CHAPTER - 06

12.5K 633 21
                                    

Kaneysa bersama Sania datang ke Perusahaan Marco & Co. Hari ini mereka memiliki jadwal meeting lebih lanjut setelah keduanya menyetujui syarat-syarat yang ada di kontrak. Ia dan sekretarisnya berada di dalam lift dan menuju kantor Alexander yang berada di lantai tujuh puluh dua.

Marco & Co. Memang memiliki gedung yang sangat tinggi dan luas. Bangunan yang bergaya modern bisa membuat Kaneysa takjub melihatnya bahkan dari luar.

"Sania, kamu bisa tunggu disini bersama sekretaris Pak Alexander."

"Baik, Bu."

Kaneysa memasuki kantor Alexander begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, membuat Alexander yang sedang bekerja menyipitkan matanya saat Kaneysa masuk dengan lancang.

Alexander melepas kacamatanya dan menatap Kaneysa yang sudah duduk berhadapan, "Apa kamu tidak bisa mengetuk pintu sebelum masuk?" Tanya Alexander. Kaneysa menghela nafas dan mengangkat bahuku, "Bisa."

"Kamu selalu datang lebih cepat dari jadwal meeting, apa kamu tidak memiliki pekerjaan? As i know you're Chief Executive, tapi kamu selalu terlihat santai."

"Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku sebelum datang ke kantor kamu, Alexander. As you know, aku adalah Chief Executive dan kamu adalah Chairman, sangat jelas pekerjaan kamu lebih banyak dari aku. That's why, kamu menganggap aku sangat santai."

"Aku tidak suka di ganggu saat aku sedang bekerja, Gherald. Kamu bisa menunggu diluar atau di ruang meeting milikku sampai jadwal meeting nanti. Sekarang keluar dari kantorku,"

Kaneysa mendengus kesal, "Kamu mengusir aku?"

Satu hal yang baru Alexander sadari. Kaneysa memotong rambutnya sampai sebahu dan membuat wanita terlihat sangat menggoda. Payudara wanita itu yang selalu tertutup rambut panjangnya, sekarang terlihat jelas. Leher yang terlihat sangat halus membuat Alexander ingin— stop there Alexander. You won't do that! Not with her.

Alexander berdiri dan mendekati Kaneysa, "Ya, aku mengusir kamu. Keluar," Keluar sebelum aku sangat menginginkan kamu, bodoh.

Kaneysa berdiri dan menatap Alexander, sesekali ia memperhatikan dada Alexander yang kemarin malam ia sentuh. Dada itu, Kaneysa ingin menyentuhnya lagi. "Apa kamu menyukai dada aku sekarang?" Tanya Alexander. Tangan kanan Kaneysa sudah menyentuh dadanya.

Kaneysa gelagapan saat tahu ternyata ia menyentuh dada pria itu. Yang ia tahu, ia hanya mengatakan ingin menyentuhnya, bukan menyentuhnya sekarang. Astaga, memalukan.

Alexander melingkari tangannya di perut wanita itu dan menariknya, "Just kiss me now," Alexander mencari bibir Kaneysa dan melumatnya, begitupula dengan Kaneysa.

Wanita itu yang awalnya hanya meraba dada Alexander, sekarang ia membuka kancing kemeja satu persatu. "You want it?" Kaneysa mengangguk untuk menjawab pertanyaan Alexander.

Setelah Kaneysa membuka kemeja pria itu, kini Alexander yang menaikkan rok Kaneysa dan menurunkan celana dalamnya, "You better quiet, Gherald. Aku tidak ingin sekretaris kamu mengetahui apa yang kita lakukan sekarang," Kaneysa mengangguk. Ia mengecup bibir Alexander sebelum pria itu membalikkan badannya.

Kaneysa menggunakan kedua tangannya bertumpu pada meja kerja Alex, saat pria itu memasukinya dari belakang.

"Ah, Please."

Alexander menarik rambut Kaneysa, ia membisikkan, "Call me."

Kaneysa dengan mudah menuruti perintah Alexander "Please, Alex."

...

"Semua pekerja kamu yang akan mengerjakan proyek ini? Apa kamu pikir pekerja aku itu kompeten untuk proyek ini?"

"Tidak. Aku mempekerjakan pekerjaku lebih banyak agar cepat selesai, Kaneysa. Para pekerjaku sudah sangat ahli dalam proyek seperti ini,"

"Pekerja aku juga! Astaga, sekali saja kamu tidak membuat aku kesal, bisa? Kamu selalu seenaknya membuat keputusan,"

"Ini keputusan terbaik untuk proyek pembangunan pusat perbelanjaan kita, Kaneysa. Aku mempekerjakan orang yang sangat ahli dan kompeten, mereka sangat mengetahui apa yang harus di kerjakan,"

"Alexander, aku tidak menerima keputusan kamu. Pekerja yang bekerja untuk membangun gedung akan sama dari kedua belah pihak. Dari aku dan kamu,"

Alexander menatap Kaneysa tajam, wanita keras kepala, "Bukankah perusahaan kamu akan lebih untung jika menggunakan sedikit pekerja?"

"Kamu meremehkan perusahaan aku? Kamu sangat tidak masuk akal dan egois."

Alexander menjawab Kaneysa dengan tenang, "Aku melakukan ini agar proyek pembangunan pusat perbelanjaan tidak memakan waktu yang sangat lama, setidaknya satu tahun cukup."

"Aku tidak mau bekerjasama dengan orang egois seperti kamu, Alexander." Kaneysa sangat kesal sampai ingin memukul Alexander, jika saja ia tidak memiliki sopan santun.

Ia mengangguk mendengar kalimat Kaneysa, "Fine. Kedepannya kamu bertemu dengan Chief Executive-ku, Damian. Aku akan menyerahkan proyek ini pada Damian dan kita tidak usah bertemu lagi."

"Alexander!"

"Kamu memuakkan, Gherald."

...

Reach Everything Possible | #GHERALDSERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang