Luna memandang Shidqi dengan tatapan tak sukanya.Luna memperhatikan Shidqi dari ujung sepatu sampai ujung rambutnya.
Shidqi berjalan sambil menunduk menuju area tendanya ia memang merasa bersalah karna ia tak langsung kearae perkemahannya melainkan berjalan jalan terlebih dahulu dengan Lendra.
"Bagus yah yang lain lagi pasang tenda lah ini baru dateng, dari mana aja lo?."tanya Luna sinis sambil menyilangkan tangannya didada.
"Maaf ka tadi aku jalan jalan dulu."jawab Shidqi dengan kepala yang terus menunduk.
"Di bawah gak ada uang."Luna mengangkat wajah Shidqi kasar."Pasang tenda yang bener sekarang gue sama Shila mau seneng seneng dulu."ucapnya sambil tersenyum miring.
Dian nampak mengepalkan tangannya mencoba menahan amarahnya yang sudah memuncak.Bagaimana mungkin dia hanya tinggal diam melihat tingkah laku Luna, enak saja dia dan Shidqi harus memasangkan tenda.Sementara Luna dan Shila asyik berjalan jalan, dunia gak seenak itu kawan.
"Kenapa lo liat liat? gak suka gue perintah hah?."Luna memajukan kepalanya supaya sejajar dengan Dian yang tengah menatapnya dengan tatapan elangnya.
Sementara Shila hanya diam tak bergeming dan lebih memilih memainkan ponselnya.
"Kenapa diem? lo gak akan bisa ngebantah perintah gue.Inget gue ini SENIOR dan kalian itu JUNIOR."ujarnya sambil menekan kata senior dan junior.
Dian diam tak menjawab biarkanlah si mulut rombeng ini mau ngomong apa aja.Dan Shidqi juga lebih memilih diam, dia juga tau kalau Luna itu sangat tak suka padanya karna dulu ralat maksudnya sampai sekarang juga Luna masih menyukai Lendra.
"Yuk Shil, capek gue ngomong sama patung."Luna menarik lengan Shila, dan kemudian kedua cabe itu berlalu dari hadapan Dian dan Shidqi.
"Yaudah sih Di gak usah diambil pusing laksanain ajah."Shidqi tersenyum mencoba membaikan lagi mood Dian.
"Derita jadi junior."kata Dian sambil memulai memasangkan tendanya.
"Yang ikhlas dong Di jangan kaya gitu ngetok kayunya entar tangan lo yang ke ketok baru tau."ucap Shidqi mengingatkan karna dia melihat Dian yang sedang memukul kayu dengan wajah cemberutnya sekaligus tak ikhlas.
Awwww!!
Belum sempat Dian menjawab. Ketokan palu sukses mendarat di jari telunjuk Dian dan menyebabkna tangannya nyeri sekaligus memerah.
"Lo gak papa?."tanya Dafa tiba tiba. Dafa menggenggam erat telunjuk Dian dan meniup jari Dian yang tampak memerah.
"Masih sakit?."tanya Dafa khawatir.
Dian menggelengkan kepalanya."udah mendingan makasih Daf."
Dafa tersenyum simpul."lain kali hati hati ."ingat Dafa yang sukses membuat hati Dian menghangat.
"Gue balik dulu yah."pamit Dafa yang mendapat anggukan dari Dian dan Shidqi.
"Di lo pake blushon kaya nya tebel banget."
"Enggak orang gue enggak pake blushon."jawab Dian senaknya
"tapi ko pipi lo merah gitu ya."goda Shidqi
"enggak ko pipi gue enggak merah."jawab Dian sambil menagkup kedua pipinya.
"iya deh iya,udah deh lanjutin lagi kerjanya,nanti di omelin sama kaka SENIOR itu."ujar Shidqi menekankan kata senior.
Shidqi dan Dian sama sama tertawa.Dan akhirnya tenda pun berdiri dengan sangat kokoh nya.
*****
"Kepada semua ketua regu diharap berkumpul disumber suara."kata Pak Sahwi menggunakan pengeras suara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Best Couple
Fanfiction"Cara yang paling mudah untuk mengetahui apakah aku cocok dengan orang tersebut atau tidak adalah ketika aku merasa lupa waktu"Shidqia "Cinta butuh ruang untuk bisa hidup dan berkembang dan hal itu adalah PENGAKUAN, Yang pasti aku mulai bisa memikir...