Part 17

1.3K 47 9
                                    

Cinta itu bakal tumbuh dengan sendirinya setelah mencoba. -Risya

~~~~~

Seperti biasanya Risya akan cabut di jam pelajaran berlangsung. Sudah berkali-kali di hukum karena banyaknya absen yang bolong-bolong, percuma ia tidak akan jera juga . Memang keras kepala.

Ia berjalan menelusuri koridor kelas XI IPS. Matanya menemukan sosok yang ia cari-cari.

"Baru nongol aja lo. Mau cabut juga gak ni?" tanya Risya yang sudah tersenyum menghasut.

Tasya berpikir sejenak. Mereka berdua memang sudah kenal lama dan Tasya juga lah yang menjadi partner cabutnya selama ini.

"Emm... gimana ya Sya, kayaknya bentaran doang deh. Soalnya gue takut emak gue di panggil lagi ke sekul." Risya mendengus.

"Dasar payah! Lo kalo mau cabut itu yang pinter-pinter dong, jangan sampai ketauan." Tasya menoyor kepala Risya serta mendengus kesal.

"Gue juga udah pinter-pinter kali. Cuma emang dasarnya tu guru dendam kesumet kayaknya sama gue, jadi ketauan deh. Mungkin hari itu gue lagi gak hoki aja."

"Ngeles mulu lo kayak angkot. Hayuk ah, kebanyakan bacot ntar malah ketangkep." Risya menarik tangan Tasya seperti terburu-buru lenyap dari koridor itu.

Keduanya tengah duduk di kantin tempat tongkrongan mereka biasa. Kali ini mereka cuma berdua, berhubung Ana sedang sakit, sehingga tidak masuk sekolah.

Mungkin seperti ini lah keseharian mereka ketika sedang cabut. Serasa boring, yang membuat menyenangkan hanyalah ketika mereka akan bergosip ria dan itu pun jika lagi ada berita yang Sedang hot-hot nya.

~~~~~

Sudah hampir 5 menit mereka duduk di kantin yang ditemani dengan makanan dan beberapa topik gosipan mereka.

"Sya, gue balik ke kelas dulu ya. Takut tu guru keliling cariin gue," pamit Tasya yang sudah beranjak dari bangkunya.

"Eh cepet banget elah, baru juga duduk udah mau pergi aja. Nanti dulu la temenin gue disini, masa iya cecan duduk sendirian. Gak asik lo mah," cerocos Risya yang masih tak terima dengan keputusan Tasya.

Tasya berdecak kesal. "baru duduk kentut lo, kita itu udah lama banget ngebacot ngelantur gak jelas."

"Kan tadi juga gue bilang juga cuma bentaran doang si. Udah ah bawel banget lo kampret, gue pergi dahh." Tasya telah meninggalkan Risya seorang diri.

Yang biasanya kantin akan ramai dengan anak-anak yang cabut dari berbagai kelas, tetapi sekarang terlihat sepi.

"Sepi banget anjir. Pada kemana ni para tukang cabut? Apa udah pada tobat kali ya? Idih gaya banget tobat-tobatan segala, paling juga ntar ngulang lagi."

Selesai mengoceh seorang diri, Risya merasa ada yang berjalan di belakangnya dan menuju bangkunya.

"Gila ya lo ngoceh sendiri, gak pegel apa ngoceh mulu dih." Risya menolehkan kepalanya ke samping kiri. Dilihatnya kini ada sosok yang sangat familiar.

"Woi! ngapain lo disini. Duduk sembarangan lagi. Pergi ah lo sana, najis gue deket-deket lo mulu," usir Risya tak terima.

David menautkan kedua alisnya.

"Anjrit, main ngusir aja lo. Udah lah gue tau lo gak ada temen, berhubung karna gue cogan baik hati jadi gue mau nemenin lo."

Risya melongo tak percaya. Apa-apaan ni tiba tiba bisa ada David disini?

Risya berpikir sejenak. Mungkin jika ia menerima tawaran David gak apa juga kali ya. Dari pada ia harus duduk seorang diri seperi jomblo, eh emang jomblo si tapi jangan sampai keliatan kalo jonesnya juga, hm.

SEGALANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang