Part 36

5.1K 221 5
                                    

Hati-hati, typo bertebaran!

-----------

*Rumah Uncle Ivan*

Pas gue sama ketiga sahabat gue sampe di rumah Uncle Ivan, kita pun masuk ke dalem.

"Uncle mau ngom--" Ucapan gue terpotong karna gue ngeliat Uncle Ivan gak sendiri di ruang tamu. Ada 2 orang cowok yang lain. Mereka bertiga ngeliat ke arah kita berempat yang baru masuk ke dalem rumah.

"Ah, akhirnya kalian datang." Ucap Uncle Ivan tersenyum lega. Kita berempat natap ketiga orang itu bingung.

"Kalian duduk dulu. Biar uncle jelasin." Tutur uncle. Kita berempat pun duduk berseberangan sama 2 orang aneh tsb. Gimana gak aneh? Pakaian nya hita semua. Gak ada warna lain, selain warna hitam di badan mereka.

"Pertama-tama, bapak in--" Ucap Uncle Ivan terpotong.

"Jangan panggil aku bapak, Iv. Sudah berapa kali kubilang, walaupun umur ku sudah 57 tahun, wajahku masih seperti berumur 27 tahun! Kau ini!" Omel orang yang menurut ucapannya, berumur lebih tua dari uncle maupun orang disebelahnya dengan PD yang tinggi. Uncle Ivan dan orang yang gue perkirakan umurnya sekitar 20-an, terkekeh pas denger omelan orang tua tsb.

"Uncle, mereka siapa?" Tanya Mate terang-terangan.

"Oh, maaf! Kami belum memperkenalkan diri. Nama saya--" Ucap orang tua tsb terpotong.

"Tolong, ngomongnya biasa aja. Gak usah pake bahasa saya-anda." Ujar gue sambil tersenyum tipis. Orang tua itu tersenyum.

"Kalian bisa memanggil ku Mr. Fardli." Ujar orang tua yang bernama Fardli tsb.

"Kalian boleh memanggil ku Kak Errow." Ujar orang yang bernama Errow tsb.

"Jangan bilang uncle nyuruh kita dateng kesini, cuma untuk ngenalin mereka ke kita." Ucap gue sambil natap Uncle Ivan tajam.

"Gak dong. Ada alasan penting mereka sampe bisa datang kesini." Ujar uncle.

"Apa?" Tanya kita berempat bersamaan.

"Biar aku saja yang menjelaskan. Tolong jangan potong penjelasan ku. Jadi, begini. Sebenarnya, kami sudah mengawasi kalian beberapa minggu yang lalu. Mungkin, sudah sebulan atau lebih." Ujar Mr. Fardli. Gue dan ketiga sahabat gue natap dia dingin.

"Kami mengawasi kalian karna kami pernah melihat kemampuan kalian." Lanjut Mr. Fardli. Vanny dan Mate natap dia bingung. Sedangkan gue dan Aprilla, tetap natap dia dingin, karna udah berani-berani nya ngikutin kita. Dan gobloknya, kita gak merasa diikuti sama sekali. Padahal, kita ini bisa dibilang orang yang peka. Ralat. Kecuali, Mate yang kurang peka. "Siapa mereka ini sebenernya? Kok bisa mereka ngikutin kita, tanpa kita rasain?" Batin gue.

"Pertama kali kami melihat kalian, saat kalian berada di cafe bersama keempat pria yang adalah tunangan kalian. Saat itu, kau, marah-marah pada salah satu pria bernama David, yang notabene-nya tunangan mu dan pada para pengunjung cafe. Kau melempar garpu cafe dan tepat tertancap pada puding salah satu pengunjung. Ketika kami melihat kejadian itu, kami lumayan terkejut karna ketepatan yang kau miliki." Ujar Mr. Fardli yang buat otak gue flashback. Gue ngangguk singkat dengan muka datar.
*ada di part 28*

Ya walaupun dia muji gue, gue gak tersanjung ataupun kesel gue ilang. Tetep aja, mereka berdua kurang ajar, karna udah buntutin kita. But, wait. "Apa dia bilang tadi? Kok dia bisa tau nama David? Dan kenapa dia bisa tau, the 4 itu tunangan kita? WHAT THE FUCK?!" Batin gue.

"Kok ka--" Tanya Vanny terpotong. Gue bisa jamin, Vanny juga punya pemikiran yang sama kayak gue.

"Vanny, jangan potong penjelasan Mr. Fardli. Apa kamu lupa, kalo Mr. Fardli udah ngingetin kamu sebelumnya?" Cerocos Uncle Ivan. Vanny muter bola matanya.

Bad Girls VS Four TeachersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang