CHAPTER - 09

11.6K 627 14
                                    

"So do I. What are you doing here, Alexander?" Kaneysa menyilangkan tangannya di dada dan menatap Alexander yang berdiri di depannya.

"Apa yang kamu sembunyikan lagi dariku selain Aurelia, Gherald?" Kaneysa terkejut sesat, walaupun ia sudah memprediksi ini akan terjadi, Alexander akan mengetahui tentang Aurelia. Tapi ia tidak memperkirakan Alexander akan bertanya tepat saat mereka bertemu kembali.

"Tidak ada. Aurelia dan kamu tidak ada hubungannya sama sekali,"

"Aurelia menggunakan nama belakangku. Apa yang kamu pikirkan sampai tidak memberitahu aku tentang Aurelia? Kamu membiarkan aku mengetahui tentang anakku setelah dia meninggal."

"Terakhir kali kita bertemu, kamu sendiri yang tidak mau bertemu aku lagi. Aku hanya melakukan apa yang kamu mau, menjauh dari kamu. Dengan memberitahu tentang Aurelia, bukankah kita akan sering ketemu? Aku tidak mengatakannya karena itu adalah keinginan kamu,"

"Tapi tidak saat kamu hamil bersama anakku!" Alexander mengendalikan amarahnya pada Kaneysa. Ia tahu, ini adalah salahnya. Alexander kembali menatap Kaneysa yang terlihat sangat tenang, "Apa alasan Aurelia meninggal? Ia masih sangat kecil, Kaneysa." Alexander melangkah lebih dekat dengan wanita yang sekarang hanya berjarak beberapa centi darinya.

Kaneysa membuang muka, tidak mau menatap Alexander, "Aku tidak mau membahasnya,"

"I need to know,"

"Too late to know, Alex. Aku tidak mau membahas Aurelia, She's already happy there."

"Please. As her father i need to know about her." Alex menyadari perubahan ekspresi Kaneysa yang semula tenang sekarang terlihat sedih, "Just tell me, Kaneysa."

Kaneysa menarik nafasnya dan berkata, "Heart failure," kata Kaneysa. "Aurelia lahir dengan gagal jantung, karena aku melahirkannya prematur. Ya, ini memang salahku. Karena aku terlalu stres dan tidak memiliki banyak asupan bergizi, membuat Aurelia lahir dengan gagal jantung. I'm sorry, I know I'm bad Mother. Seperti kata kamu, aku adalah wanita egois, aku egois karena hanya memikirkan diriku sendiri tanpa memikirkan bayi yang di kandunganku. Aku salah, I'm sorry." Alexander menatap Kaneysa, ini pertama kalinya ia melihat wanita keras kepala seperti Kaneysa menangis.

Alexander menarik Kaneysa dan memelukny, "It's not your fault. It's nobody fault, Kaneysa. God loves her," ia mengusap punggung Kaneysa. Ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan hal seperti ini, tapi Alexander menyadari perubahan Kaneysa. Rambut emasnya yang sudah panjang, payudaranya yang lebih besar dari terakhir kali ia lihat, dan astaga, Alexander berhenti disitu, bodoh.

"Mama, are you crying?" Kaneysa melepaskan pelukan Alexander saat mendengar suara Arabelle. Ia berbalik dan menatap Aurelia yang memeluk boneka kelinci di tangan kirinya, "Bunny-Yummy, kenapa kamu belum tidur?"

"Like i said yesterday, I'll sleep with you," Arabelle menatap pria yang tadi memeluk Kaneysa, "And who is he? Is that Papa? Karena kemarin malam aku bertemu Papa di mimpi, Ma. Papa bilang ia akan segera pulang dan membelikan aku banyak mainan. Dan dia adalah Papa, sangat mirip dengan Papa yang ada di dalam mimpiku," Arabelle terlihat sangat antusias. Ia menarik-narik baju Kaneysa saat membicarakan tentang Papanya.

"Kaneysa?" Alexander tidak mengerti. Yang ia tahu dari informasi yang diberikan Tony, ia hanya memiliki Aurelia as his daughter. Tapi sekarang, ia bertemu dengan gadis kecil yang memiliki mata yang sama dengannya, "Kaneysa?"

Kaneysa menggenggam tangan Arabelle dan menatap Alexander, "Arabelle is your daughter. Aku menyembunyikan tentang Arabelle dan membuat kamu hanya mengetahui tentang Aurelia." Kata Kaneysa. "Mereka kembar, Alex. Aurelia Beatrix Dè Marco dan Arabelle Brianna Dè Marco."

"Thank you for putting my last name on their names," Alexander berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan Arabelle, "Arabelle, come and hug me,"

"Papaaa!" Arabelle memeluk Alexander erat, "I knew it. I always knew it's you, Papa."

Setelah mengetahui Alexander pulang, Arabelle ingin tidur di kamarnya sendiri bersama Alex. Ia ingin melepas rindunya pada Alexander yang sudah lama ia tunggu kepulangannya.

...

"Tony ayo kita berangkat. Sebelum itu aku akan membeli mainan untuk Arabelle, dia menyukai mainan. Dia bilang dia ingin belikan banyak mainan olehku. Aku akan membeli semua mainan yang lucu yang ada di toko,"

"Pak, apa itu tidak berlebihan?"

"Tentu saja tidak. Arabelle pasti akan menyukainya. Aku tidak menyangka, aku memiliki seorang putri yang sangat cantik dan menggemaskan. Aku tidak sabar untuk bertemu dengannya. Bahkan semalam, ia memintaku untuk menginap dan tidur bersamanya, tapi Kaneysa mengusirku."

Alexander memiliki jadwal yang padat hari ini. Jadwal Alexander adalah menemani Arabelle dari pagi sampai ia tidur. Jadwal yang sangat padat, sampai ia tidak mengizinkan siapapun untuk menemuinya.

Tujuan Alexander datang ke Boston adalah untuk menjalin kerjasama dengan Perusahaan Real Estate yang cukup berpengaruh. Sekarang, kerjasama itu tidak penting lagi bagi Alexander, yang terpenting saat ini adalah putrinya, Arabelle.

Michael Dawson bisa menunggunya.

Setelah membeli banyak mainan, Alexander meminta tolong pada Tony dan supirnya untuk membawa mainan itu ke apartemen Kaneysa. Sampai di depan pintu apartemen Kaneysa, ia menunggu Kaneysa untuk membuka pintu, karena ia sudah menekan belnya beberapa kali.

"Can i help you?"

Alexander menatap wanita yang membuka pintu apartemen Kaneysa. "Dimana Kaneysa?"

"Kaneysa pemilik lama apartemen ini? Dia sudah pindah tadi pagi. Apartemen ini milikku sekarang."

...

Reach Everything Possible | #GHERALDSERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang