Part 23

291 22 0
                                    

"Gue perlu ngomong sama lo." Ujar Fadlan setelah bertemu Nila di lapangan. Kebetulan kelas Nila sedang ada olahraga.

"Fadlan? Hah, lo beneran mau ngomong sama gue?" Jelas pemandangan bahwa Nila seolah tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Seorang Fadlan berbicara dengannya saat ini. Tanpa menunggu jawaban dari Nila, Fadlan segera menarik tangan Nila ke tepi lapangan.

Tanpa di sangka, Khanza melihat pemandangan di mana Fadlan menarik tangan Nila. Namun, Khanza berusaha untuk tetap melanjutkan langkahnya dan pergi ke kantor.

"Gue minta lo jangan usik kehidupan Khanza lagi." Ujarnya dengan pandangan tajam ke arah Nila.

Nila mengernyit, itu artinya Fadlan sudah mengetahui apa yang akan di lakukannya. Benar-benar menyebalkan si Khanza!

"Iya selain gue udah tau semuanya. Gue cuma mau ngingetin jangan usik kehidupan dia." Nila tidak akan begitu saja membiarkan Khanza hidup tenang mengingat apa yang sudah ia lakukan. Itu artinya Khanza mengingkari sebuah perjanjian dengannya.

"Tenang, gue bakalan coba buat deket sama lo." Nila membelalakan matanya. Apakah ini mimpi?

"Gue serius. Kita bisa deket." Nila tersenyum, "Okay, itu berarti lo sama gue bisa pacaran?"

Fadlan menggeleng, "Kita deket, tapi gak ada status. Tapi tenang, gue gak bakalan deketin Khanza." Nila mengangguk dan tersenyum puas. "Okay gue terima tawaran lo."

Kemudian Fadlan mengangguk dan pergi meninggalkan Nila yang masih tidak percaya dengan apa yang di alaminya. Ini benar-benar harus sesuai apa yang sudah ia impikan. Tau-tau Nila berteriak karena senang.

~~~~~~~~~~~~~~~

Saat ini ketiga gadis sedang duduk di kantin seraya menyantap makanannya. Namun tidak dengan Khanza, ia hanya duduk sambil meminum minumannya.

Risya yang memperhatikan Khanza mendadak bingung, ada apa dengan Khanza?

"Za, lo kenapa?" Khanza mengerjapkan matanya. "Gak, emang gue kenapa?" Tanya Khanza balik.

"Gue liat akhir-akhir ini lo kayak lagi banyak masalah. Kenapa sih?" Risya tetap mendesak Khanza supaya berbicara. Seolah ingin menjelaskan, Khanza dan kedua temannya melihat bahwa Fadlan dan Nila yang di ikuti oleh Lucy dan Chika di belakangnya baru saja memasuki kantin. Sebuah pemandangan yang tidak biasa. Bahkan ini mengundang perhatian satu kantin.

Hati Khanza mencelos ketika Fadlan dan Nila berjalan melewati meja Khanza. Yang Khanza tidak habis pikir adalah Fadlan menggandeng tangan Nila dan Fadlan tau bahwa ia juga melihat Ke arah Khanza.

Risya yang melihat itu sangat tidak percaya. Bagaimana bisa cogan sekolah bergandengan dengan nenek lampir?

Risya benar-benar muak. Ia menyenggol bahu Lauren yang membuat wanita itu tidak senang.

"Lo liat kan Fadlan sama Nila? Gilak banget ga sih? Waw ini gak bisa di biarin!" Bisiknya sambil menggulung-gulungkan tisunya dengan geram. Lauren mengangguk, sebuah jawaban bahwa ia juga melihatnya.

Ini sangat aneh, semenjak kejadian dimana Khanza menjauh dari Fadlan, Fadlan tidak berusaha menjauh darinya. Namun, sekarang yang ia lihat bukanlah mimpi. Apakah ini sebuah pembalasan Fadlan terhadap dirinya?

Kemudian yang bikin semua heboh adalah, Fadlan membawa Nila dan teman-temannya ke meja cogan di pojok. Seumur-umur belum pernah cogan sekolah membawa cewek untuk duduk satu meja. Ini ada yang tidak beres.

"Waw gilak!!! Gak, gak ini gak mungkin. Bilang sama dunia ini gak mungkin!! Oksigen, Ren. Gue mau mati rasanya. AHHH gilak deh gue bener-bener!" Risya gelagapan melihat itu, dan mengundang heboh satu kantin.

SEGALANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang