Bagian 1

19.2K 1.1K 77
                                    

"Kenapa kau tidak menurut saja padaku, sekiya!"

"Aku hanya ingin tetap sekolah, ayah"

"Jangan membantahku gadis tidak tau diri! Sudah bagus kau tidak kujadikan jalang di bar, beraninya kau menentangku!"

"Aku hanya ingin sekolah, apa itu sulit? Lagipula aku sendirilah yang membiayai sekolahku, kau sama sekali tidak pernah bertanggung jawab terhadapku!"

"Gadis ini benar-benar. Baiklah, kuijinkan kau kembali sekolah. Tapi, uang yang kau berikan harus tetap utuh, tak boleh berkurang sepeserpun. Atau kau akan ku seret ke klub itu lagi"

"Baiklah"

---

Beginilah hidupku, setiap hari dicaci maki oleh pria berengsek yang kusebut ayah. Ya, ayah, kau tidak salah dengar, walaupun sebenarnya dia bukanlah ayah kandungku. Ayah kandungku sudah meninggal saat aku masih berumur 4 tahun, kemudian ibuku menikah lagi dengan pria itu. Lalu saat umurku 7 tahun ibuku meninggal.

Kalau bukan karena ibuku, aku pasti sudah meninggalkan pria ini sejak dulu. Aku juga tidak tahu kenapa ibu meninggalkan wasiat seperti itu padaku, dia bilang aku harus terus bersama dengan bajingan itu. Kupikir ibu mungkin khawatir dengan hidupku selanjutnya, tapi tetap saja wasiat itu sangat menyulitkanku.

Aku selalu bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan membiayai kebiasaan mabuknya. Setiap bulan aku harus memberinya uang, dan itu tidak boleh kurang sedikitpun. Bulan lalu aku memberinya uang yang kurang, dan dia langsung menyeretku ke bar tempatnya biasa mabuk-mabukan. Aku bisa lolos karena saat dijalan aku berontak dan berteriak, kalau tidak aku tidak tahu apa yang terjadi padaku sekarang.

Padahal uang itu adalah hasil kerja kerasku, aku menggunakannya untuk membeli peralatan sekolahku. Dan jadilah sekarang, dia melarangku untuk sekolah. Berengsek bukan? Bukannya mencari nafkah malah bersenang-senang dengan uang anaknya.

Oh ya tuhan, aku terlalu banyak mengoceh tentang orang itu sampai aku lupa mengenalkan diriku. Namaku adalah Lee Eun Hye, aku gadis berusia 18 tahun yang kisah hidupnya akan kau ikuti.

---

Pagi ini aku sedang menunggu bis di halte. Tapi tiba-tiba kulihat ada anak perempuan yang berdiri agak di tengah jalan.

"Hey nak, jangan main disitu!" kataku memperingatkannya. Tapi dia sama sekali tidak mengindahkan peringatanku. Sampai kulihat ada mobil yang akan menabraknya, aku langsung berlari ke anak itu dan menariknya ke tepi jalan.

"Gwaenchanayo? Apa ada yang sakit? " tanyaku padanya

Dia hanya mengangguk lemah, sepertinya dia masih syok.

"KIM TAEYEON!!!"

Tiba-tiba kulihat ada pria paruh baya yang berteriak dan berlari ke arah kami dan langsung memeluk anak perempuan itu.

"Aigoo uri dal, gwaenchanayo? Kan sudah ayah bilang untuk duduk menungguku, kenapa kau tidak menurut?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aigoo uri dal, gwaenchanayo? Kan sudah ayah bilang untuk duduk menungguku, kenapa kau tidak menurut?"

Pria itu -yang kupikir adalah ayahnya- langsung mengecup seluruh wajah anak itu

"Mianhae appa"

"Sudahlah tidak apa-apa. Oh ngomong-ngomong terima Kasih karena kau sudah menyelamatkan anakku" katanya padaku

"Ah, iya" kataku

"Jeongmal kamsahamnida agassi, aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika kau tidak ada"

"Tidak usah seperti itu tuan. Aku hanya berharap supaya kau lebih berhati-hati menjaga putrimu"

"Ne, tentu saja. Tapi, apa kau seorang haksaeng?" tanyanya

"Ne"

"Kukira jam masuk sekolah tinggal sebentar lagi, apakah kau mau kuantar? Hitung-hitung sebagai ucapan terima kasihku kepadamu"

Tawarannya terdengar tidak terlalu buruk. Lagipula aku tidak mau terlambat dan harus dihukum lari keliling lapangan. Oh ayolah, aku masih harus bekerja setelah pulang sekolah.

"Baiklah" jawabku

---

Di mobil....

"Oh iya, ngomong-ngomong siapa namamu?" tanya paman itu

"Namaku Lee Eun Hye"

"Ah baiklah Eun Hye-ssi, dimana sekolahmu?"

"Ada di ujung jalan itu"

"Oh baiklah" katanya

Saat sudah sampai sekolahku, aku bersiap untuk keluar dan merapikan tas dan juga pakaianku. Tiba-tiba dompetku jatuh dan paman itu mengambilkannya untukku.

"Kamsahamnida, ahjussi" kataku

"Eun Hye-ssi"

"Ne"

"Siapakah dua orang yang ada di dompetmu itu?" dia bertanya sambil melirik ke dompetku yang sedikit terbuka.

"Mereka adalah kedua orang tuaku" jawabku

"Jeongmalyo?" dia terlihat sangat terkejut lalu melanjutkan pertanyaannya

"Apakah nama ayahmu adalah Lee Min Ho dan nama ibumu adalah Park Min Young?"

"Iya kau benar, tapi bagaimana bisa kau mengetahui nama orang tuaku?" tanyaku penasaran

"Aku adalah teman ayah dan ibumu, namaku Kim Seok Jin"

"Benarkah?" tanyaku tidak percaya

"Iya itu benar. Kemana saja ayah dan ibumu, kenapa sudah tidak pernah lagi menghubungiku?"

"Ayah dan ibuku sudah lama meninggal paman" jawabku

"Ya tuhan, benarkah? Lalu sekarang kau tinggal dimana dan dengan siapa?"

"Aku tinggal dengan ayah tiriku di flat di pinggiran seoul" kataku

"Kalau begitu mungkin aku akan mampir ke rumahmu kapan-kapan" katanya

"Ah itu tidak perlu"

"Kenapa?"

"Itu karena... Itu-"

Tinggg...

"Ah bel sekolah sudah berbunyi, terima kasih atas tumpangannya paman" kataku sambil berlari keluar dari mobilnya.

Akhirnya aku bisa memenuhi janji kita Min Ho-ya  -Seok Jin

Pak satpam tolong jangan tutup gerbangnya dulu  -Eun Hye

Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang