Gue mau bilang makasih sama lo karna lo udah hadir di hidup gue dan bikin hari-hari gue lebih berwarna.
-Nate~~~~~~~~~~~
"AWAS!!"
Sontak ketiga perempuan itu mendongak. Tiba-tiba sebuah bola basket melayang ke arah mereka bertiga.
Dengan takut semuanya menutup mata rapat. Lalu...
Dugg!!
Risya membuka matanya dengan perlahan, tetapi yang ia lihat adalah Khanza sudah tergeletak di bawah permukaan lapangan.
"Ya ampun! Khanza, lo pasti yang kena bola itu!" teriak Risya seraya menghampiri Khanza yang sudah tidak sadarkan diri. Lalu di ikuti Lauren.
Sontak dalam beberapa detik Khanza telah di kerumuni banyak orang yang ingin melihatnya.
Dengan geram Lauren berdiri.
"Lo semua jangan liatin aja! Kalo bisa bantu sekarang!" ucap Lauren dengan sedikit berteriak.
Setelah itu, semua pemain basket membuka paksa kerumunan orang-orang yang hanya melihatnya saja. Lalu Brandon sang ketua OSIS berjongkok untuk mengangkat tubuh mungil Khanza lalu membawanya pergi.
Brandon berjalan cepat sambil membawa tubuh Khanza menuju UKS. Sesampainya di sana, yang di lakukan Brandon adalah membaringkan tubuh Khanza dengan hati-hari lalu melepas kedua sepatu Khanza.
Di perhatikannya Khanza hingga beberapa detik lalu ia segera mencari minyak angin atau semacamnya.
Setelah menemukan minyak angin, Brandon membuka tutupnya lalu menempatkannya di depan hidung Khanza.
Cukup lama dirinya berusaha membangunkan Khanza yang pingsan, akhirnya dengan perlahan mata Khanza terbuka.
Khanza mengumpulkan kesadarannya sehingga ia bisa membuka matanya dengan sempurna. Setelah memfokuskan pandangannya, Khanza menemukan Brandon tengah tersenyum padanya.
"Lo gak papa kan? Untung lo udah sadar," ucap Brandon seraya membantu Khanza untuk duduk.
Khanza memijit pelipisnya sambil meringis. "Gue kenapa?" tanya Khanza pelan.
"Lo pingsan kena bola basket," jawab Brandon yang membuat Khanza mendongak dengan heran.
"Iya, lo kena bola basket. Maaf ya, gue lempar gak liat-liat samapi kena kepala lo," ucap Brandon merasa bersalah.
Khanza hanya diam sambil terus memegang pelipisnya yang masih berdenyut. Lalu ia menatap Brandon kembali.
"Santai aja. Lagian cuma kena bola," ucap Khanza santai. Ia tau bahwa Brandon merasa bersalah, tapi percuma jika ia menyesali karna sekarang sudah terjadi.
Saat Brandon akan menyahuti pernyataan Khanza, perempuan itu segera mendahuluinya.
"Udah, lo gak usah merasa bersalah gitu. Serius gue gak papa," ucap Khanza menenangkan.
"Yauda gue mau ke kelas," sambung Khanza.
Tapi tiba-tiba Brandon memegang bahu khanza agar perempuan itu tidak bergerak. Setelah itu yang di lakukan Brandon adalah membungkuk sambil memasangkan sepatu milik Khanza.
Khanza hanya bisa diam tanpa melawan, ternyata tanpa di sadari bibirnya menyunggingkan senyuman. Ia merasa Brandon bersikap manis padanya saat ini.
Selesai memasangkan sepatu, Brandon segera berdiri menghadap Khanza.
"Kalo gue minta lo buat istirahat di sini, keberatan gak?" tanya Brandon masih menatap Khanza dengan teduh.
Khanza diam sebentar, ia berusaha mencermati perkataan Brandon barusan. Lalu dengan segera ia menatap Brandon balik dan tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGALANYA
Ficção AdolescenteKisah cinta kami itu rumit, berbelit, dan berbeda dengan kisah cinta pada umumnya.