CHAPTER - 25

8.7K 626 65
                                    

Enam bulan kemudian, Arabelle sudah sehat seperti biasa. Ia terus mengikuti Kaneysa kemanapun ia pergi, bahkan saat Ibunya bekerja. Arabelle merasa lebih aman saat bersama Kaneysa, ia ingin terus berada di samping Kaneysa dan memeluknya.

Seperti siang ini. Arabelle sibuk berbicara dengan Derion melalui ponsel Kaneysa, hampir setengah jam ia berbicara Derion dan masih terus mengatakan semua yang ingin dia katakan. "Arabelle, Derion pasti sibuk. Sudahi teleponnya, kamu bisa menelepon Derion besok lagi," ucap Kaneysa. Ia juga sedikit terganggu dengan suara Arabelle yang sangat keras, ia jadi tidak fokus mengerjakan pekerjaannya.

Arabelle menghampiri Kaneysa dan mengembalikan ponsel yang ia pinjam tadi, "Papa akan kesini, Ma?" Tanya Arabelle. "Ya. Mungkin sebentar lagi," Kaneysa merapikan kertas-kertas yang berantakan di mejanya.

Karena makan siang sebentar lagi, ia meminta Laura untuk merapikan mainan Arabelle yang tergeletak di lantai kantornya. Setelah selesai membereskan kertas dan mematikan laptopnya, Kaneysa menghubungi sekretarisnya, "Selain Alexender Dè Marco, jangan beri izin siapapun untuk menemui aku, Sania. Sampai makan siang selesai," ujar Kaneysa, ia berlalu untuk ke kamar mandi.

Kaneysa berdiri di depan cermin wastafel dan membasuh wajahnya, "Alexander, sialan." Umpat Kaneysa, "Kamu menghamili aku lagi. Aku tidak mungkin menghindari Alexander seperti saat aku hamil Arabelle dan Aurelia. Ia pasti akan dengan mudah menemukan aku dan Arabelle."

Kemarin, Kaneysa baru saja ke dokter kandungan karena merasa hal yang tidak enak pada dirinya terutama bagian perut. Ia juga pergi ke dokter penyakit dalam dan di minta untuk periksa ke dokter kandungan, ternyata ia hamil. Usia kandungannya sudah sembilan minggu, ia mengingat lagi kapan Alexander tidak menggunakan pengaman.. tapi ia tidak ingat.

Kaneysa mengambil tisu untuk mengeringkan wajah dan tangannya. "Aku hanya harus menyembunyikan kehamilanku, Alexander tidak perlu mengetahuinya," ujar Kaneysa pada dirinya sendiri

Kaneysa keluar dari kamar mandi dan menghampiri Arabelle dan Laura yang duduk di sofa, "Papa belum datang?" Tanya Kaneysa. Sekarang sudah jam makan siang, tidak biasanya pria itu telat.

"Hai," Kaneysa menghembuskan nafasnya saat Alexander muncul bersama Tony. Ia duduk berhadapan dengan Arabelle.

Laura mengambil makan siang yang dibawa Alexander dan menyiapkannya. "Arabelle, kamu mau makan yang mana?" Tanya Kaneysa. "Aku mau semuanya, Ma." Kaneysa menghela nafasnya. Arabelle memang sangat suka makan, jika banyak makanan seperti ini Arabelle akan sangat senang dan ingin menghabisi semuanya. Maka ia yang harus memilih makanan untuk Arabelle.

"Hei, mau Ice Cream? Papa akan membelinya setelah selesai makan siang." Ujar Alexander. Arabelle sangat menyukai Ice Cream, tapi jika ia beli sekarang Ice Creamnya akan cair sebelum makan siang selesai, "Jangan, Alexander. Jangan terlalu sering memberikan makanan atau minuman manis pada Arabelle,"

"Kamu terlihat pucat. Are you oke?" Tanya Alexander, ia menyadari wajah Kaneysa yang terlihat pucat. Kaneysa mengangguk, "Ya, aku baik-baik saja."

Arabelle memegang tangan Alexander dan menatapnya, "Semalam aku tidak bisa tidur karena hujan besar, Pa. Aku takut, jadi aku terus menganggu Mama sampai Mama tidak bisa tidur." Kata Arabelle.

"It's fine, Arabelle. Mama baik-baik saja,"

Alexander menyentuh kening Kaneysa, "Kenapa tidak menghubungi aku? Aku akan datang kalau Arabelle kesulitan tidur. Badan kamu juga panas,"

Kaneysa berdeham dan menghindari tatapan Alex, "Aku baik-baik saja. Makanlah,"

...

"Kamu menolak lamaran aku lagi, kenapa?" Alexander mendudukkan Kaneysa di pangkuannya, ia menyisihkan rambut Kaneysa ke belakang telinga dan menatapnya, "Kamu menunggu apalagi, Kaneysa?"

"Alex, aku tidak mencintai kamu. Aku tidak mau menikah dengan kamu," Kaneysa bangkit dan berjalan menuju meja kerja, "Makan siang sudah selesai, aku akan kerja sekarang. Pergilah,"

Alexander menghampiri Kaneysa dan mencari bibir wanita itu, menciumnya untuk beberapa detik. "Aku harus menghamili kamu supaya kamu mau menikah denganku,"

"Kalau aku hamil, aku tetap tidak mau menikah denganmu. Aku bisa membesarkan anakku sendiri tanpa kamu." Kaneysa mendorong Alexander, "Pergi sekarang. Aku harus bekerja."

Alexander mencium pipi Kaneysa, "Aku menunggu Arabelle kembali. Dia membawa sekretarisku," Ia duduk di kursi berhadapan dengan Kaneysa.

"Kamu akan ke Jepang?" Tanya Kaneysa. Ia mendengar percakapan antara Alexander dan Arabelle, pria itu mengatakan akan ke Jepang. "Berapa lama?"

"Satu bulan," Ujar Alexander. Ia melihat wajah Kaneysa yang terlihat gelisah, "Kenapa? Apa ada masalah?"

"Tidak ada. Kamu harus pulang sesekali, Arabelle akan menangis kalau kamu pergi untuk waktu yang lama." Kaneysa kembali fokus pada kertas-kertasnya setelah berucap pada Alexander, "Kamu sudah merindukan aku?" Alex menggoda Kaneysa.

"Totally, no. Kamu harus pulang tiga hari sekali, aku tidak mau Arabelle menangisi kamu."

"I can't. Aku akan sangat sibuk karena aku sendiri yang mengawasi langsung pembangunannya. Kemarin Papa yang menggantikan aku dan untuk sisanya aku yang memegang kendali. Termasuk peresmian perusahaan cabang di Jepang." Kaneysa menghela nafasnya, "Aku akan mengundang kamu untuk peresmiannya, datanglah."

"Papaku yang akan datang,"

"Kenapa tidak kamu? Kamu bisa membawa Arabelle, aku akan mengambil cuti dan kita liburan di Jepang."

"Aku dan Arabelle akan ke Boston untuk liburan. Kamu liburan sendiri saja di Jepang."

"You won't do that, Kaneysa. Kamu sangat tahu, aku tidak akan membiarkan kamu dan Arabelle pergi ke Boston apalagi berlibur bersama Derion. Aku akan membawa kalian ke Jepang."

"Berisik. Aku mau kamu pulang tiga hari sekali."

"I told you, i can't. Aku akan menelepon kamu dan Arabelle setiap hari, kalau kamu sangat merindukan aku. Ah, sepertinya mereka sudah datang." Alexander berdiri, ia mencium dan mengulum bibir Kaneysa, "Aku akan merindukan kamu."

"Tinggalkan jas kamu disini." Kaneysa menatap Alexander yang tersenyum, "Jangan salah paham. Arabelle yang akan menyimpan jas kamu, bukan aku. Setidaknya Arabelle memiliki barang kamu yang bisa ia gunakan selama kamu tidak ada."

Alexander melepaskan jasnya dan memberikannya pada Kaneysa, "Kamu juga boleh menyimpannya."

"Tidak akan."

...

Reach Everything Possible | #GHERALDSERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang