CHAPTER - 23

8K 573 56
                                    

Kaneysa keluar dari kamar mandi, ia berjalan mendekati Laura dan meminta wanita itu beristirahat menjaga Arabelle, "Pulanglah, Laura. Ambilkan beberapa baju lagi untukku dan kamu. Besok pagi, baru kamu datang lagi."

Laura menolak permintaan Kaneysa, "Saya akan disini menemui Ibu dan Nona. Saya akan memesan makan malam untuk Bu Kaneysa,"

Pintu ruang rawat Arabelle terbuka oleh Alexander yang masuk bersama orangtuanya. Kaneysa terkejut melihat kedatangan orangtua Alexander dan menatap pria itu, "Ini makan malam untuk kamu dan Laura. Makanlah, kamu melewatkan makan siang kamu tadi." Alexander memberikan dua kotak papper bag pada Kaneysa dan langsung di tolak oleh wanita itu, "Aku tidak lapar, Alexander. Berikan saja pada Laura," Laura mengambil paper bag berisi makan malam yang dibawa Alexander dan menjauh dari mereka.

"Kaneysa, ya?" Dianne mendekati Kaneysa dan menyapa wanita itu, "Maafkan Alexander, anak itu memang sangat nakal." Dianne mengelus lengan atas Kaneysa dan menatapnya lembut.

"Don't be, ini bukan salah Alexander." Dianne tersenyum dan melirik Alexander, "Makan malam lah dulu. Aku dan suamiku yang akan menjaga Arabelle selama kamu makan bersama putraku." Alexander menarik tangan Kaneysa dan membawa Kaneysa ke meja yang sudah disiapkan makan malam oleh Laura.

"Aku sudah bilang, makan." Kaneysa menatap Alexander, "Apa yang kamu lakukan, Alex? Kenapa kamu membawa orang tuamu?" Kaneysa mengabaikan makan malamnya dan menatap Alexander, meminta penjelasan dari pria itu.

Alexander mengambilkan makan malam untuk Kaneysa, "Mereka ingin bertemu dengan Arabelle. Tentang Roseline, dia sudah berada di penjara bersama Victoria dan Caroline. Kamu dan Arabelle akan baik-baik saja." Alexander menatap Kaneysa, "Kemarilah," Alex mendudukkan Kaneysa di pangkuannya dan memeluknya, "Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan, aku akan menjaga kamu dan Arabelle. Aku akan memastikan kalian baik-baik saja."

"Alex, ada orangtua kamu. Lepaskan." Alexander mengeratkan pelukannya, "Orang tuaku sangat ingin memiliki cucu perempuan, Kaneysa. Setidaknya' sekarang Patrick tidak akan di paksa lagi untuk memiliki anak perempuan."

"Kamu memberitahu mereka tentang Arabelle?" Tanya Kaneysa. Ia pikir, Alexander tidak akan mengatakan apapun pada orang tuanya secepat ini, "Tentu saja. Arabelle adalah putriku dan bagian dari keluarga kami. Publik harus tahu, Kaneysa. Aku akan mengumumkan Arabelle sebagai anakku dan akan memberikan salah satu perusahaan cabangku untuknya."

Kaneysa melepaskan pelukan Alexander dan masih duduk di pangkuan pria itu. "Berhenti bercanda. Arabelle masih sangat kecil, dia tidak mengerti dengan urusan bisnis, Alexander."

"Ya, kalau itu mau kamu. Aku akan memberikan 2% saham dari setiap perusahaanku."

"Alex!"

"Kamu ingin aku membuat cabang perusahaan lagi dengan nama Arabelle?"

"Alex, berhenti. Kamu sangat tidak masuk akal."

"Kamu ingin bekerja sama lagi dengan perusahaanku dan membuat proyek untuk Arabelle?"

"Alexander, berhenti." Kaneysa turun dari pangkuan Alexander dan menatap Laura, "Duduklah, Laura. Makan," Kaneysa memberikan menyiapkan malam untuknya dan Alexander, "Kamu juga, Alex."

...

"Kamu akan bermalam disini?" Tanya Kaneysa, ia melirik Alexander yang duduk dia sofa sembari menatap layar laptopnya, "Pulang sekarang, Alexander." Usir Kaneysa

Alexander menutup laptop dan melepas kacamata, Ia menghampiri Kaneysa yang berbaring di tempat tidur yang berhadapan dengannya, "Kamu yang harus pulang bersama Laura. Aku akan menjaga Arabelle,"

"Tidak. Aku tidak mau pulang."

Alexander melirik Laura yang duduk dekat Arabelle, "Kalau begitu biarkan Laura pulang. Aku akan meminta Tony untuk mengantarnya. Kamu membutuhkan baju untuk besok,"

"Kamu akan menemani aku?" Alexander mengangguk. Ia segera menghubungi Tony dan meminta pria itu mengantar Laura pulang. Tidak berapa lama, Tony datang dan mengantar Laura pulang ke apartemen Kaneysa.

Alexander ikut berbaring bersama Kaneysa dan menarik wanita itu kedalam pelukannya. "Bagaimana perasaan kamu sekarang?"

"..." Kaneysa terkejut karena pria itu memeluknya erat, ia menghela nafasnya berulang kali untuk menutupi jika dirinya gugup. "Aku baik-baik saja. Aku merasa lega saat kamu mengatakan Roseline, Victoria, dan Caroline sudah di penjara. Tidak akan ada yang menyakiti Arabelle lagi."

"Ya, selama aku masih hidup, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti kalian. Aku akan menjaga kalian,"

Kaneysa tidak membalas pelukan Alexander, ia bersandar di dada Alexander dan ia bisa mendengar suara detak jantung pria itu dengan jelas. "Kamu tidak marah karena aku tidak memberitahu tentang Arabelle dan Aurelia? Bahkan kamu tidak pernah bertemu Aurelia karena aku,"

"Tidak. Aku tidak pernah marah padamu. Aku akan menerima yang aku miliki sekarang, aku tidak akan mengingat masa lalu. Aurelia, dia adalah kenanganku." Alexander mengeluarkan foto yang ia ambil beberapa saat lalu di kamar Arabelle. Foto itu adalah foto Kaneysa bersama Aurelia dan Arabelle.

Kaneysa memegang foto itu, "Kamu dapat dari mana?"

"Aku mengambilnya dari kamar Arabelle." Jarinya mengelus sisi foto Aurelia, "Aurelia sangat cantik. Dia memiliki mata kamu, Kaneysa." Alexander menatap mata biru nan indah milik Kaneysa, membuat pemiliknya menjadi malu.

"Bagaimana saat kamu hamil dengan mereka? Apa sulit?" Tanya Alex

Kaneysa menggelengkan kepalanya, "Tidak. Mereka tidak pernah merepotkan aku, dan lagi ada Laura dan Derion yang membantu aku."

"Kamu sudah mengenal Laura sejak lama?" Tanya Alexander, ia mengelus rambut halus Kaneysa dan menyingkirkan rambut yang menutupi wajah cantik wanita itu. "Ya. Sebelum mereka lahir, Laura sudah bekerja denganku."

Pintu ruang rawat Kaneysa terbuka. Membuat Kaneysa menjauhkan diri dari Alexander dan duduk untuk melihat siapa yang datang. "Derion?" Kaneysa menghampiri Derion dan menatapnya, "Kamu baik-baik saja?"

Derion melirik Alexander yang berbaring menatapnya, "Apa kamu baik-baik saja?"

"Ya. Aku baik-baik saja. Mandilah, aku akan menyiapkan baju kamu." Saat siang tadi, Rick datang untuk mengantarkan baju Derion. Karena pria itu berniat untuk bermalam menemani Kaneysa. "Tidak usah, aku akan menyiapkan sendiri. Istirahatlah."

"Dia bisa menyiapkan bajunya sendiri, Kaneysa." Alexander menatap Derion tajam untuk beberapa detik dan kembali menatap Kaneysa, "Kemarilah. Kamu harus tidur,"

Kaneysa yang menyadari aura tidak enak dari kedua pria itu, memilih untuk diam dan menghindarinya. Lagi kedua pria itu seperti anak kecil yang terus bertengkar setiap kali bertemu. Kaneysa tidak ingin memedulikan keduanya, ia memilih untuk tidur.

"Aku sangat lelah hari ini." Kaneysa naik ke tempat tidur dan berbaring, "Aku akan tidur sekarang. Selamat malam kalian berdua,"

...

Reach Everything Possible | #GHERALDSERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang