Chapter 15

219 12 1
                                    

Hari ini adalah hari terakhir mereka di buper,sejak pagi mereka sudah membereskan barang-barang mereka,dan sekarang mereka sedang menunggu bus datang.

"Di lo kenapa sih dari tadi diem mulu" tanya Shidqi

"nggak kenapa-napa."ucap Dian lemah. Tidak seperti biasanya Dian seperti ini, biasanya dia yang suka paling semangat.

"Mulut lo emang bilang gak kenapa kenapa tapi mata lo ngucapin gue kenapa napa." kata Tiara.

"Buat apa lo punya sahabat kalo lo pendem sendirian." ujar Shidqi dengan pandangan sendu menatap sahabatnya.

Dian menghembuskan nafasnya pelan." Oke gue bakal cerita, tapi gak disini."

"Kita ke sana dulu yuk kayanya bus nya juga masih lama." saran Tiara menunjuk sebuah bangku yang berada tak jauh dari posisi mereka.

Mereka duduk berjejeran dengan Dian yang berada diposisi tengah.

"Sekarang lo cerita Di." Tiara dan Shidqi sama sama memasang wajah seriusnya.

"Dafa jadian sama ka Shila." ucap Dian lirih, matanya kembali memanas mengingat hal itu, dadanya kembali sesak, tapi dia harus kuat.

Shidqi dan Tiara sama sama mengerutkan keningnya, lah memang kalo Dafa jadian sama Shila emang nya kenapa? ada masalah.

"Gue suka sama Dafa." Dian menjawab seolah Dian mengerti apa yang sedang Shidqi dan Tiara pikirkan.

"Hah? lo suka sama dia. Ko lo diem aja sih Di, seharusnya lo itu cerita sama kita. Kalo lo cerita ini semua gak akan kejadian. " Tiara merasa emosi karna sahabatnya menutup nutupi perasaannya.

Dian kembali terisak.

Shidqi memeluk Dian mencoba memberikan kekuatan. " Lo yang sabar yah Di, kalo lo sama Dafa emang ditakdirin bersatu lo pasti akan mendapatkannya. " ucap Shidqi memberi semangat. Dia memang sudah punya pirasat kalo Dian mempunyai rasa terhadap Dafa.

Tiara menarik nafasnya kasar. " Maafin gue tadi gue marah marah soalnya gue gak suka kalo sahabat gue nutup nutupin sesuatu dari gue. " Tiara memeluk Dian.

"Lo gak boleh nangis lagi, buktiin kalo lo itu cewek yang kuat, gue yakin lo pasti bisa dapetin yang lebih dari Dafa. " ucap Tiara menyemangati juga.

Dian tersenyum. " makasih kalian selalu ada buat gue."

"Itu gunanya sahabat, yaudah kita kesana yuk kayanya busnya uda datang." Shidqi menunjuk bus yang sudah terparkir.

Disepanjang perjalanan Dian memilih duduk didekat jendela, Dian lebih memilih tidur, mungkin karna disebrangnya ada Dafa.

Shidqi menatap Dian yang mulai terlelap, lalu menatap Dafa yang tengah asyik dengan ponselnya. Shidqi mengangkat kedua bahunya pertanda tak peduli. Ia sedikit kesal, karna Dafa telah membuat sahabatnya menangis.

"Qi?" panggil Lendra tiba tiba menepuk pundak Shidqi yang tengah bengong.

"Hah? kenapa kak?" tanya Shidqi agak gugup, karna terkejut.

"Ada kantung kresek?" tanya nya.

"Buat apaan ka.?" Shidqi mengerutkan keningnya.

"Kakak sedikit pusing nih." Lendra memijit kepalanya.

Shidqi yang menyadari wajah Lendra yang sudah memucat, sontak langsung mengambil kantung kresek di dalam tasnya.

"Ini ka." Shidqi memberikan kantung kresek kepada Lendra, yang langsung diambil dengan cepat oleh Lendra, membukanya dan..

Howekkkkkkk

Howwkkkkk

"Ka kakak gak kenapa napa kan." tanya Shidqi khawatir sambil memijit mijit pundak Lendra.

Best CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang