CHAPTER - 24

8K 594 46
                                    

"Papa sangat yakin, kamu akan segera bangun." Ujar Alexander memeluk Arabelle yang duduk bersandar sembari sarapan bersama Laura, "Kamu adalah anak yang kuat, kamu tidak akan kalah hanya dengan racun itu, bukan?" Alex terlihat sangat senang karena Arabelle sudah siuman dan terlihat sedikit lebih sehat dari sebelumnya.

Arabelle mengangguk semangat. "Ya! Aku tidak akan kalah dengan racun itu. Karena aku kuat, karena Papa dan Mama menyayangi aku!" Alexander memeluk Arabelle erat. Ia sangat senang saat melihat Arabelle yang bersemangat dan ceria lagi. Karena kemarin.. ia sangat putus asa dengan keadaan Arabelle yang kritis karena racun. "Papa sangat beruntung memiliki anak sekuat kamu." Alexander mengelus kepala Arabelle.

"Papa dari mana?" Tanya Arabelle, karena pria itu baru saja datang dengan membawa satu kantung plastik.

"Papa habis membelikan sarapan untuk Mama, dia akan kelaparan saat bangun nanti," Alexander menaruh bungkus bubur ayam yang ia belikan untuk Kaneysa.

Pintu ruang rawat Arabelle terbuka oleh Antony yang membawa berkas dan dokumen yang harus dikerjakan oleh Alexander hari ini juga. "Pak. Berkasnya saya taruh di mana?" Tanya Antony yang membawa kertas-kertas itu di kedua tangannya.

"Pa, apa yang Papa lakukan sampai membuat Mama jadi seperti itu," Arabelle menunjuk Kaneysa yang masih tertidur di tempat tidur yang berantakan dan selimut yang menutupi Kaneysa sampai leher.

Alexander menatap Kaneysa, lalu menatap tajam Antony yang menatap Kaneysa juga. "Keluar dari sini, Antony." Antony merasakan aura yang menyeramkan dari Alexander. "Sekarang."

"Ta-tapi, Pak." Alexander mendorong Antony keluar dan menutup pintunya rapat-rapat. "Habiskan sarapan kamu, Arabelle."

Alexander menghampiri Kaneysa dan membangunkannya. "Hey, sudah pagi. Ayo bangun," ia menepuk sesekali lengan Kaneysa, "Arabelle juga sudah bangun, dia sedang sarapan sekarang."

"Arabelle!" Kaneysa membuka matanya dan menatap Alexander, "Aku akan memeluk Arabelle, sekarang juga." Sebelum Kaneysa berdiri, Alexander menahan Kaneysa dan menyelimuti wanita itu. "Kamu tidak memakai apapun. Apa yang akan dikatakan Arabelle dan Laura saat melihat kamu telanjang, Kaneysa?"

Kaneysa memukul bahu Alexander, "Ini salah kamu!" Ia melilitkan selimut dan berjalan ke kamar mandi, "Aku akan membawa handuk dan baju kamu ke kamar mandi,"

"Tidak usah!"

Setelah selesai sarapan, Laura membantu Kaneysa untuk berpakaian. Saat ini, Alexander yang menemani Arabelle, "Hei, ceritakan pada Papa. Apa yang kamu rasakan saat tidur kemarin?"

"Aku bertemu Aurelia! Aku bermain dengan Aurelia, Pa. Dia sangat cantik dan sangat mirip dengan Mama. Aurelia memiliki mata biru dan rambut emas seperti Mama, aku sangat menginginkannya. Aurelia benar-benar sangat cantik."

Alexander mengelus rambut Arabelle, "Kamu tidak suka dengan warna mata dan rambut sepertiku?"

"Suka! Sangat suka. Tapi Mama sangat cantik, Pa. Begitu juga dengan Aurelia."

"Kalian bertiga sangat cantik. Bagaimana dengan Candy, kamu sedih?"

Arabelle mengangguk, "Tapi aku tidak menangis. Kata Laura, kalau aku menangis, nanti Candy juga akan nangis. Aku tidak mau Candy menangis sendirian. Jadi, aku akan selalu bahagia agar Candy juga bahagia."

"Kalau kamu ingin memiliki kucing lagi, Papa akan membelikannya untuk kamu."

"Setelah aku keluar dari rumah sakit, ayo kita beli Pa!"

...

"Kamu benar-benar akan pulang sekarang?" Kaneysa menatap Derion. "Ya. Aku akan kembali ke Boston. Kamu mau ikut?"

"Aku sudah mengambil kembali posisi Chief Executive di perusahaan, aku tidak bisa menetap di Boston bersama kamu." Ujar Kaneysa, "Setelah Arabelle sehat kembali, aku akan mengunjungi kamu." Kaneysa mendekati Derion dan memeluknya. "Aku akan merindukan kamu, tahu."

Derion memeluk Kaneysa erat, "Aku sudah merindukan kamu." Derion melihat seseorang berdiri tidak jauh darinya dan Kaneysa. "Aku akan mencium kamu, Kaneysa."

"Apa? Tidak. Aku tidak mau dicium kamu, bodoh." Kaneysa melepaskan pelukannya dan mendengus kesal. "Sana pergi."

"Aku akan mencium pipi kamu,"

"Tidak mau. Di pipi, dahi, atau bibir aku tidak mau dicium kamu Derion," Derion mendekatkan wajahnya ke wajah Kaneysa, "Sebelum mencium kamu, sepertinya Alexander akan memukul aku,"

"Jauhkan wajahmu dari Kaneysa," Alexander berdiri di belakang Kaneysa, "Pergilah," Pria itu menarik Kaneysa dan melingkarkan tangannya di perut.

Derion menyeringai, "Beritahu Arabelle untuk sering meneleponku. Aku pergi sekarang,"

"Ya. Hati-hati, Derion!"

Alexander menghalangi Kaneysa untuk melihat Derion dan mencium bibir Kaneysa, "Aku tidak akan membiarkan pria lain mencium kamu," Kaneysa mendorong Alexander menjauh, "Kalau begitu, aku yang akan mencium mereka," Ia pergi dari hadapan Alexander dan masuk kembali kedalam Rumah Sakit.

...

Reach Everything Possible | #GHERALDSERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang