CHAPTER - 21

7.7K 497 28
                                    

Sejak pertemuannya dengan Arabelle kemarin, ia merasa tidak tenang. Arabelle tidak menghubunginya dari semalam sampai pagi ini. Alexander ingin menghubungi Laura untuk menanyai kabar Arabelle, tapi ia merasa aneh. Ingin pergi ke apartemen Kaneysa, tapi sangat tidak mungkin. Pernikahannya dengan Roseline sebentar lagi akan dilaksanakan.

"Hei, ini adalah hari pernikahan kamu, Alexander. Kenapa kamu terlihat seperti orang yang terjebak dalam pernikahan?" Patrick merangkul Alexander dan menenangkan adiknya.

"Kak, Arabelle belum menghubungiku sejak kemarin. Apa yang kakak lakukan, saat kakak berjauhan dengan Asher tetapi Asher belum memberikan kabar sama sekali?" Tanya Alexander.

"Tentu saja menemuinya,"

Alexander menghela nafasnya, "Aku akan pergi ke apartemen Kaneysa dan kembali untuk melanjutkan pernikahanku dengan Roseline, tolong ulur sedikit waktu jika aku terlambat." Alex bergegas untuk meninggalkan gedung pernikahannya dengan Roseline, tetapi Patrick tidak membiarkan adiknya pergi.

"Jangan bodoh, Alex. Arabelle bisa menunggu kamu. Mama dan Papa sangat senang karena akhirnya kamu memutuskan untuk menikah, jangan kecewakan Mama dan Papa yang sudah membesarkan kamu." Ujar Patrick, ia menahan Alex dan menuntun adiknya untuk duduk kembali

Alexander mendesah kesal, "Arabelle adalah anakku, Kak."

"Roseline hamil anakmu, bukan? Kamu akan segera memiliki anak dengan Roseline."

Alexander menyipitkan matanya, "Apa maksudnya kakak? Aku tidak pernah menyentuh Roseline, bagaimana bisa dia hamil anakku sekarang,"

Patrick menghela nafasnya, "Alexander. Kamu begitu yakin jika Arabelle adalah anak kamu?"

"Tentu saja, karena aku yang menghamili wanita itu." Ucap Alexander percaya diri, "Arabelle adalah putriku, aku tidak pernah meragukannya." Alexander berjalan mendekati jendela yang berada di ruangannya. Ia menunggu acara pernikahannya dengan Roseline dua puluh menit lagi yang akan berlangsung ditemani Patrick.

"Apa sudah memberitahu Mama dan Papa?"

"Memberitahu kami tentang apa, Patrick?" Fransisco dan Dianne Dè Marco masuk kedalam ruangan Alexander. "Apa yang sedang kalian bicarakan tentang apa?"

Alexander masih menatap pemandangan dari jendela, ia masih belum berniat untuk memberitahu orangtuanya tentang Arabelle. Ia ingin memberitahu saat ia datang bersama Arabelle ke hadapan mereka berdua. "Aku akan memberitahu kalian, nanti."

"Alex, Tony mencari kamu. Kamu sudah bertemu dengannya?" Alexander menggelengkan kepalanya, sebelum Patrick datang, ia hanya sendiri di ruangan ini. "Tony tidak datang kesini. Apa yang dia lakukan mencariku di hari pernikahanku? Aku tidak akan membiarkan dia mengganggu pernikahanku hanya karena pekerjaan."

"Dia hanya bilang ada hal yang penting dan aku menyuruh Antony menemuimu disini."

"Orang itu, tidak jelas sekali." Kesal Alexander. Ia lupa jika Antony terkadang membuatnya kesal karena sikapnya yang tidak jelas.

Brak

Pintu ruangan Alexander terbuka dengan keras. Antony yang membuka pintu itu, ia membuat Alexander dan keluarganya terkejut. Antony, wajahnya sudah babak belur dan menghampiri Alexander. "Pak,"

Alexander memegang bahu Antony, "Antony, apa yang terjadi?"

"Pak. Nona Arabelle," Antony berkata terputus-putus karena manahan rasa sakit.

Fransisco dan Dianne menatap Antony dan Alexander, "Arabelle, siapa?" Tanya Dianne

"Apa yang terjadi dengan Arabelle, Antony?"

"Nona Arabelle kritis. Seseorang meracuninya."

...

"Kaneysa." Alexander bersama Tony menghampiri Kaneysa dan Laura, mereka duduk di depan ruang Gawat Darurat. "Gimana Arabelle?"

"Pernikahan kamu sudah selesai, Alex?" Kaneysa terkejut melihat Alexander berada di hadapannya sekarang. Pria itu masih terlihat rapih dengan tuksedo berwarna putih, apa Alexander tahu jika dia sangat menawan?

"Apa Arabelle baik-baik saja? Aku sangat khawatir,"

"Kamu sudah resmi menjadi suaminya Roseline, kan?"

"Jawab aku!" Alexander menatap Kaneysa marah, "Pernikahanku tidak penting, Kaneysa. Arabelle yang lebih penting."

"Kamu sudah menikah, kan? Kamu harus menikah dengan Roseline!"

"Kaneysa, berhenti bersikap tidak masuk akal seperti ini. Pernikahanku dengan Roseline tidak penting, aku membatalkan pernikahannya. Arabelle lebih penting untuk. Answer me, is she fine?" Kaneysa menggelengkan kepalanya.

"She's dying, Alexander. Kamu harus menikah dengan Roseline, maka Arabelle akan baik-baik saja."

"Tidak ada hubungannya Arabelle dengan pernikahan aku."

"Please, Alex. Just this time, listen to me."

"Aku tidak akan mendengarkan kamu karena kamu tidak masuk akal. Pernikahanku dan Roseline tidak ada hubungannya dengan Arabelle." Ujar Alexander, ia beralih menatap Laura dan bertanya, "Laura, kamu tahu siapa yang meracuni Arabelle?"

"Caroline. Dia yang meracuni Nona Arabelle." Jawab Laura cepat.

"Caroline.."

Laura menatap Antony tajam, ia menahan amarahnya untuk tidak meledak saat ini juga, "Kamu tahu tentang Caroline 'kan, Antony? Dia adalah teman dekat Victoria, kamu pasti sudah tahu tentang ini semua, karena kamu merencakan semuanya bersama Roseline dan Victoria." Ujar Laura dengan menuduh Antony yang berada di belakang Alexander.

"Laura, apa yang kamu katakan? Kamu menuduhnya tanpa bukti, tutup mulut kamu." Kaneysa menahan Laura yang hendak mendekati Antony, "Laura.."

Laura berbalik dan menatap Kaneysa, "Tapi itu benar. Saya tahu Caroline dekat dengan Victoria, mereka sangat dekat. Victoria adalah sepupunya Antony. Antony pasti tahu tentang semua ini dan juga tentang kematian Nona Aurelia. Mereka bertanggung jawab atas ini semua!"

"Laura, please."

Alexander menatap Antony marah. Ia menatap Antony setajam pisau yang akan membunuhnya saat itu juga, "Jelaskan semuanya, Antony." Kata Alexander dengan tajam.

...

Reach Everything Possible | #GHERALDSERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang