EIGHT

24.1K 1.4K 20
                                    


Shayla membuka matanya perlahan, Max berada dihadapannya. Berdiri dan kemudian membuka sweater abu-abunya, memperlihatkan tubuh six-pack Max yang bugar. Shayla bisa merasakan pandangan mata Max yang menggelap penuh napsu kala Max mulai merangkak naik ke ranjang dan kembali mencumbunya.

- - -

Gila!

Shayla yang dulunya membenci Max Jasper, kemudian menyerahkan dirinya begitu saja pada lelaki penuh pesona seperti Max.

Shayla benar-benar tidak bisa menolak pesona Max. Apalagi ketika tangan lelaki itu dengan perlahan membuka satu persatu kancing baju-nya, dan kemudian Shayla mendengar dirinya terengah ketika telapak tangan Max yang besar menyentuh kulitnya dan Shayla yang mendesah ketika telapak tangan itu meremas dada-nya yang masih terbalut bra.

"Max," Shayla terengah, menelusupkan jari-jari lentiknya di rambut kepala Max yang lebat.

Seolah tidak ingin Shayla banyak bicara, Max kembali membungkam Shayla dengan ciumannya. Max tersenyum dalam ciumannya ketika Shayla mengerang dan meremas rambutnya lebih kuat lagi ketika Max berhasil membuka kaitan bra milik Shayla dan akhirnya Max dapat meremas dada penuh Shayla tanpa penghalang apapun.

Max melepaskan ciumannya dari bibir Shayla. Tetapi bibir Max selalu mengecap setiap inci dari tubuh putih mulus milik Shayla dan tangannya melucuti satu persatu pakaian Shayla sampai tanpa gadis itu sadari, dirinya sudah benar-benar telanjang bulat dibawah kukungan tubuh berotot Max.

Pipi Shayla mereka ketika Max menatap tubuhnya terang-terangan.

"Max, sudahlah, jangan menatapku terus." Shayla bergerak tidak nyaman dibawah Max.

Max menyurukkan kepalanya di kedua bukit kembar Shayla, "kenapa? Kamu malu?"

Shayla tidak menjawab, dia hanya mendesah sebagai jawabannya. Dalam pikiran Shayla, untuk apa malu pada suami sendiri?

Max tidak bisa menahan dirinya sendiri, bahkan dia sudah merasakan miliknya yang mengeras dibawah sana. Tanpa menunggu lama lagi, Max yang sudah tersiksa, kini membuka kedua kaki Shayla lebar-lebar dan memposisikan dirinya untuk memasuki Shayla dengan tepat.

"Max, ini yang pertama untukku." Bisik Shayla dengan perlahan.

"Ya, aku tahu." Max menjawab dengan tenang, sambil menekan miliknya pada milik Shayla. Membuat Shayla mendesah. "Aku takut, Max."

Aku takut, Max.

Ucapan Shayla langsung menghentikan diri Max yang ingin memasuki Shayla. Mata biru langitnya menatap Shayla dengan pandangan tak terbaca.

Tanpa diketahui Shayla, ingatan beberapa tahun silam tentang Amanda muncul begitu saja. Ingatan kebersamaan Max dengan Amanda, dan ucapan lirih Amanda yang sama seperti yang di ucapkan Shayla.

Aku takut, Max.

Mata hazel Shayla seolah berubah menjadi mata hazel milik Amanda.

Amanda sudah meninggal, Max. Dan dihadapanmu adalah Shayla, istrimu. Max menguatkan diri. Berusaha melupakan Amanda.

"Max, ada apa?" Shayla terlihat bingung, jari-jari lentiknya mengusap punggung Max dengan perlahan. Berusaha menggoda Max agar meneruskan kegiatan panas mereka walaupun Shayla sedikit takut.

"Sudahlah Shayla." Max menarik dirinya, lalu duduk di pinggiran kasur, memunggungi Shayla. "Kita akan melakukannya bila kau sudah siap. Aku tidak mungkin bercinta dengan wanita yang tidak yakin dengan dirinya sendiri."

Shayla terdiam, hanya bergeming ketika melihat Max yang memasuki kamar mandi dan setelahnya terdengar kucuran air dari shower.

"Lelaki berengsek." Shayla mengambil pakaiannya dan ketika ingin memakainya, Shayla merutuk dalam hati ketika merasakan dirinya sudah benar-benar basah dan rasanya Shayla ingin membersihkan dirinya sebelum kembali tidur.

"Benar-benar berengsek! Max fvcikng Jasper!" Shayla mengumpat lagi, seolah-olah seribu umpatan pun tidak bisa menutupi rasa sebalnya kepada suaminya yang telah membuatnya basah tetapi kemudian meninggalkannya begitu saja.

Biarlah Shayla mengumpat, karena Shayla tidak tahu yang sebenarnya.

Shayla tidak tahu, bahwa ucapan brengsek Max tadi hanyalah alibi agar Max dapat segera menjauh dari Shayla.

Karena pada kenyataannya, semakin lama Max menatap mata hazel Shayla, semakin dirinya tersedot dalam masa lalu. Semakin mengingatkan Max, bahwa dia yang menyebabkan Amanda mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

***

A/N: 20 vomments untuk next part? Please... wkwk.

Regards,

A

Wedding And SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang