Part 2

17.7K 691 14
                                    

Siska POV

"Heh, Sis, lo udah tau belom, gimana caranya buat ngasih, tuh, guru pelajaran?" Tanya Vanny.

"Lah, kok gue, sih, yang mikirin caranya?" Tanya gue balik.

"Ditanya, malah nanya lo. Kan, lo yang biasanya pinter buat mikirin cara, alesan, dan rencana," jawab Aprilla.

"Oh, gituu.. ya udah, deh, nanti gue pikirin," ucap gue.

"Kok, nanti, sih? Sekarang ajaa.. buang-buang waktu lo," sahut Mate.

"Heh, fak, lo pikir otak gue ini otak apa, hah? Gak secepat itu juga, kale, buat mikir caranya," balas gue.

"Lo kan, pinter, Sis," timpal Mate.

"Heh, bego. Lo bisa diem gak? Gue lagi gak mood gini, lo nyuruh gue mikir. Gimana coba?! Tolol!" Ucap gue kesal.

"Udah, udah. Lo berdua lebih baik jangan berantem. Noh, liat noh. Ada geng cabe-cabean dateng ke arah sini," ujar Vanny ngelerai kami, lalu menunjuk geng cabe-cabean a.k.a geng The Ladies, geng musuh bebuyutan gue dari SMP kelas 3 sampe sekarang, yang diketuai Feren dengan 4 curutnya.

"Mau ngapain lagi, dia?" Tanya gue kepada diri gue sendiri, tepatnya. Sedangkan sahabat-sahabat gue geleng kepala, tanda gak tau. Gak lama kemudian, mereka berlima sampe di depan meja kami. Gue sama ketiga sahabat gue masih fokus sama makanan, pura-pura gak ngeliat mereka.

BRAK

Bangsat. Feren menggebrak meja, tempat gue sama ketiga sahabat gue makan. Kayaknya, dia nyari waktu yang kurang tepat buat bermasalah sama geng gue, deh. Gue mendongak ke atas dengan wajah datar, buat ngeliat wajah Feren karna posisi gue and geng gue duduk, sedangkan mereka berdiri.

"What?"
Bisa gue liat, keempat curut Feren rada ngeri ngeliat ekspresi gue.

"Kami. Mau. Duduk. Di. Sini," jawab Feren dengan penekanan di setiap kata. Emang, gue pikirin? Ya, kagak, lah!

"Gak boleh," ucap gue, lagi-lagi dengan nada dan ekspresi yang sama. Datar.

"Gue gak mau tau! Kalian harus minggat dari meja ini!" Teriaknya. Cari gara-gara, ini bocah. Sabar bentar, Sis..

"Kalo kami gak mau?" Tanya Aprilla santai.

"Kalian bakal nyesel!" Sahut Shierin, salah satu curut Feren.

"Oke, kami gak mau," ujar Mate santai.

"Kalo gitu, kalian emang cari gara-gara sama geng kami!" Balas Shierin. Kebalik, oy. Yang ada, kalian yang cari gara-gara duluan sama kami.

"Kalian yang cari gara-gara dengan kami, ladies." Ucap Vanny dengan seringaiannya. Jujur, Vanny cukup serem, kalo dia ngeluarin seringaiannya.

Tiba-tiba, tangan Shierin melayang pengen nampar muka Vanny. Dengan sigap, Vanny mencengkram tangan Shierin, lalu memelintir tangannya.

Krek

"Aaarghhh!!" Teriak Shierin menggema di kantin ini. Para penjual makanan maupun minuman di kantin, ada yang kaget, nganga, bahkan meringis, ikut ngerasain apa yang dirasain Shierin.

Mantap.

Gue natap Vanny dengan tatapan, 'pekerjaan yang bagus, Vanny', dan dia natap gue dengan tatapan, 'ya, dong!'.

Feren yang ngeliat tangan sahabatnya di pelintir, nyengkram kerah seragam sekolah Vanny, lalu ngedorong Vanny sampe tersungkur di lantai kantin. Gue yang ngeliat sahabat gue yang diperlakukan seperti sampah, geram, lalu nonjok graham kanan Feren sampe dia terjungkal ke belakang. Vanny pun ditolong berdiri sama Mate. Karna gue udah nonjok seorang ketua geng, yaitu ketua geng The Ladies, otomatis, para curutnya nyerang geng gue buat balas dendam.

Bad Girls VS Four TeachersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang