CHAPTER - 16

8.6K 544 12
                                    

"Sepertinya kamu yang tidak ingin mencari tahu tentang Roseline dan Kaneysa." Alex menatap Tony yang berdiri di hadapannya, "Petunjuk mereka bukankah sangat mudah untuk kamu? Kamu melindungi siapa, Tony?" Tuding Alexander.

"Saya tidak melindungi siapapun. Saya berada di pihak Pak Alex. Saya hanya mendapatkan informasi, tiga tahun yang lalu Bu Roseline pergi ke Boston dan menemui Bu Kaneysa. Saya memaksa Victoria untuk mengatakan semuanya, tapi dia tidak mau mengatakan apapun."

"Victoria, ya." Ucap Alex, "Sepupu kamu, bukan?"

"Ya, Pak. Victoria adalah sepupu saya," jawab Tony. Alexander menatap Tony dingin, "Kamu yang menyuruh dia untuk menjadi tangan kanan Roseline, bukan?"

"Iya, Pak. Karena saya tahu Pak Alex dan Bu Roseline akan menikah, saya berinisiatif untuk mempekerjakan Victoria pada Bu Roseline."

"Inisiatif. Ya, inisiatif kamu sangat bagus. Tapi apa sekarang inisiatif kamu bisa membantu disaat seperti ini, Tony? Victoria akan terus menutup mulut sampai Roseline sendiri yang membuka mulutnya." Alexander melepas kacamata bacanya. Ia bersandar dan menghela nafas. "Kamu awasi Roseline dan Victoria. Jangan biarkan mereka mendekati Kaneysa dan Arabelle."

"Pak Alex.. mengkhawatirkan Bu Kaneysa dan Nona Arabelle?"

"Tentu saja aku mengkhawatirkan putriku, Tony." Alexander menatap Tony malas, "Roseline dan Arabelle tidak memiliki kepentingan untuk bertemu satu sama lain."

"Bu Roseline adalah calon istri Anda, Pak. Dan juga calon Ibu tiri Nona Arabelle,"

"Aku tidak akan membiarkan Arabelle memiliki Ibu selain Kaneysa, Tony. Ya, aku dan Roseline akan menikah, but it's doesn't mean Roseline can be her mother. Just Kaneysa, Tony. Roseline tidak akan pernah menjadi Ibu Arabelle, Ibu tiri sekalipun."

...

Arabelle menatap wajah Alexander di ponsel milik Kaneysa. Sudah hampir seminggu Alexander tidak datang ke apartemen Kaneysa, tentu saja Arabelle merindukan Alexander. Dan baru hari ini Arabelle bisa menghubungi Papanya. "Papa, where are you? I miss you!" Arabelle terlihat sedih. Kaneysa mengelus rambut Arabelle, karena putrinya terlihat akan menangis.

"Hey, cupcake. I Miss you too." Alexander menatap wajah Arabelle yang memenuhi layar ponselnya, "Papa sedang bekerja dan akan segera pulang. Papa sedang berada di Italia, kamu menginginkan apa?"

"Aku ingin Papa cepat pulang," Arabelle akhirnya menangis. Kaneysa tertawa melihat Arabelle yang menangisi Alexander bersama Candy di pelukannya.

"Papa akan pulang sekarang. Don't cry, baby."

"Pak, Bapak memiliki jadwal meeting malam ini jam tujuh," Tony menahan Alexander yang akan pergi dari Roma. Lagi-lagi, Alexander kabur dari meetingnya karena Arabelle.

"Tony, Anakku menginginkan aku dan aku akan pulang, sekarang." Jawab Alex pada Tony. "Tapi, Pak—" Tony mencegah Alex, ia tidak bisa membiarkan Bos-nya pergi setelah perjalanan jauh dari Indonesia ke Italia dan pulang tanpa melakukan apapun disini.

"Kalau kamu ingin mewakilkan, silahkan. Aku akan pulang." Jawab Alexander tegas. Ia tidak memperdulikan apapun selain Arabelle—putrinya.

"Alex, don't be ridiculous. Stay there, We can— i mean Arabelle can wait for you."

"Aku mau Papa sekarang, Ma. Aku mau ketemu Papa." Arabelle menangis kembali dan membuat Alexander pergi dari Italia secepatnya.

...

"Papa!" Arabelle berlari dan memeluk Alexander yang baru saja sampai apartemen Kaneysa. "Aku merindukan Papa," Alexander mengangkat Arabelle. Satu minggu tidak bertemu, Arabelle semakin menggemaskan bagi Alex. "Candy juga kangen sama Papa,"

Alexander menyipitkan matanya. Ia yakin, tidak mengenal siapa Candy yang di sebut oleh Arabelle, "Candy?"

"Kucing aku, Pa." Arabelle menunjuk kamarnya, meminta Alex untuk pergi ke kamarnya, "Sekarang aku tidak mau tidur sama Mama dan Laura. Aku selalu tidur sama Candy," Alexander ingat, dia meminta Tony dan Laura untuk membelikan Kucing saat Arabelle memintanya, tapi ia tidak melihatnya saat mereka kembali, Laura membawanya ke dokter hewan dengan perintah dari Kaneysa.

Alexander menatap Candy yang tidur di posh pooch pink. Kucing itu dipakaikan dua jepitan dekat telinga sebelah kirinya, "Kenapa Candy memakai jepitan kamu?"

"Lucu, Pa. Aku dan Candy berbagi jepitan dan semuanya. Aku akan memberikan semuanya untuk Candy," Arabelle mengalungkan tangannya di leher Alexander.

"Tidak boleh. Barang milik kamu, akan tetap menjadi barang kamu. Nanti Papa dan kamu akan  membeli barang untuk Candy, mengerti?"

"Mengerti!" Arabelle minta untuk di turunkan, kemudian ia duduk di tempat tidurnya, "Papa akan menemani aku tidur?" Alexander mengangguk, "Ya, tentu saja." Setelah Arabelle tidur, Alexander memutuskan untuk pulang. Ia datang sendirian karena Tony terpaksa menetap di Italia beberapa hari, karena Alexander tidak bisa membiarkan putrinya menangis.

Saat keluar dari kamar Arabelle, pria itu mendengar obrolan Kaneysa dengan seorang pria. Mereka duduk di ruang tamu. Alexander menyipitkan matanya saat melihat pria yang berbicara dengan Kaneysa, ia belum belum pernah melihat pria itu.

"Kaneysa," panggil Alexander. Ia memperhatikan kedua orang itu yang hampir berpelukan sebelum Alex memanggil Kaneysa, "Arabelle meminta kamu untuk ke kamarmu."

...

Reach Everything Possible | #GHERALDSERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang