CHAPTER - 20

7.7K 484 9
                                    

"Caroline, kenapa Sandwichnya tidak enak?" Arabelle melirik Caroline yang menatap Arabelle dengan tatapan kosong, Candy juga batuk-batuk setelah memakan tuna yang ada didalam Sandwich. "Caroline, tolong ambilkan aku minum. Rasanya sangat tidak enak dan pahit. Sandwichnya membuat tenggorokan aku panas,"

"Nona, maafkan aku." Caroline menangis dan menatap Arabelle, tapi ia tidak berniat untuk menolong Arabelle. "Kenapa kamu minta maaf? Tolong ambilkan aku minum," Arabelle memegangi tenggorokannya dan berjalan mendekati Caroline, belum sampai ia di tempat Caroline, Arabelle sudah terjatuh.

"Caroline tolong," Arabelle memeluk Candy yang menghampirinya terbaring di lantai, nafas kucing itu tersengal-sengal, "Candy." Arabelle memeluk Candy yang terlihat kesakitan, "Caroline.."

"Maafkan aku, Nona."

"Arabelle!" Derion menatap Caroline tajam, "Apa yang sudah kamu lakukan, Caroline?" Derion menggendong Arabelle, "Rick, jangan biarkan Caroline pergi. Ia yang akan bertanggung jawab atas kejadian ini." Derion berlari meninggalkan apartemen Kaneysa dan membawan Arabelle yang sudah pingsan ke Rumah Sakit terdekat. Tubuh gadis kecil itu, mulai mendingin dan pucat

"Stay with me, Arabelle."

Di apartement Kaneysa, Rick menatap tajam Caroline. "Saya mengenalmu hampir tiga tahun dan ternyata kamu yang membunuh anak dari majikan kamu sendiri, Caroline. Kamu seperti sampah."

Caroline masih menangis, ia memang sangat bersalah karena meracuni Arabelle. Tapi ia harus melakukannya, "Tentu, karena aku lebih memilih keluargaku dibanding mereka," ucap Caroline. Ia menghapus airmatanya dan menatap Rick— Sekretaris Derion. "Masukkan aku ke penjara, Rick. Aku tidak keberatan sama sekali,"

"Aku tidak menyangka, Aurelia anak yang kamu asih, ternyata kamu bunuh dengan tangan kamu sendiri. Tanpa aku masukkan ke penjara, seharusnya kamu sudah menyerahkan diri ke polisi setelah membunuh Nona Aurelia."

"Aku tidak bisa sebelum mereka berdua mati, setidaknya saat ini adalah yang tepat. Pak Derion tidak akan bisa menyelamatkan Arabelle, racun itu bekerja dengan sangat cepat. Pak Derion akan sia-sia membawa Nona Arabelle," ujar Caroline dan menatap Rick dengan percaya diri

"You're evil, Caroline." Rick menahan amarahnya untuk tidak menyakiti Caroline.

...

"Derion!" Kaneysa berlari mendekati Derion bersama Laura. "Derion bagaimana keadaan Arabelle? Dia baik-baik saja, kan?"

Derion menatap Kaneysa dan memeluknya, "She's dying, Kaneysa." Kaneysa menangis sejadi-jadinya.

"Please, don't take her. She's just a kid," ucap Kaneysa di sela-sela tangisnya. Ia tidak bisa jika kehilangan Arabelle. Ia tidak mau kehilangan putrinya lagi.

"Hei, She's strong. Kita tahu, dia akan selamat. Arabelle adalah anak yang kuat dan tidak akan meninggalkan kita. You believe her, right?" Kaneysa mengangguk.

Laura mendekati Derion dan Kaneysa dengan wajah cemas, ia menatap Derion dan bertanya, "Apa yang terjadi, Pak? Bagaimana bisa Nona Arabelle masuk ke rumah sakit."

"Caroline poisoned her,"

Kaneysa menjelaskan pelukan Derion dan menatap pria itu tajam. "Caroline? Tidak mungkin, Derion. Caroline sangat menyayangi Aurelia dan Arabelle."

"She is. She killed Aurelia and now she poisoned her. Seseorang pasti menyuruhnya dengan ancaman, Kaneysa. Karena Caroline pasti tidak memiliki alasan untuk membunuh Aurelia dan Arabelle, jika seseorang tidak mengancamnya."

"Dimana Caroline?" Tanya Laura.

"Rick membawanya ke kantor polisi. Dia akan di adili atas perbuatannya." Derion menangkup pipi Kaneysa, "Aku harus pergi ke kantor polisi untuk mengurus Caroline. Kamu enggak apa-apa aku tinggal sendiri?" Kaneysa mengangguk. "Pergilah, Laura akan menemani aku."

"Aku akan segera kembali,"

...

"Pak Alex dimana, Pak?" Patrick melirik Tony yang terlihat sangat gusar, "Ada apa, Tony? Apa harus kamu bersikap gusar seperti itu di hari pernikahan Alexander dan Roseline?"

"Ini penting, Pak. Saya harus menemui Pak Alexander," Patrick menunjuk pintu berwarna putih yang cukup jauh dari tempat ia berdiri. Ia langsung berlari menuju ruangan itu.

"Kamu pikir bisa menemui Pak Alex, Antony?" Victoria menahan tangan Antony—sepupunya. Ia tidak bisa membiarkan Antony menemui Alexander. "Arabelle, ya? Biarkan saja, Arabelle akan mati sebelum Alexander menemuinya. Kamu akan sia-sia memberitahu Pak Alex."

Antony melepaskan tangan Victoria, "Aku sudah tau ini adalah ulah kamu dan Bu Roseline. Kalian merasa terancam karena Bu Kaneysa memiliki anak dari Pak Alexander, 'kan? Kalian sangat memalukan," Cibir Antony

"Tentu saja, tidak. Karena Bu Roseline saat ini sedang hamil anak Pak Alexander. Pak Alexander tidak membutuhkan Arabelle lagi, dia akan mempunyai anak dari istri sahnya. Menyerahlah, kamu dan Kaneysa tidak bisa menang melawan Bu Roseline."

"Kamu sangat kejam, Victoria. Kamu dan Bu Roseline, kalian membunuh anak kecil yang tidak bersalah karena keserakahan kalian."

"Bawa Antony dan jauhi dari Pak Alexander." Antony dibawa keluar dari tempat pernikahan Alexander dan Roseline yang akan segera di mulai. Tony, tidak akan membiarkan Alexander menikah dengan wanita rubah itu. Ia sangat tidak setuju dengan pernikahan mereka, tapi ia tidak bisa melakukan apapun karena Alexander tidak akan mendengarkannya.

Ia tidak bisa masuk setelah pengawal Roseline menahannya di dalam mobil. Walaupun begitu, mereka tidak bisa memukul Tony atau Alexander akan marah pada mereka karena Tony adalah orang kepercayaannya.

"Antony," Victoria mencul dari balik kaca mobil yang mengurungnya, "Apa kamu masih berpikir Alexander akan memaafkan kamu setelah tahu, jika kamu yang memberitahu Bu Roseline tentang Kaneysa yang hamil dengan anak Alexander? Jangan bermimpi jika Alexander akan membutuhkan kamu, Antony." Setelah mengatakan kalimat itu pada Antony, Victoria masuk kedalam gedung.

...

Reach Everything Possible | #GHERALDSERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang