Alexander bangun dari tidurnya dan tidak menemukan Kaneysa. Ia memutuskan untuk mandi sebelum keluar menemui Kaneysa, lagipula ini sudah lumayan siang.
Setelah selesai membersihkan tubuh, Alexander mencari Kaneysa dan Arabelle. Ia menemukan mereka bersama Laura di dapur. Ia mendekati Kaneysa yang sedang berbicara dengan Laura.
"Bu, semalam saya lupa tidak membuatkan susu hamil untuk Bu Kaneysa. Saya bingung, karena Ibu langsung berdiam di kamar bersama Pak Alexander begitu pulang. Saya ingin mengingatkan, tapi Anda terlihat sangat lelah,"
"Tidak apa-apa, Laura. Hanya tadi malam aku melewatkan minum susu. Bayiku tidak akan kenapa-kenapa."
"Kamu hamil?"
"..."
Kaneysa dan Laura menutup mulutnya. Ia tidak tahu jika Alexander berada di belakang mereka dan mendengar percakapan mereka. "Kaneysa, kamu hamil?"
Kaneysa menyipitkan matanya dan mendongak untuk menatap Alexander, "Kamu bicara apa, Alexander? Aku tidak hamil,"
"Kaneysa." Alexander menatap Kaneysa serius, suaranya terdengar sangat tegas. "Laura, tinggalkan aku dan Kaneysa." Perintah Alexander.
"Tetap disini, Laura." Kaneysa menahan Laura dengan memegang tangannya, "Pergi, sekarang."
Laura melepaskan tangan Kaneysa, "Saya harus menemani Nona Arabelle." Laura meninggalkan Kaneysa dan Alexander berdua.
"Kenapa kamu menyembunyikannya?" Alexander duduk berhadapan dengan Kaneysa, "Katakan semuanya padaku, Kaneysa." Alexander menatap Kaneysa.
Ia memalingkan wajahnya karena tidak mau bertatapan dengan Alexander. "Tidak ada yang harus aku katakan, Alexander. Aku tidak hamil,"
"Laura lupa memberikan susu hamil untuk kamu semalam. Aku dengar semua, Kaneysa. Katakan semuanya, sekarang." Kaneysa menatap Alexander kesal. "Aku bilang aku tidak hamil."
"Kamu merindukan aku, karena itu kamu selalu memakai jas aku saat tidur. Kamu tidak bisa tidur jika tidak ada aku. Kamu selalu demam setiap malam karena aku. Karena kamu sedang mengandung anakku, that's why you wants me."
"Kata-kata bodoh dari mana itu? Aku tidak pernah merindukan kamu." Bantah Kaneysa.
"Arabelle yang mengatakannya padaku. Beberapa hari terakhir kamu selalu menangis dan mengatakan merindukan aku. Kamu demam dan menginginkan aku. Ya, aku juga sama. Aku menginginkan kamu, aku merindukan kamu. Tapi aku memiliki pekerjaan disini, aku selalu menyelesaikannya lebih cepat agar aku bisa cepat pulang dan menemui kamu dan Arabelle."
"Alex, berhenti."
"Aku setiap malam menelepon untuk mendengar suara kamu, tapi kamu menolak semuanya. Aku ingin melihat wajah kamu, tapi kamu selalu menghindar."
"Alex—" Alexander menarik Kaneysa dan memeluknya. "Aku merindukan kamu,"
"..."
"Sangat merindukan kamu. Tapi kamu selalu mengabaikan aku," Kaneysa membalas pelukan Alexander dan menyandarkan kepalanya di dada bidang pria itu. "Kamu hamil, 'kan?"
"Iya. Aku hamil. Aku membutuhkan kamu, selalu." Alexander merasa lega, akhirnya Kaneysa membuka suaranya dan mengatakan yang sebenarnya.
"Aku tidak tahu, kenapa kehamilan aku kali ini sangat membuat aku sulit. Aku merindukan kamu, tapi aku tidak bisa menemui kamu. Aku tidak berani mengangkat telepon kamu, karena akan membuat aku semakin merindukan kamu dan membuat aku tidak bisa tidur. Jas kamu, sangat membantu aku walaupun sedikit." Ucap Kaneysa. Ia sangat sadar apa yang ia katakan, ia mengakui semuanya pada Alexander.
Malam saat ia berbicara dengan Alexander melalui Video Call, malam itu juga ia tidak bisa tidur dan demam tinggi. Ia menginginkan Alexander, tapi ia tidak bisa. Alexander berada di luar negeri, tidak mungkin ia meminta Alex untuk pulang malam itu juga.
"Tinggallah disini lebih lama. Setidaknya sampai aku meresmikan perusahaan cabang, kita akan pulang ke Indonesia." Kaneysa mengangguk, ia masih memeluk Alexander. Pelukan pria itu sangat nyaman dan hangat, membuat ia enggan melepaskannya.
...
"Arabelle tahu kamu sedang hamil?" Tanya Alexander. Setelah makan malam tadi, ia dan Kaneysa langsung pergi dan mengurung di kamar.
Kaneysa mengangguk, "Ya, dia sangat antusias dan menunggu adiknya lahir. Ia berkata akan mengajaknya bermain,"
Alexander duduk di kursi kerja, ia mengerjakan pekerjaannya sebanyak mungkin hari ini agar pekerjaannya cepat selesai dan ia bisa menghabiskan waktu bersama Kaneysa dan Arabelle, "Kemarilah." Pinta Alexander. Kaneysa mendekatinya dan duduk di pangkuan pria itu, "Aku akan memerintahkan kamu untuk menikah denganku, kamu tidak akan bisa menolaknya. Aku akan menikahi kamu, minggu depan."
Kaneysa tertawa, "Aku tidak akan membiarkan kamu menikahi aku semudah itu, Alexander. Aku tidak mau menikah dengan kamu, berusahalah lebih keras."
Alexander menatap Kaneysa tajam, "Aku tidak meminta izin, Kaneysa. Aku tidak peduli kamu mau atau tidak, aku akan tetap menikahi kamu. Aku tidak akan membiarkan kamu melewati kehamilan kali ini sendirian, aku akan menemani kamu." Ia mengecup bibir Kaneysa.
"Kenapa kamu sangat ingin menikahi aku? Aku tidak mencintai kamu, begitu juga sebaliknya."
"Aku tidak membutuhkan cinta untuk bertanggung jawab, atau mungkin, aku memang sudah jatuh cinta kepada kamu,"
"Tidak masuk akal. Aku dan kamu hampir tidak pernah memiliki kesempatan untuk berkencan, bagaimana mungkin kamu mencintai aku."
"Karena kamu melahirkan anak-anakku, itu sudah cukup. Aku hanya ingin kamu, sampai seterusnya. Hanya kamu yang akan melahirkan anak untukku."
"Kalau aku tidak mau?"
"Aku akan menghamili kamu, lagi. Is not that hard, karena kamu juga menyukai aku." Kaneysa mendengus sebal, "Ini sudah malam, aku akan tidur."
"Hey, kenapa?"
"Tidak apa-apa."
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Reach Everything Possible | #GHERALDSERIES
Romansa𝗡𝗲𝘄 𝗩𝗲𝗿𝘀𝗶𝗼𝗻 Kaneysa harus terjebak dengan Alexander Dè Marco dalam project perusahaan. Ia melarikan diri karena tidak tahan dengan sikap Alexander yang selalu membuatnya kesal. Tapi, Ia juga melarikan diri dengan membawa anak Alexander D...