Part 13

1.4K 45 0
                                    

"I'm So stressed, tired, and broken at the same time." -Lauren

~~~~~~~~

"Bukan urusan lo!"

Lah? Barusan Lauren merasa terhibur dengan kedatangan Ara, sekarang malah balik lagi ke sifat aslinya. Bingung memang.

"Tadi aja baik banget sama adik gue, sekarang sama gue malah balik lagi." Calvin tersenyum masam.

Lauren beranjak dari tempat duduknya. Tetapi tangan sudah di cekal oleh Calvin.

"Lo kenapa sih? Gue ada salah ngomong ya?" tanya Calvin lembut.

Lauren tertegun dengan nada bicara Calvin. Ia kembali duduk ke tempatnya, niatnya tadi ia undurkan.

"Lo kenapa sih pengen tau semua masalah gue? Lo tuh terlalu ikut campur." Nada bicara Lauren melemah.

Calvin merasa keadaan Lauren memang sedang tidak baik- baik saja.

"Karna gue peduli sama lo," jawab Calvin tegas.

Lauren memicingkan matanya. Ia menganggap apa yang barusan Calvin katakan hanyalah tipu belaka, ia hanya berusaha untuk membuat keadaan tidak semakin rumit.

"Tapi gak semua masalah yang gue punya harus lo tau kan! Lo bukan siapa-siapa gue, jadi lo gak berhak tau!" Bentak Lauren tak suka.

Kenapa disaat seperti ini Lauren masih bersikap judes? Ia hanya bersikap peduli, apakah itu salah?

"Gue cuma mau bantu lo. Kalo lo emang belum mau cerita ke gue, gue gak maksa juga. Itu hak lo."

Sekarang Lauren merasa bersalah. Tidak seharusnya juga ia ngebentak Calvin seperti tadi.

"Sorry gue gak bermaksud ngebentak lo, mungkin emosi gue belum bisa ke kontrol."

Calvin mengangguk pasrah. Ia memahami setiap perubahan sikap yang terjadi pada Lauren saat ini.

"Lo mau main kesana?" tanya Calvin seraya menunjuk sebuah ayunan.

Lauren berpikir sejenak. Apakah ia harus menerima ajakan Calvin. Akhirnya ia menganggukkan kepalanya, lumayan bisa menghibur diri.

"Lo naik biar gue yang ayun," perintah Calvin yang sudah berdiri di belakang ayunan.

"Hah? Gak! Entar lo ayunnya Kenceng-Kenceng."

Calvin tersenyum geli. Ternyata orang seperti Lauren bisa juga takut naik ayunan terlalu kencang.

"Yaelah, gak bakal. Udah lo nurut aja."

Lauren menurut dengan pasrah. Ia sudah berpegangan kencang pada ayunan itu.

Calvin mulai mengayunkan tubuh Lauren kedepan dan belakang.

Mungkin karna terlalu bersemangat sehingga ayunan yang di duduki Lauren melaju.

"Calvin! pelanin ayunannya!" teriak Lauren yang sudah panik.

Belum sempat Calvin memelankan ayunan, tiba-tiba saja badan Lauren terjatuh ke tanah.

Calvin panik bukan main. Merasa bersalah kepada Lauren.

SEGALANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang