Part 67

2.1K 144 58
                                    

Aloha! Come back with me!

Setelah beberapa bulan, akhirnya bisa update juga😭😭
Author lega :")

Maapin author, man-teman :"(

Happy reading all!

----------

Kami berdua pun melangkah mendekati mereka yang tengah berdiri menatap gue penuh rasa penasaran. Mereka adalah keluarga gue, yaitu mam--ralat. Maksudnya, Mr dan Mrs. Aldennious beserta kedua putra mereka. Lalu, ada keluarga Vanny, yakni keluarga Abellan, keluarga Mate, yakni keluarga Rivelinto, dan keluarga Aprilla, yakni Selianto. Kemudian, ada keluarga The 4, yaitu Agatha, Vectorius, Benedictus, dan Drickto. Gak ada satupun yang gak hadir.

"Semuanya, kita duduk dulu baru ngomong. Nggak enak, kan, kalo ngobrol sambil berdiri?" ucap David, setelah gue dan dia duduk. Seperti sebuah mantra atau hipnotis, semua yang sebelumnya berdiri perlahan menduduki tempat mereka masing-masing.

"Nah, sekarang, biar aku kenalin cewek ini dulu. Jangan ada yang motong, ya. Dia adalah Fenisia Fransiska, alias Siska yang kalian cari-cari selama 6 tahun lebih. Sejak kalian ngusir dia, dia akhirnya tinggal di Korea Selatan dan bekerja di sebuah perusahaan sebagai seorang sekretaris eksekutif. Selama itu, penampilan serta sikapnya perlahan berubah hingga jadi kayak sekarang. Anggun, feminim, kalem, makin cantik, dan dewasa, walaupun terkadang sikap brutal dan galaknya masih keluar," ujar David dengan diakhiri kekehan. Gue tersenyum kecil. Memang, seberubah apapun gue, sifat maupun sikap alami gue masih tetep ada, walau jarang keliatan.

"Aku ketemu dia sekitar dua bulan yang lalu. Sebelumnya, dia mengganti nama jadi Ellen Harsha dan berakting seakan gak kenal sama aku. Tapi, pada akhirnya, kami ketemu sama Aprilla dan Yoga. Waktu itu dia terdesak dan aku bantu dia ngumpetin identitasnya. Dari situ, dia baru mau ngaku kalo dia adalah Siska. Kami tetep ngelanjutin hubungan kami. Oh, iya. Keluargaku udah tau soal ini, karena aku pernah bawa Siska ke rumah. Jangan salahkan kami yang nggak ngasih tau kalian tentang keberadaan Siska. Dia sendiri yang minta kami untuk tutup mulut sementara. Malam ini, aku mengundang kalian tanpa sepengetahuan Siska. Jadi, selain kalian, dia juga sama kagetnya. Walaupun begitu, dia gak kabur lagi dan berani berada di hadapan kalian untuk meluruskan masalah yang lalu."

David menarik nafas. "Jadi, harapanku, sekarang kalian jelasin atau ungkapin semua yang kalian rasain selama ini, juga minta maaf supaya kita bisa akur kembali kayak dulu. Tapi, kalo mau ngomong, ngomong satu-satu, karena disini yang paling tertekan adalah Siska. Dia masih sakit hati," lanjut David.

Setelah itu, suasana mendadak hening. Gue pun gak bicara. Kondisi gue sekarang ini adalah korban atas kesalahpahaman mereka. Maka dari itu, merekalah yang harus buka topik dan menjelaskan terlebih dahulu. Bukannya gue egois, tapi jujur aja, berada di depan mereka sekarang ini buat luka di hati gue yang sebelumnya udah kering jadi terbuka lagi.

"Siska, lo inget gue, kan? Gue Aprilla," tanyanya, memecahkan keheningan.

Gue tersenyum miring. "Tentu aja gue inget. Gue gak ngalamin amnesia, kok," jawab gue sinis. Entah kenapa, rasanya amarah gue perlahan meluap. Mendengar itu pun Aprilla terdiam. David yang mungkin merasakan perubahan hawa di sekitar gue, mengelus rambut gue dengan kasih sayang. "Sabar, baby. Masalah gak bisa diselesaikan dengan perasaan marah, apalagi benci. Kamu tau itu, kan?"

Gue menghela nafas, kemudian mengangguk. "Maaf, gue sedikit hilang kendali tadi. Lanjutin aja, Aprilla."

"Umm, maaf, Sis. Karna gue, lo jadi dibenci sama orang-orang, termasuk keluarga lo sendiri. Mungkin waktu itu gue emang dalem kondisi gak sadar dan gak tau apa-apa. Tapi, mengingat lo yang mendadak hilang dari kehidupan gue tanpa sepengetahuan gue malah buat gue ngerasa bersalah banget. Maaf, karna gue, lo jadi disalahin. Maaf, karna gue, usaha lo yang mati-matian nyelametin nyawa gue malah jadi diusir dari kehidupan lo sendiri. Maaf, karna gue, lo jadi berusaha bertahan hidup di luar sana dengan perasaan benci dan marah. Maaf atas semuanya," tutur Aprilla, nangis.

Bad Girls VS Four TeachersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang