Part 18

1.2K 47 8
                                    

Although you didn't tell us that you were jealous when his carried about me, i know that's time you feel jealous -Risya

~~~~~~

Lauren berjalan terburu-buru menuju parkiran rumah sakit tempat Risya di rawat. Hatinya kini sedang kacau, dan emosinya sudah meluap.

Pasalnya ia juga kurang paham apa yang telah terjadi pada dirinya saat ini. Semua terjadi secara mendadak.

"Lauren! tunggu!" teriak seseorang yang sedari tadi mengikuti langkah Lauren menuju parkiran.

Lauren membuang napas nya kasar. Hari ini ia lagi malas untuk berurusan dengan siapa pun. Ia ingin sendiri.

Badannya terhenti karena panggilan tadi.

"Lo kenapa langsung kabur gitu sih?" tanya seseorang yang tadi memanggilnya.

Lauren berdecak kesal, ia membalikkan tubuhnya untuk melihat seseorang yang mengejarnya itu.

Dilihatnya kini Calvin yang mentap dirinya cemas.

"Bukan urusan lo!" bentak Lauren.

Calvin berdecak malas. Ia heran kenapa setiap kali Lauren di tanyai dengan masalahnya pasti saja akan di balas dengan bentakan. Ia pikir harus ekstra sabar menghadapi manusia semacam Lauren ini.

"Jelas itu urusan gue. Setelah gue ngomong yang tadi di ruang inap Risya kenapa lo mendadak pergi tanpa izin gitu aja? Dan gue pikir ini ada sangkut pautnya sama ucapan gue? Iyakan?" tanya Clavin yang sangat percaya diri.

Lauren menautkan kedua alisnya. Mengapa Calvin jadi sok tau seperti ini? Bahakan dirinya sendiri saja belum pasti mengetahui sebab dirinya jadi begini. Aneh.

"Gak usah sok tau. Minggir lo gue mau lewat." Tangan Lauren bergerak untuk mengusir Calvin.

Calvin melongo seperti orang bego.

"Parkiran ada di sebelah sana, ngapain lo mau balik lagi?" tanya Calvin yang masih bingung.

Sial! Lauren baru ingat dengan keberadaan parkiran yang ada di belakangannya. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ini sungguh memalukan, baru pertama kalinya ia melakukan hal memalukan seperti ini. Hancur sudah reputasi sebagai orang galak si sekolah.

Tanpa menjawab pertanyaan Calvin, Lauren segera membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju parkiran dengan wajah yang sudah menahan malu.

Calvin menggeleng-gelenggkan kepalanya seraya tersenyum melihat tingkah dari seorang Lauren.

Langkah Calvin mengikuti Lauren yang sudah terlebih dahulu sampai di parkiran. Calvin meraih tangan Lauren yang hendak membuka pintu mobil.

Merasa ada yang memegang tangannya, Lauren mengarahkan kepalanya untuk melihat sosok yang mengganggunya lagi.

Lauren menggeram kesal. Selalu saja Clavin mengikutinya.

Calvin tersenyum tak berdosa. "Lo gue anter aja," ucapanya seperti memaksa.

Lauren mencoba untuk melepasan tangan Clavin yang sedari tadi masih menyangkut di tangannya.

"Gak. Gue bisa pulang sendiri," jawab Lauren tegas.

Clavin mendengus. "Tadi lo kan berangkat sama Khanza, terus kalau lo pulang ntar dia sama siapa dong? Udah lo gue anter aja, biar Khanza yang bawa mobil lo pulang." Alasan yang Clavin berikan memang masuk akal, tapi Lauren masih gengsi untuk menerimanya.

Karena tak kunjung mendapat balasan dari Lauren, Calvin segera menyeret tangan Lauren menuju mobilnya. Mau tak mau Lauren menerimanya pasrah.

~~~~~~~

SEGALANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang