholat sendirian. Meskipun dia belum bisa membaca semua bacaan sholat, tapi kali ini dia sudah satu langkah lebih dekat dengan sang Pencipta.
Saat berdoa, Vania tak lupa meminta ampunan kepada Allah karena baru kali ini dia memenuhi perintah Allah. Gadis itu juga tak lupa meminta agar Rama bisa menerima perasaannya.
Selesai berdoa Mbak ijah kembali menjelaskan nama semua gerakan dan bacaan yang harus dibaca. Vania menyimak semuanya dengan sabar.
Vania tersadar bahwa selama ini dia telah banyak ketinggalan dalam hal agama. Dia harus mengejar ketertinggalannya dengan cepat.
"Assalammualaikum" ucap Pak Dirga di ambang pintu mushola.
"Waalaikumsalam." jawab mereka berempat.
Pak Shobri buru-buru bangkit dari duduknya dan meminta maaf karena tidak bisa membukakan pintu gerbang. Pak Dirga mengangguk maklum.
"Daddy." seru Vania berlari ke arah Pak Dirga.
"Wah sekarang Vania sudah rajin sholat." Pak Dirga tersenyum haru. Selama ini dia luput memberikan ilmu agama pada anaknya. Kesibukkan telah membuatnya lupa untuk mendidik anaknya.
"Ah belum Dad. Ini baru pertama kalinya Vania sholat. Itupun cuma baru ngikutin gerakan sholat aja tanpa bacaan." Vania memeluk lengan Pak Dirga sambil merebahkan kepalanya
"Daddy sudah sholat?" Vania mengangkat kepalanya.
"Belum. Ini daddy mau sholat." Pak Dirga tersenyum hangat. Dia pun baru sebulan terakhir kembali sholat lima waktu. Sebelumnya karena kesibukkan dia banyak melalaikan sholat. Tapi setelah bertemu dengan sahabatnya yang menjadi pimpinan pondok pesantren setahun lalu, dia kembali mencoba sholat lima waktu. Alhamdulillah sebulan terakhir, di tengah kesibukkannya dia bisa menjalankan sholat lima waktunya.
"Sehabis sholat, kita makan malam bersama ya Dad." pinta Vania penuh harap. Sebab jarang sekali ayahnya bisa berada di rumah.
"Iya. Kalau begitu Mbak Ijah, Mbak Een dan Pak Shobri sekalian ikut makan bersama kami." Pak Dirga selama di rumah selalu berusaha tidak menciptakan sekat di antara dirinya dan para pekerjanya.
"Baik Pak." sahut mereka bertiga.
Pak Dirga mengambil wudhu dan sholat sementara Vania dan asisten rumah tangganya menunggu di ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEARCH (COMPLETE)
Romance*PENCARIAN "Aku mengejar dia tapi aku mendapatkan kamu. Aku kehilangan dia tapi aku menemukan kamu." ~Vania~ "Tuhan punya cara unik menyatukan sepasang manusia dalam takdir. Begitupun dengan kami." ~Jo~ Cerita ini akan menceritakan tentang penca...